Ani Romaningsih: August 2020

Tuesday, August 18, 2020

Kontrasepsi Jangka Panjang Untuk Pasangan Usia Subur

 Kontrasepsi Jangka Panjang Untuk Pasangan Usia Subur

Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), adapun metode kontrasepsi jangka panjang yaitu :

Kontrasepsi AKDR

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah progestin yang mengandung progesteron dan mirena yang mengandung Levonorgestrel. Cara kerja mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma. Efektivitas sangat efektif, yaitu 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan. Keuntungan proteksi jangka panjang (satu tahun), tidak mengganggu hubungan suami isteri, tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat, memiliki efek sistemik yang sangat kecil. Kerugian diperlukan pemeriksaan sebelum pemasangan AKDR, diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutannya.

Cara penggunaan setiap waktu selama siklus haid jika ibu dipastikan tidak hamil. Sesudah melahirkan dalam waktu 48 jam pertama pasca persalinan ataupun lebih. Indikasi usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal atau kombinasi. Kontraindikasi hamil atau diduga hamil, menderita vaginitis, salpingitis, endometritis, radang panggul, kelainan kongenital rahim, miom submukosum. Efek samping timbul kram di perut bagian bawah, adanya pendarahan bercak antar haid atau sesudah melakukan senggama, muncul keluhan sakit kepala.

AKDR CuT-380 A dengan cara kerja menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. Mencegah sperma dan ovum bertemu. Efektivitas sangat efektif yaitu 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama. Keuntungan perlindungan jangka panjang (sampai 10 tahun), tidak mempengaruhi hubungan seksual, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Kerugian tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

Cara penggunaan dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi). Indikasi setelah mengalami abortus dan tidak terjadi adanya infeksi, risiko rendah IMS, tidak menghendaki metode hormonal. Kontraindikasi hamil atau diduga hamil, sedang menderita infeksi alat genital, menderita kanker alat genital. Efek samping perubahan sikus haid umumnya pada 3 bulan pertama, haid lebih lama dan banyak, pendarahan spotting, saat haid lebih sedikit.

Terdapat dua macam penggolongan AKDR atau yang sering disebut IUD (Intra Uterine Devices) yaitu yang mengandung logam (Cu IUD) dan yang mengandung hormon (progesterone atau levonorgestrel).  

Keuntungan Cu IUD yaitu efektivitas tinggi, kontrasepsi jangka panjang, dapat dipakai sampai menopause dan tidak mengganggu produksi ASI.  Sedangkan kerugiannya Cu IUD adalah perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun dan lebih mahal dari pada metode yang lainnya.

Keuntungan IUD hormonal yaitu efektivitas tinggi, berjangka panjang dan membantu mencegah kehamilan ektopik.  Sedangkan kerugian IUD hormonal adalah jauh lebih mahal dibanding Cu IUD, lebih sering menimbulkan perdarahan dan bercak darah. 

Efek samping: pada saat pemasangan terasa nyeri, mual muntah, bisa terjadi infeksi dan penyakit radang panggul pada perempuan yang menderita infeksi menular seksual. 


Kontrasepsi Implant

Kontrasepsi ini terdiri dari: 

Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Berisi 36 mg hormon Levonorgestrel dengan daya kerja 5 tahun 

Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 40 mm dan diameter 2,4 mm. Berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan daya kerja 3 tahun. 

Indoplant, terdiri dari 2 batang. Berisi 75 mg hormon Levonorgestrel, daya kerja 3 tahun. 

Cara kerja lendir serviks menjadi kental. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Mengurangi transportasi sperma. Menekan ovulasi. Efektivitas sangat efektif (kegagalan 0,2-1 kehamilan per 100 perempuan). Keuntungan perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun), daya guna tinggi, pengembelian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. Kerugian klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi sesuai dengan keinginan (Sulistyawati, 2011).

