BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR
BELAKANG MASALAH
Usus
besar atau colon yang kira- kira satu 1,5 m panjangnya adalah sumbangan dari
usus halus dan mulai dikatup ileokolik atau ileosekal, yaitu tempat sisa
makanan lewat. Reflex gastrokolik terjadi ketika makanan masuk lambung dan
menimbulkan peristaltic didalam usus besar. Reflex ini menyebabkan defekasi
atau pembuangan air besar.
Usus
besar atau colon tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorpsi makanan. Bila
isi usus halus mencapai sekum maka semua
zat makanan telah diabsorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam
kolon isinya menjadi makin padat, ketika
rectum dicapai maka feses bersifat padat dan lunak. Peristaltic dialam colon
sangat lambat . . kegiatan diatas akan terjadi dengan lancer ketika syaraf-
syaraf pada colon tidak memiliki gangguan dan bekerja sesuai alurnya.
Namun
, pada colon dapat terjadi penyumbatan karena akibat dari sebagian usus tidak
memiliki saraf- saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya dan sering di sebut
sebagai penyakit hirschprung atau mega
colon. Penyakit
Hirschsprung atau Megakolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase
usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi dengan berat
lahir lebih kurang 3 Kg, lebih banyak pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Arief Mansjoer dkk, 2000).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah
obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan
gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntah,
distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi
meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan
berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan
obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi
abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pada saat colok dubur merupakan
tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah.
1.2.
POKOK PERMASALAHAN
1. Apa
Pengertian Mega Colon ?
2. Bagaimana
Patofisiologi Mega Colon ?
3. Bagaimana
Klasifikasi Mega Colon ?
4. Apa
Faktor – Faktor Penyebab Mega Colon ?
5. Apa
Gejala yang timbul pada penderita mega colon ?
6. Bagaimana
Pemeriksaan Penunjang pada Mega Colon ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Penyakit Hisprung ?
1.3.TUJUAN
1. Mengetahui
pengertian mega colon
2. Mengetahui
patofisiologi mega colon
3. Mengetahui
pengkelasifikasian penyakit mega colon
4. Mengetahui
factor- factor penyebab terjadinya mega colon
5. Mengetahui
gejala – gejala yang timbul pada penderita mega colon
6. Mengetahui
beberapa pemeriksaan penunjang pada mega colon
7. Mengetahui
Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Penyakit
Hisprung
1.4.
MANFAAT
Manfaat
pembuatan makalah ini, baik untuk penulis maupun pembaca sebagai sarana
memperluas pengetahuan mengenai salah satu penyakit berbahaya yaitu Hirschprung atau sering di sebut Mega
Colon.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.PENGERTIAN
MEGA COLON
Penyakit Hirschsprung (Megakolon
Kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat
pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak
memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya. Ada beberapa pengertian
mengenai Megakolon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang disebabkan oleh
obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus
sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum
berelaksasi.
Hirschsprung atau Megakolon adalah penyakit
yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon.
Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik
serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit
Hirschsprung atau Megakolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus
tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat
lahir lebih kurang 3 Kg, lebih banyak pada anak laki-laki dari pada anak
perempuan (Arief Mansjoer dkk, 2000).
2.2.PATOFISIOLOGI MEGA COLON
Istilah congenital aganglionic
Megakolon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion meissner dan
auerbach pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu
ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (
peristaltik ) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum
tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang
rusak pada Megakolon. Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna
untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus
mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut,
menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu
karena terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian Colon tersebut melebar.
2.3. KLASIFIKASI MEGA COLON
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, mega colon dapat dibedakan 2 tipe yaitu:
♫ Penyakit hirschsprung segmen pendek.
Segmen aganglionis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70% dari kasus
penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding
anak perempuan.
♫ Penykit hirschsprung segmen panjang.
