Ani Romaningsih: Prospektif Fitoremediasi dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Tanah.

Sunday, April 12, 2015

Prospektif Fitoremediasi dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Tanah.


Makalah
KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

Tentang Prospektif Fitoremediasi dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Tanah”
Description: stikes.jpg
















Dosen Pengampu :  Joko Priyono, S.Pd, M.Eng

DI SUSUN KELOMPOK 3 :
1.      Ani Romaningsih
2.      Ahmad Fikri Ramadhana
3.      Hutama Ridho Abdullah
4.      Marwati
5.      Putra Andika
6.      Rini


YAYASAN HAJI SOEHELLY  QARY
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MERANGIN
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Prospektif Fitoremediasi dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Tanah.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah  Kesehatan Lingkungan Perumahan dan Pemukiman dengan dosen pengampu bapak Joko Priyono S.Pd., M.Eng. Sebagaimana kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun pembahasan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan tugas makalah ini.
            Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
                                                                                       

Bangko, 04 Januari 2015

           

Penulis






DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................      i
DAFTAR ISI .........................................................................................     ii
BAB     I    PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .....................................................................     1
B.     Rumusan Masalah.................................................................     2
C.     Tujuan ...................................................................................     2
BAB    II    PEMBAHASAN
A.   Pencemaran tanah .................................................................     3
B.    Definisi Fitoremediasi ..........................................................     4
C.    Tumbuhan Hiperkumulator ..................................................     5
D.   Proses fitoremediasi...............................................................     6
E.    Keunggulan dan kelemahan fitoremediasi pada pencemaran
tanah.....................................................................................     9
F.     Prospek fitoremediasi............................................................     9
BAB    III  PENUTUP
A.    Kesimpulan ...........................................................................   11
B.     Saran......................................................................................   11
DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan meningkatnya pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor industri, telah memicu terjadinya peningkatan limbah (baik padatan maupun cairan). Kegiatan industri akan menghasilkan limbah yang mengandung logam berat seperti Pb, Cr, Cu, Zn, Cd dan Hg.  Oleh karena itu telah terjadi banyak penyebab pencemaran lingkungan, pencemaran tersebut terjadi karena ulah manusia dan kurang menanggapi apa dampak selanjutnya. Pencemaran lingkungan itu terdiri dari pencemaran air, tanah, dan udara.
Namun disini kami akan membahas sedikit tentang pencemran tanah. Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya. Pencemaran ini banyak diakibatkan oleh sampah. Oleh sebab itu cara penangggulangannya yaitu dengan cara remediasi, bioremediasi dan fitoremediasi.
Fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi. Akhir-akhir ini teknik reklamasi dengan fitoremediasi mengalami perkembangan pesat karena terbukti lebih murah dibandingkan metode lainnya, misalnya penambahan lapisan permukaan tanah. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan keberhasilan penggunaan tumbuhan untuk remediasi dan tidak sedikit tumbuhan yang dibuktikan sebagai hiperakumulator adalah species yang berasal dari daerah tropis.
Indonesia memiliki keragaman jenis tumbuhan endemik/lokal yang tinggi. Dengan banyaknya jenis flora yang dimiliki Indonesia, diperkirakan tidak sedikit pula jenis tumbuhan yang memiliki potensi sebagai hiperakumulator yang dapat digunakan untuk meremediasi lingkungan yang tercemar. Seiring bertambahnya waktu, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk mencari jenis-jenis tumbuhan yang pontesial untuk fitoremediasi.
Dari uraian latar belakang di atas dapat dilihat bahwa penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang “Propektif fitoremediasi dalam upaya pengendalian pencemaran tanah”.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk latar belakang diatas yaitu :
1.      Apa saja penjelasan tentang pencemaran tanah ?
2.      Apa definisi fitoremediasi ?
3.      Bagaimana tumbuhan hiperkumulator itu ?
4.      Bagaimana proses fitoremediasi dalam menanggulangi pencemaran tanah?
5.      Apa saja keunggulan dan kelemahan fitoremediasi pada pencemaran tanah ?
6.      Apa prospek fitoremediasi ?