Keuntungannya adalah efektivitas tinggi, tanpa kontrasepsi sementara selama pemakaian, jangka waktu pemakaian lama dan efek samping segera berakhir setelah implant dikeluarkan. Sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan tindakan medis, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu dan kadang keluar nanah (pus) atau implant tampak keluar bila terjadi infeksi. Efek samping yaitu siklus menstruasi terganggu, terjadi perubahan pola haid dan timbul perdarahan bercak.

Cara pemasangan setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Indikasi tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi, sering lupa menggunakan pil, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, tekanan darah tinggi atau anemia. Kontraindikasi hamil atau diduga hamil, kanker payudara, mioma uterus. Efek samping terjadi keterlambatan haid, nyeri perut bagian bawah yang hebat, terjadi perdarahan banyak dan lama, sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat atau penglihatan menjadi kabur.


Kontrasepsi MOW atau Vasektomi

Vasektomi merupakan tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri, sehingga pada waktu senggama sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan daripada sunat atau khitan pada pria, pada umumnya dilakukan sekitar 15 sampai 45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat didalam kantong buah zakar (Budisantoso, 2008).

Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan anastesi umum, efektifitas setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan (Hartanto, 2004 dalam Indrilia, 2013).

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Sarwono, 2003 dalam Budisantoso, 2008).

Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar (testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0,5 cm-1cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat (Asri, 2008).

Menurut Sarwono (2003) dalam Budisantoso (2008), mengemukakan cara kerja kontrasepsi vasektomi, yaitu sangat efektif dan permanen, tidak ada efek samping jangka panjang, tindakan bedah yang aman dan sederhana, efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan, konseling dan informed consent mutlak diperlukan.

Menurut Hartanto (2004) dalam Indrilia (2013), mengemukakan efektivitas vasektomi, terdiri dari angka kegagalan 0-2,2%, umumnya <1% dan kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh senggama yang tidak terlindungi sebelum semen/ejakulasi bebas sama sekali dari spermatozoa brekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukkan granuloma spermatozoa, pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi serta jarang terjadi duplikasi kongenital dari vas deferens.

Menurut Budisantoso (2008), vasektomi mempunyai kelebihan yaitu efektifitas tinggi untuk melindungi kehamilan, tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah, biaya lebih murah karena membutuhkan satu kali tindakan saja, prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit, tidak mengganggu hubungan seksual setelah vasektomi dan lebih aman, karena keluhan lebih sedikit dibandingkan dengan kontrasepsi lain. 

Sedangkan menurut Hartanto (2004) dalam Indrilia (2013), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa keuntungan, antara lain sangat efektif, aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana, cepat hanya memerlukan waktu 5-10 menit, menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja, biaya rendah dan secara kultural, Sangat dianjurkan untuk wanita yang merasa malu untuk ditangani dokter pria atau kurang tersedianya dokter wanita dan paramedis wanita.

Menurut Hartanto (2004) dalam Indrilia (2013), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa keterbatasan, antara lain diperlukan suatu tindakan operatif, kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi, vasektomi belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferns, dikeluarkan, serta masalah psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria. 

Menurut Budisantoso (2008), adapun keterbatasan vasektomi antara lain:

Karena dilakukan dengan tindakan medis/pembedahan, maka masih memungkinkan terjadi komplikasi, seperti perdarahan, nyeri dan infeksi.

Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV dan AIDS

Harus menggunakan kondom selama 12  15 kali senggama agar sel mani menjadi negatif

Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu. Efektifitas vasektomi sangat tinggi, artinya kemungkinan gagal kecil sekali (0,15%) jika tindakan medis dilakukan secara benar.

Menurut Hartanto (2004) dalam Indrilia (2013), mengemukakan bahwa vasektomi memiliki beberapa kontra indikasi, antara lain :

Infeksi kulit lokal, misalnya scabies

Infeksi truktus genetalia

Kelainan skrotum dan sekitarnya : varicocele, hidrocele besar, filariasis, hernia inguinalis, orchiopexy, luka parut bekas hernia, skrotum yang sangat tebal.