Kelainan dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak pada anak lelaki maupun perempuan. Penyakit ini
sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan bawaan
tunggal. Jarang sekali ia terjadi pada bayi prematur atau bersamaan dengan
kalainan bawaan yang lain. Penyakit ini merupakan penyebab tersering gangguan
pasase usus pada bayi.Obstipsi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir
dan dapat merupakan gejala obstruksi akut. Trias yang sering ditemukan ialah
mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung
dan muntah berwarna hijau.
2.4.
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB MEGA COLON
Adapun yang menjadi penyebab
Hirschsprung atau Megakolon yaitu :
Ø Karena faktor genetik .
Ø Karena adanya
permasalahan pada persarafan usus besar paling bawah, mulai anus hingga usus di atasnya.
Ø Segmen usus yang tidak memiliki
gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-bahan yang dicerna dan terjadi
penyumbatan.
Ø Kegagalan migrasi hindgut sel
ganglion sel neural pada masa embrio dalam dinding usus.
Ø Gagal eksistensi .
Ø Gangguan pasase usus tersering pada neonates.
2.5.
GEJALA YANG TIMBUL PADA PENDERITA MEGA
COLON
Pada bayi yang
baru lahir :
¯ Tidak dapat mengeluarkan mekonium (tinja
pertama pada bayi baru lahir). Tidak dapat buang air besar dalam waktu 24-48
jam setelah lahir.
¯ Perut menggembung
¯ Muntah
¯ Diare encer (pada bayi baru lahir)
¯ Berat badan tidak bertambah
Malabsorbsi.
¯ Kasus yang lebih ringan mungkin baru akan terdiagnosis
di kemudian hari.
Pada anak
yang sudah balita :
¯ Sembelit menahun
¯ Perut menggembung
¯ Gangguan pertumbuhan
2.6. PEMERIKSAAN
PENUNJANG MEGA COLON
1. Pemeriksaan dengan barium enema,
pada pemeriksaan ini akan bisa ditemukan :
a) Daerah transisi .
b) Gambaran kontraksi usus yang tidak
teratur di bagian usus yang menyempit .
c) Entrokolitis pada segmen yang
melebar.
d) Terdapat retensi barium setelah 24 –
48 jam ( Mansjoer, dkk 2000; James & Ashwill, 2007 ).
2. Biopsi isap Yaitu mengambil mukosa
dan sub mukosa dengan alat penghisap dan mencari sel ganglion pada daerah sub
mukosa ( Mansjoer,dkk 2000 hal 380 ) .
3. Biopsi otot rectum, Yaitu
pengambilan lapisan otot rectum Megakolon di pastikan dengan tidak ditemui sel
ganglion dalam sampel (James & Ashley, 2007).
4. Periksaan aktivitas enzim asetil
kolin esterase dari hasil biobsi isap pada penyakit ini khas terdapat
peningkatan, aktifitas enzimasetil kolin esterase ( Darmawan K, 2004 : 17 ).
5. Pemeriksaan aktivitas norepinefrin
dari jaringan biopsi usus.
6. Pemeriksaan colok anus. Pada
pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan kadang disertai tinja yang
menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahui bau dari tinja, kotoran yang
menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah.
2.7.KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH PENYAKIT HIRSPRUNG
1.
Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian anak
dengan penyakit hisprung dapat ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut.
Adanya kegagalan mengeluarkan mekonium dalam waktu 24-28 jam setelah lahir,
muntah berwarna hijau, dan konstipasi. Pada pengkajian terhadap faktor penyebab
penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetis dan faktor
lingkungan.
Penyakit ini dapat
muncul pada semua usia akan tetapi paling sering ditemukan pada neonatus. Pada
perkusi adanya kembung, apabila dilakukan colok anus, feses akan menyemprot.
Pada pemeriksaan radiologis didapatkan adanya segmen aganglionosis diantaranya:
apabila segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, maka termasuk tipe
hisprung segmen pendek dan apabila segmen aganglionosis melebihi sigmoid sampai
seluruh kolon maka termasuk tipe hisprung segmen panjang. Pemeriksaan biopsi
rektal digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion. Pemeriksaan
manometri anorektal digunakan untuk mencatat respons refluks sfingter internal
dan eksternal.