C.    Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan lingkungan pemukiman dan perumahan.
2.      Untuk mengetahui tentang propektif fitoremediasi dalam upaya pengendalian pencemaran tanah.
3.      Untuk menambah wawasan tentang upaya penanggulangan pencdemaran tanah khususnya fitoremediasi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan subpermukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran tanah bisa berdampak untuk semua baik dari segi kesehatan maupun lingkungan. Namun dengan adannya perkembangan zaman ini, banyak sekali penemuan-penemuan untuk upaya menanggulangi pencemaran tanah. Upaya penanggulangan pencemaran tanah terdiri dari :
1.      Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu:
a.       In-situ (atau on-site) adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
b.      Ex-situ (atau off-site) meliputi:
1)      Penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
2)      Di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya yaitu:
a)      Tanah disimpan di bak atau tanki yang kedap.
b)      Zat pembersih dipompakan ke tanah dalam bak atau tangki.
c)      Campuran zat pencemar dipompakan keluar dari bak, kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah.
2.      Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan makro dan mikroorganisme (jamur, bakteri), melibatkan proses degradasi molekular melalui aktifitas biologis. Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
3.      Fitoremediasi adalah Teknologi pembersihan, penghancuran atau pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik atau anorganik beracun dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman (hiperacumulator plant).

B.     Definisi Fitoremediasi
Istilah fitoremediasi berasal dari kata Inggris phytoremediation; kata ini sendiri tersusun atas dua bagian kata, yaitu phyto yang berasal dari kata Yunani phyton ("tumbuhan") dan remediation yang berasal dari kata Latin remedium (“menyembuhkan"), dalam hal ini berarti juga ("menyelesaikan masalah dengan cara memperbaiki kesalahan atau kekurangan") (Anonimous, 1999).
Jadi fitoremediasi (phytoremediation) merupakan suatu sistem dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat pencemar menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan dapat menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.
C.    Tumbuhan Hiperkumulator
Tumbuhan hiperkumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam didalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Tanaman hiperkumulator harus mampu mentranslokasikan unsur-unsur tertentu dengan konsentrasi sangat tinggi ke pucuk dan tanpa membuat tanaman tumbuh dengan tidak normal dalam arti kata tidak kerdil dan tidak mengalami fitotoksisitas. Tanaman yang memiliki kemampuan sangat tinggi untuk mengangkut berbagai pencemaran yang ada (multiple uptake hyperaccumulator plant) ataupun tanaman yang memiliki kemampuan mengangkut pencemaran yang bersifat tunggal (specific uptake hyperaccumulator plant). Contoh tanaman Hiperkumulator yaitu :
Jenis Tanaman
Unsur Yang Diserap
Thiaspi caerulescens
Zink (Zn) dan Kadmium (Cd)
Alyssum sp, Berkheya sp, Sebertia acuminate
Nikel (Ni)
Brassicacea sp
Sulfate
Pteris vittata, Pityrogramma calomelanos
Arsenik (As)
Pteris vittata, Nicotiana tabacum, Liriodendron tulipifera
Mercuri (Hg)
Thlaspi caerulescens, Alyssum murale, Oryza sativa
Senyawa organik (petroleum hydrocarbons, PCBs, PAHs, TCE juga TNT )
Brassica sp
Emas (Au)
Brassica juncea
Selenium (Se)

Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di fitoremediasi adalah: Anturium Merah/Kuning, Alamanda Kuning/Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden Merah/Kuning/Putih, Dahlia, Dracenia Merah/Hijau, Heleconia Kuning/Merah, Jaka, Keladi Loreng/Sente/Hitam, Kenyeri Merah/Putih, Lotus Kuning/Merah, Onje Merah, Pacing Merah/Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dan lain-lain.

D.    Proses Fitoremediasi
Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat pencemar yang berada disekitarnya. Proses fitoremediasi yaitu antara lain :
1.      Phytoacumulation (phytoextraction)
Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga Hyperacumulation. Akar tanaman menyerap limbah logam dari tanah dan mentranslokasinya ke bagian tanaman yang berada di atas tanah. Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap dan bertahan dalam berbagai limbah logam. Terutama di tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari satu jenis logam. Ada spesies tertentu yang disebut hiperakumulator tanaman yang menyerap jumlah jauh lebih tinggi dari polutan dibandingkan spesies lainnya kebanyakan. Spesies ini digunakan pada banyak situs karena kemampuan mereka untuk berkembang di daerah-daerah yang sangat tercemar. Setelah tanaman tumbuh dan menyerap logam mereka dipanen dan dibuang dengan aman. Proses ini diulang beberapa kali untuk mengurangi kontaminasi ke tingkat yang dapat diterima. Dalam beberapa kasus memungkin untuk benar-benar mendaur ulang logam melalui proses yang dikenal sebagai phytomining, meskipun ini biasanya digunakan pada logam mulia. Senyawa logam yang telah berhasil phytoextracted meliputi seng, tembaga, dan nikel.
http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Uptake-Translocation-and/897942249_YgnCQ-O.jpghttp://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Uptake-Translocation-and/897942261_XrkJg-O.jpgLogam kontaminan dalam tanah: diserap oleh akar (penyerapan), pindah ke tunas (translokasi), dan disimpan   (akumulasi).