Penyakit sistemik : penyakit-penyakit perdarahan, DM, Penyakit jantung koroner

Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil

Menurut Hartono (2004) dalam Indrilia (2013), mengemukakan bahwa vasektomi tidak menimbulkan efek sistemik, dan efek vasektomi pada fungsi testis dan hormon pria, sedangkan komplikasi yang ditimbulkan vasektomi, antara lain komplikasi minor (ecchymosis terjadi 2-65%, pembengkakan (0,8-67%) dan rasa sakit/rasa tidak enak), dan komplikasi mayor (hematomap, infeksi dan sperm granuloma)

Syarat-syarat untuk mengikuti penggunaan alat kontrasepsi MOP. Setiap peserta kontrasepsi MOP harus memenuhi 3 syarat yaitu (Purnamasari, 2017) :

Sukarela

Setiap calon peserta kontrasepsi MOP harus secara sukarela menerima pelayaanan kontrasepsi MOP artinya secara sadar dan dengan kemauan sendiri memmilih kontrasepsi MOP sebagai metode kontrasepsi yang digunakan.

Bahagia

Setiap calon peserta kontrasepsi MOP harus memenuhi syarat bahagia, yang artinya :

Calon peserta tersebut dalam perkawinan yang sah dan harmonis dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak yang sehat rohani dan jasmani.

Bila hanya mempunyai 2 orang anak maka anak yang terkecil paling sedikit umur sekitar 2 tahun.

Umur isteri paling muda sekitar 25 tahun.



Kesehatan

Setiap calon peserta kontrasepsi MOP harus memenuhi syarat kesehatan, artinya tidak ditemukan adanya hambatan atau kontraindikasi untuk menjalani kontrasepsi MOP. Oleh karena itu setiap calon peserta harus diperiksa terlebih dahulu kesehatannya oleh dokter, sehingga diketahui apakah cukup sehat untuk menggunakan kontrasepsi MOP atau tidak. Selain itu juga setiap calon peserta kontrasepsi MOP harus mengikuti konseling atau bimbingan tatap muka dan menandatangani formulir persetujuan tindakan medik.

Adapun kriteria seorang pria boleh menggunakan kontrasepsi MOP yaitu laki-laki subur sudah punya anak 2 dan istri beresiko tinggi (Sylviaabiyan, 2015)


Kontrasepsi MOP atau Tubektomi

Pengertian Kontrasepsi Tubektomi

Tubektomi atau metode operatif wanita (MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita yang bila tidak ingin hamil lagi. MOW dilakukan melaui prosedur bedah sederhana dengan anestesi lokal dengan cara mengikat dan memotong atau memasang cincin disaluran telur sehingga sel telur dan sperma tidak bisa bertemu dan tidak menyebabkan kehamilan. Efektifitas penggunaan MOW mencapai 99,5%.

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas kesuburan seorang perempuan. Terdiri dari 2 jenis yaitu minilaparotomi dan laparoskopi. Cara kerja dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Efektivitas sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selam 1 tahun pertama penggunaan).

MOW adalah tindakan operasi minor untuk mengikat atau memotong kedua tuba falopii sehingga ovum dari ovarium tidak akan mencapai uterus dan tidak akan bertemu dengan spermatozoa. Efektivitas MOW sekitar 0,5 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian, sedikit lebih rendah dibandingkan MOP. Indonesia alat kontrasepsi yang digunakan adalah spiral, implant, suntik, pil, tubektomi, sedangkan yang biasa digunakan oleh para pria adalah kondom dan vasektomi (Hasmiatin, 2016).


Syarat-syarat Penggunaan Kontrasepsi Tubektomi

Indikasi usia > 26 tahun, paritas > 2, yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai, mempunyai risiko kehamilan, pasca persalinan, pasca keguguran, paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Handayani, 2010). Kontraindikasi hamil atau diduga hamil, infeksi sistemik atau pelvik, tidak boleh menjalani pembedahan, kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas dimasa depan, belum memberikan persetujuan tertulis. Efek samping perubahan-perubahan hormonal, pola haid abnormal setelah menggunakan kontrasepsi mantap merupakan tanda dari post tubal ligation syndrome, problem psikologis (Handayani, 2010).

