Ani Romaningsih

Monday, July 17, 2023

speech delay

 hay guyys....

ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ...

sama seperti anak saya...

speech delay ini adalah anak terlambat berbicara. anak saya umur 2 tahun 3 bulan belum bisa berbicara lancar, hanya bisa berbicara 1 atau 2 kata saja, itupun kalau di mau berbicara. 

kata yang diucapkan mama, papa papa papap, ak dan kata2 babling 

terus kalau di panggil jarang menoleh hanya sekali-kali saja

panggilan ke tiga kadang noleh, kadang juga tidak, namun dia merepon tersenyum klau di panggil tapi tidak menoleh,
apakah dikarenakan sering melihat tv dan hp

apakah autis...

kalau autis dia mau sosialisasi dg teman2 nya, dia main tidak mau sendiri

ketemu teman tidak takut dan langsung mau ngajak teman main.

cuma belum  bisa noleh, bicara belum, mata belum fokus lihat org baru

binggung ni anak di apa in ya.... terapi mandiri di rumah sudah ni, lihat hp sama tv sudah di kurangin ni....;


Wednesday, October 19, 2022

Patofisiologi Hipertensi

 

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vaomotor ini bermula jaras saraf sympatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia sympati di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf sympatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskan norefinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor. Klien dengan Hipertensi  sangat sensitif terhadap norefinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi efinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.

Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasoknstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cendrung mencetuskan keadaan Hipertensi  (Brunner & Suddarth, 2002 dalam Aspiani, 2014).

Banyak faktor yang turut berinteraksi dalam menentukan tingginya natrium tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan perifer, tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan tekanan darah mengalami kenaikan, atau oleh kenaikan faktor tersebut (Kaplan N.M, 2010).

Curah jantung

Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan volume cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas jantung. Bila curah jantung meningkat tiba-tiba, misalnya rangsangan syaraf adrenergik, barorefleks akan menyebabkan penurunan resistensi vaskuler dan tekanan darah akan normal, namun pada orang tertentu, kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat, ataupun kecenderungan yang berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer, menyebabkan Hipertensi  yang temporer akan menjadi Hipertensi  dan sirkulasi hiperkinetik. Pada Hipertensi  yang menetap, terjadi peningkatan resistensi perifer, sedangkan curah jantung normal atau menurun.

Resistensi perifer

Peningkatan resistensi perifer dapat disebabkan oleh hipertrofi dan konstriksi fungsional dari pembuluh darah, berbagai faktor yang dapat menyebabkan mekanisme ini yaitu adanya:

Promote pressure growth seperti adanya katekolamin, resistensi insulin, angiostensin, hormon natriuretik, hormon pertumbuhan, dll

Faktor genetik adanya defek transport natrim dan Ca terhadap sel membran.

Faktor yang berasal dari endotel yang bersifat vasokonstriktor seperti endotelium, tromboxe A2 dan prostaglandin H2.

Definisi Hipertensi

 

Penyakit Hipertensi  atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah -140 mm Hg (tekanan sistolik) dan/ atau - 90 mmHg (tekanan diastolik) (Joint National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII, 2003 dalam Depkes RI, 2006). Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukan fase darah kembali ke dalam jantung. 

Definisi Hipertensi  atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien Hipertensi  dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan Hipertensi , pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar Hipertensi  dapat dikendalikan (Kemenkes RI, 2013).

Hipertensi  atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh arteri, berkaitan dengan meningkatkan tekanan pada arterial sistematik, baik diastolik maupun sistolik, atau bahkan keduanya secara terus-menerus (Sutanto, 2010).

Klasifikasi Hipertensi

 

Adapun klasifikasi Hipertensi  terbagi menjadi (Kemenkes RI, 2013) :

Berdasarkan penyebab

Hipertensi  Primer/Hipertensi  Esensial

Hipertensi  yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita Hipertensi .

Hipertensi  Sekunder/Hipertensi  Non Esensial

Hipertensi  yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita Hipertensi , penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Berdasarkan bentuk Hipertensi 

Hipertensi  diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi  campuran (sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi  sistolik (isolated systolic hypertension). 

Terdapat jenis Hipertensi  yang lain (Kemenkes RI, 2013) :

Hipertensi  Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya Hipertensi  pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi  pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.

Kriteria diagnosis untuk Hipertensi  pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

Hipertensi  Pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis Hipertensi  yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai Hipertensi  yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda Hipertensi , edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

Hipertensi  kronik yaitu Hipertensi  yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.

Preeklampsia pada Hipertensi  kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan Hipertensi  kronik.

Hipertensi  gestasional atau Hipertensi  yang sesaat.

Penyebab Hipertensi  dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

Penanggulangan Hipertensi


Menurut Aspiani (2014) penanggulangan Hipertensi  secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan :

Penatalaksanaan Non Farmakologi 

Pengaturan diet

Diet rendah garam, dapat menurunkan tekanan darah pada klien Hipertensi . Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi system renin angiotensin sehinga sangat berpotensi sebagai anti Hipertensi . Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.

Diet tinggi potasium, dapat menurunkan tekanan darah tapi mekanisme belum jelas. Pemberian potasium secara intervena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh nitric oxide pada dinding vascular.

Diet kaya buah dan sayur.

Diet rendah kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga berkurang.