http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Harvest-the-Shoot-and-Recover/897942217_ad5oB-O.jpgTanaman yang mengandung kontaminan logam dapat dipanen atau dibuang, memungkinkan untuk pemulihan  logam.

2.      Rhizofiltration
Rhizofiltration (rhizo = akar) merupakan proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan  oleh akar untuk menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi digunakan untuk membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah tercemar. Kontaminan yang baik teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh akar tanaman. Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situs tetapi harus terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman hidroponik di tanam pada media air, hingga sistem perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang besar pasokan air diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman. Setelah tanaman menjadi acclimatised kemudian ditanam di daerah tercemar di mana serapan akar air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar menjadi jenuh kemudian tanaman dipanen dan dibuang. Perlakuan yang sama dilakukan berulangkali pada daerah yang tercemar sehingga dapat mengurangi polusi. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanan bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.
3.      Phytostabilization
Phytostabilization merupakan penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan sehingga mencegah penyebaran melalui rantai makanan.. Teknik ini juga dapat digunakan untuk membangun kembali komunitas tanaman pada daerah yang telah benar-benar mematikan bagi tanaman karena tingginya tingkat kontaminasi logam. 
http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-transformation/897942126_5PxgP-O.jpgKontaminan organik dalam tanah adalah: diserap oleh akar tanaman dan dipecah menjadi bagian-bagian mereka dengan "eksudat" dalam sistem akar tanaman

http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/Microbially-Mediated-plant/897942203_Qz7kK-O.jpgRhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.


4.      Phytodegradation
http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-uptake-and/897942147_BBU96-O.jpgPhytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzim berupa bahan kimia yang mempercepat proses proses degradasi.
5.      Phytovolatization
http://photos.metrojacksonville.com/Urban-Issues/bioremediation/direct-effect-uptake-and/897942165_znVZv-O.jpgPhytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.

E.     Keunggulan dan kelemahan fitoremediasi pada pencemaran tanah
Fitoremediasi memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode konvensional lain untuk menanggulangi masalah pencemaran, seperti biaya operasional relatif murah, tanaman bisa dengan mudah dikontrol pertumbuhannya dan juga kemungkinan penggunaan kembali polutan yang bernilai seperti emas (Phytomining), Fitoremediasi merupakan cara remediasi yang paling aman bagi lingkungan karena memanfaatkan tumbuhan dan pencemaran pada tanah bisa berkurang secara alamiah serta dapat memelihara keadaan alami lingkungan, tanah juga akan mengalami perbaikan akibat adanya aktifitas akar dan tanah menjadi lebih subur kembali.
Kelemahan fitoremediasi adalah dari segi waktu yang dibutuhkan lebih lama dan terdapat kemungkinan akibat yang timbul bila tanaman yang telah menyerap polutan tersebut dikonsumsi oleh hewan dan serangga. Dampak negatif yang dikhawatirkan adalah terjadinya keracunan bahkan kematian pada hewan dan serangga atau terjadinya akumulasi logam pada predator-predator jika mengosumsi tanaman yang telah digunakan dalam proses fitoremediasi. Fitoremediasi belum bisa diterapkan pada semua lahan yang terkontaminasi, karena proses fitoremediasi tergantung kepada kedalaman dan kemampuan akar dalam menyerap polutan. Fitoremediasi bergantung dengan kepada keadaan iklim dan menggunakan cara ini masih membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan tanah tersebut karena menggunakan tumbuhan.