Terdapat beberapa syarat untuk menjadi akseptor kontrasepsi mantap MOW yaitu: 

Syarat sukarela, meliputi pengetahuan pasangan mengenai cara kontrasepsi lain, risiko dan keuntungan kontrasepsi mantap, serta sifat permanen metode ini.

Syarat bahagia, syarat ini dilihat berdasarkan ikatan perkawinan yang sah dan harmonis. Umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun dengan sekurang-kurangnya 2 orang anak hidup dan anak terkecil berumur lebih dari 2 tahun.

Syarat medik (Saifuddin, 2009). 


Waktu Kontrasepsi Tubektomi

Pelaksanaan tindakan sterilisasi dilakukan pada saat: 

Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini tidak hamil 

Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (Saifuddin, 2010) 

Pasca persalinan (post partum), sebaiknya dilakukan dalam 24 jam atau selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Setelah lebih dari 48 jam, operasi akan lebih sulit dengan adanya edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Jika dilakukan setelah hari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan, uterus dan alat genital lainnya telah mengecil dan menciut yang menyebabkan mudah terjadinya perdarahan dan infeksi 

Pasca keguguran (post abortus) Sterilisasi dapat dilakukan sesaat setelah terjadinya abortus 

Saat tindakan operasi pembedahan abdominal. Hendaknya saat operasi pembedahan abdominal telah dipertimbangkan untuk tindakan sterilisasi karena pada tindakan ini dapan sekaligus dilakukannya kontrasepsi mantap (Sofian, 2013).


Jenis Kontrasepsi Tubektomi

Menurut Sofian (2013), terdapat empat jenis sterilisasi berdasarkan tujuannya, yaitu: 

Sterilisasi hukuman (compulsary sterilization); 

Sterilisasi eugenik, untuk mencegah berkembangnya kelainan mental secara turun menurun; 

Sterilisasi medis, dilakukan berdasarkan indikasi medis demi keselamatan wanita tersebut karena kehamilan berikutnya dapat membahayakan jiwanya; 

Sterilisasi sukarela (coluntary sterilization), yang bertujuan ganda dari sudut kesehatan, sosial ekonomi dan kependudukan. 


Kekurangan dan Kelebihan Kontrasepsi Tubektomi

Kelebihan dari penggunaan MOW adalah berkurangnya risiko kanker indung telur, tidak mempengaruhi produksi ASI, dan tidak ada efek samping dalam jangka panjang dan tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah penggunaan metode kontrasepsi ini adalah menjaga luka operasi tetap kering sampai pembalut luka dilepaskan, melakukan aktivitas normal dimulai dalam waktu 7 hari setelah operasi, melakukan hubungan suami istri ketika sudah nyaman, dan hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.

Keuntungan tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor senggama, baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius, pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal, tidak ada efek samping dalam jangka panjang, tidak ada efek pada produksi hormon ovarium. Kerugiaan harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi, rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan (Nuriana, 2016). Terdapat beberapa keuntungan dan manfaat sterilisasi wanita yaitu: 

Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan) 

Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding) 

Tidak bergantung pada faktor senggama 

Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius 

Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal 

Tidak ada efek samping dalam jangka panjang 

Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium) 

Berkurangnya resiko kanker ovarium (Saifuddin, 2010) 

Motivasi hanya dilakukan satu kali, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang

Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patients failure) 

Tidak mempengaruhi libido seksualis (Anwar, 2011). 

Meskipun banyak keuntungan yang didapat pada metode sterilisasi ini, tetap saja terdapat keterbatasan diantaranya: 

Tidak dapat melindungi dari Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HBV dan HIV/AIDS 

Harus dipertimbangkan kembali sifat permanen kontrasepsi ini karena tidak dapat dipulihkan kecuali dengan operasi rekanalisasi 

Klien dapat menyesal dikemudian hari 

Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan 

Hanya dilakukan oleh dokter yang terlatih (Saifuddin, 2010). 

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...