2.
Diagnosa keperawatan
·
Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
(Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
·
Konstipasi berhubungan dengan
obstruksi
·
Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran
pencernaan mual dan muntah
·
Kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley
& Wong, 2004 ).
3. Intervensi keperawatan
a. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan intake yang kurang
(Betz, Cecily & Sowden 2002:197)
§ Tujuan : Status hidrasi pasien dapat
mencukupi kebutuhan tubuh
§ Kriteria Hasil:
Ø Turgor kulit lembab.
Ø Keseimbangan cairan
v Intervensi:
v Berikan asupan cairan yang adekuat
pada pasien.
v Pantau tanda–tanda cairan tubuh yang tercukupi
turgor, intake – output
v Observasi adanya peningkatan mual
dan muntah antisipasi devisit cairan tubuh dengan segera
b. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi
Ketidakmampuan Kolon mengevakuasi
feces ( Wong, Donna, 2004 : 508 )
§ Tujuan : Anak dapat melakukan
eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi eliminasi secara normal dan
bisa dilakukan.
§ Kriteria Hasil:
o
Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi.
o
Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
§ Intervensi :
i.
Berikan bantuan enema dengan cairan Fisiologis NaCl 0,9 %
ii. Observasi tanda vital dan bising
usus setiap 2 jam sekali.
iii. Observasi pengeluaran feces per
rektal – bentuk, konsistensi,
iv. Observasi intake yang mempengaruhi
pola dan konsistensi feses.
v. Anjurkan untuk menjalankan diet yang
telah dianjurkan.
c. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan saluran
pencernaan mual dan muntah
Ø Tujuan : Pasien menerima asupan
nutrisi yang cukup sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Ø Kriteria Hasil:
o Berat badan pasien sesuai dengan
umurnya
o Turgor kulit pasien lembab.
o Orang tua bisa memilih makanan yang
di anjurkan.
Ø Intervensi:
¯ Berikan asupan nutrisi yang cukup
sesuai dengan diet yang dianjurkan.
¯ Ukur berat badan anak tiap hari.
¯ Gunakan rute alternatif pemberian
nutrisi ( seperti NGT dan parenteral ) untuk mengantisipasi pasien yang sudah
mulai merasa mual dan muntah.
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatanya. ( Whaley & Wong, 2004 ).
Tujuan : pengetahuan pasien tentang penyakitnya menjadi
lebih adekuat.
Kriteria hasil: Pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakitnya, perawatan dan obat – obatan lebih meningkat.
Intervensi:
§ Beri kesempatan pada keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubunagndengan penyaakit yang dialami
pasien
§ Kaji pengetahuan keluarga tentang
Mega Colon
§ Kaji latar belakang keluarga
§ Jelaskan tentang proses penyakit,
diet, perawatan serta obat – obatan pada keluarga pasien
§ Jelaskan semua prosedur yang akan
dilaksanakan dan manfaatnya bagi pasien.
BAB
III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat di simpulkan
bahwa penyakit MEGA COLON disebabkan adanya penyumbatan pada colon karena
akibat dari sebagian usus tidak memiliki saraf- saraf yang mengendalikan
kontraksi ototnya . Gejala yang timbul pada penderita mega colon biasanya untuk
bayi akan mengalami tidak dapat buang tinja pertama,muntah, perut kembung dan
lain-lain. Dan pada anak di atas balita
akan terganggu proses pertumbuhannya. Dan pada umumnya di derita oleh bayi
laki- laki.
3.2.SARAN
Sebagai mahasiswa kesehatan wajib bagi
kita untuk peduli terhadap keberadaan
penyakit- penyakt berbahaya yang timbul di kalangan masyarakat. Dan membantu
menanggulangi, dengan berbagai penyuluhan.
DAFTAR PUSTAKA
C.Pearce,
evelyn.1979.”anatomi dan fisiologi untuk paramedic.PT Gramedia:Jakarta pusat.
No comments:
Post a Comment