F.     Prospek Fitoremediasi
Walaupun teknologi fitoremediasi masih dalam tahap perkembangan dan banyak hal belum terjawab, namun minat peneliti dan perusahaan komersial cukup besar untuk ikut di dalam pengembangan dan penerapan komersial dari teknologi ini. Potensi pasar ini mendorong dibentuknya perusahaan yang khusus bergerak dalam fitoremediasi, seperti Phytotech, PhytoWorks, dan Phytokinetics (Reuther, 1999). Beberapa dari proyek di lapangan yang digarap oleh perusahaan-perusahaan komersial itu telah dibahas di atas.  Faktor pendorong bagi penerapan fitoremediasi adalah biaya yang relatif murah dibanding dengan teknologi berbasis fisika dan kimia.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan mikroorganisme yang besar. Dalam suatu pertemuan yang diadakan di LIPI, Bandung, sebuah tim peneliti dari Inggris mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengisolasi >120 jenis mikroorganisme dari segumpal tanah yang mereka peroleh dari lantai hutan di Ujung Kulon. Dan beberapa di antara mikroorganisme tersebut mempunyai kemampuan untuk mendegradasi xenobiotika seperti senyawa organik aromatik berkhlor. Hal ini menunjukkan potensi alam Indonesia yang perlu dimanfaatkan.
Sebuah tim di Direktorat Teknologi Lingkungan, BPPT, sedang mengadakan pengkajian penerapan potensi fitoremediasi untuk memulihkan lingkungan tercemar, khususnya yang tercemar logam berat. Pada pengkajian ini tahap pemilihan tumbuhan yang mempunyai daya serap dan akumulasi tinggi terhadap logam berat merupakan priorotas yang sangat penting. Karena walaupun telah disebutkan sebelumnya bahwa beberapa tumbuhan bersifat hiperakumulator, namun kebanyakan tumbuhan tersebut berasal dari wilayah beriklim sedang. Sehingga perlu dicari tumbuhan asli yang tentunya sudah beradaptasi baik dengan iklim Indonesia.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pencemran tanah merupakan salah satu dari pencemaran lingkungan yang merupakan pencemaran yang bisa mengakibatkan kerusakan di bumi ini. Dengan banyaknya penemuan-peneman yang cagih untuk menaggulangi pencemaran tanah misalnya dengan cara bioremediasi, remediasi, dan fitoremediasi. Namun dari ketiga cara tersebut, yang lagi populer sekarang ini atau prospeknya lagi bagus adalah fitoremediasi. Karena fitoremediasi telah menarik banyak pihak termasuk peneliti dan pengusaha untuk menggembangkan cara tersebut untuk penanggulangan pencemaran tanah, disebabkan harganya relatif murah. Di Indonesia masalah pencemaran terus dihadapi sesuai dengan kemajuan industri sehingga usaha remediasi serta pencegahan pencemaran perlu diperhatikan. Fitoremediasi diharapkan dapat memberikan sumbangan yang nyata dan praktis bagi usaha mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan di Indonesia.

B.     Saran
Sekiranya pencemaran lingkungan khususnya pencemaran tanah ini adalah masalah kita bersama, untuk itu selaku insan manusia yang bertangggung jawab dan memegang teguh konsep keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan tercipta lingkungan yang sehat.



DAFTAR PUSTAKA

Todd Zynda, Phytoremediation, Envirotools, 2001

Rustam Effendi Harahap, Phytoremediasi, 17 Februari 2003

Widyati E. 2008.
Potensi Tumbuhan Bawah sebagai Akumulator Logam Berat untuk Membantu Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang. Prosiding Air Asam Tambang di Indonesia dan Reklamasi Lahan Bekas Tambang di Indonesia (3): hal 1-6.

Juhaeti. T., Syarif. F. & Hidayati. N. 2005.
Inventarisasi Tumbuhan Potensial Untuk Fitoremediasi Lahan dan Air Terdegradasi Penambangan Emas. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Volume 6, Nomor 1 Halaman: 31-33.

Hardyanti. N & Rahayu S.S. 2007.
Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). Jurnal PRESIPITASI Vol. 2 No.1 Maret 2007, ISSN 1907-187X

Zulkarnaen. R. 2008.
Pengaruh enam jenis agen fitoremediasi dan Kombinasinya terhadap penurunan konsentrasi Logam besi dan kualitas air sumur. Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati. Institut Teknologi Bandung.







No comments:

Post a Comment

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...