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka panjang Hipertensi  karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan Farmakologi 

Terapi oksigen

Pemantauan Hemodinamik

Pemantauan jantung

Obat-obatan

Penatalaksanaan Hipertensi  dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita Hipertensi , dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan Hipertensi  disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita Hipertensi  adalah:

Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin).

Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).

Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).

Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.

Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pad a makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya Hipertensi  diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan. Jenis-jenis obat antiHipertensi  yang dianjurkan oleh JNC 7 untuk terapi farmakologis Hipertensi : (Yogiantoro, 2009)

Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant).

Beta Blocker (BB).

Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB).

Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI).

Angiotensin II Receptor Blocker atau AT, receptor antagonist or blocker (ARB

Program Pencegahan dan Penanggulangan Hipertensi


Strategi program pencegahan dan penanggulangan Hipertensi  yaitu (Depkes RI, 2006) :

Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan Hipertensi . 

Memfasilitasi dan mendorong tumbuhnya gerakan dalam pencegahan dan penanggulangan Hipertensi . 

Meningkatkan kemampuan SDM dalam pencegahan dan penanggulangan Hipertensi . 

Meningkatkan surveilans rutin dan faktor risiko, registri penyakit, surveilans kematian yang disebabkan Hipertensi . 

Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan (penemuan/ deteksi dini dan tata laksana Hipertensi). 

Melaksanakan sosialisasi advokasi pada pemerintah daerah legislatif dan stakeholders untuk terlaksananya dukungan pendanaan dan operasional. 

Hipertensi  adalah suatu penyakit multifaktorial yang timbul disebabkan interaksi antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Hipertensi  adalah; (Yogiantoro, 2009)

Faktor resiko seperti: diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis.

Sistem saraf simpatis yaitu tonus simpatis dan variasi diurnal

Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi: Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodelling dari endotel, otot polos, dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.

Pengaruh sistem endokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin, dan aldosteron

Pencegahan dan penanggulangan Hipertensi seyogyanya harus dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu, karena berbagai wadah kerjasama lintas sektoral perlu dikembangkan dengan berpedoman pada strategi five level of preventif (5 tingkatan pendekatan pencegahan dan penanggulangan) Hipertensi .

Menurut Kemenkes RI (2017), adapun pengendalian hipertensi sesuai dengan pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol hipertensi adalah :

Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak.

Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal

Gaya hidup aktif atau olahraga teratur.

Stop rokok

Membatasi konsumsi alkohol (bagi yang minum).

Pengobatan hipertensi merupakan pengobatan yang lamam dan terus menerus sepanjang hidup. Penggunaan obat-obatan alternative seperti jamu dan lain-lain mulai di indikasi romotif, preventif, rehabilitatif serta paliatif. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat diharapkan terjadi penurunan tekanan darah. Pasien dan keluarga hendaknya selalu dinasehati untuk (Depkes RI, 2006) :

Jangan tambahkan garam di meja makan dan hindari makanan asin, makanan cepat saji, makanan kaleng dan bumbu penyedap makanan.

Ukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur

Minumlah obat secara teratur sesuai intruksi dokter.

Tekanan darah yang diperiksa harus dicatat sehingga dapat dimonitor tekanan darahnya dengan ketat.

Sistematika penemuan kasus dan tatalaksana penyakit Hipertensi  meliputi (Depkes RI, 2006) :

Penemuan kasus dilakukan melalui pendekatan deteksi dini yaitu melakukan kegiatan deteksi dini terhadap faktor risiko penyakit Hipertensi  yang meningkat pada saat ini, dengan cara screening kasus (penderita). 

Tatalaksana pengendalian penyakit Hipertensi  dilakukan dengan pendekatan: 

Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian Hipertensi . 

Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi Rekurensi (kambuh) faktor risiko. 

Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian Hipertensi . 

Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan Hipertensi  yang fatal dapat diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan. 


Contoh kuesioner pneumonia

 KUESIONER PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Balita 

di Kelurahan Pematang Kandis Wilayah Kerja Puskesmas 

Pematang Kandis Tahun 2018


Nomor Responden :

Tanggal Penelitian :


Data Ibu dan Balita

Inisial Nama Ibu / Balita :

Umur Balita :


Kejadian Pneumonia

Apakah anak anda menderita Pneumonia ?

Iya

Tidak


Penggunaan Obat Nyamuk Bakar

Apakah setiap harinya anda menggunakan obat nyamuk ? 

Iya 

Tidak (Jika Tidak, lanjut ke D)


Apakah jenis obat nyamuk bakar yang anda gunakan ?

Iya 

Tidak


Apakah obat nyamuk tersebut sering anda gunakan pada saat balita tidur ?

Iya 

Tidak


Kebiasaan Merokok

Apakah ada perokok aktif dalam keluarga anda?

Iya

Tidak


Jika Ya, siapakah perokok aktif tersebut?

Ayah

Kakek

Lainnya : .........................


Apakah perokok aktif, merokok di dalam rumah ?

Iya

Tidak



Jika Ya, dimanakah biasanya perokok aktif merokok ?

Di dalam ruangan

Di luar ruangan / perkarangan 




Kepadatan Hunian Rumah

Luas rumah .............. m2 

Jumlah penghuni ............... orang

Rasio ruangan dengan jumlah penghuni > 2 orang / 8 m2

Rasio ruangan dengan jumlah ≤ 2 orang / 8 m2

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...