Makalah
Manajemen Program Menjaga Mutu
Pelayanan Kesehatan
“Total Quality Management (TQM)”
Dosen Pengampu : Dr. Berman Saragih M.Kes
DI
SUSUN KELOMPOK 3
:
1. Ani Romaningsih
2. Badriyah Mustikowati
3. Elvi Susanti
4. Ahmad Joni Amran
5. Abdul Ghoni
6. Alex Yandra
7. Angga Saputra Herlambang
8. Doni Fernando
9. Doni Agung Sakti
10. Dedi Ariadi
PRODI
S1 KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN
TAHUN
AJARAN 2016/2017
DAFTAR
PUSTAKA
Tjiptono,
Fandy dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management. Cetakan
Kedua,
Andi Offset, Yogyakarta.
Gaspersz,
Vincent. 2001. Total Quality Manajemen. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Purnama,
Nursya’bani. 2006. Manajemen Kualitas Perspektif Global. Ekonisia,
Yogyakarta.
Nasution,
M.N.2004. Manajemen Mutu Terpadu ( Total
Quality Management). Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Ibrahim,
Buddy. 2000. TQM (Total Quality Management) : Panduan Menghadapi
Persaingan
Global. Djambatan, Jakarta.
Kotler, Philip.2004. Manajemen Pemasaran. PT Indeks,
Jakarta.
manajement”gkm/ di akses tanggal 26 Januari 2016
di akses tanggal 26 Januari 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan
kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Total Quality
Management (TQM)”.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen
Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan dengan dosen pengampu Dr.Berman Saragih M.Kes. Sebagaimana kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun pembahasan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna menyempurnakan tugas makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Bangko, 28 Januari 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Sejarah TQM ............................................................................ 3
B.
Definisi TQM ........................................................................... 4
C.
Tujuan TQM ............................................................................. 5
D.
Manfaat Menerapkan TQM...................................................... 5
E.
Karakteristik TQM ................................................................... 6
F.
Dasar TQM .............................................................................. 7
G.
Alat TQM ................................................................................. 13
H.
Faktor-faktor Yang
Dapat Menyebabkan Kegagalan TQM .... 14
I.
Organisasi
Pelayanan Kesehatan Dengan Strategi TQM.......... 17
BAB III KESIMPULAN
..................................................................... 18
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
sebuah perusahaan, organisasi maupun fasilitas kesehatan sangat di perlukan
kualitas suatu produk, jasa, manajemen, dan kualitas karyawan agar suatu organisasi
bisa lebih maju. Karena dari kualitas manajemen dapat memberikan landasan dalam
melakukan aktifitas-aktifitas di suatu organisasi sehingga memberikan kepuasan
bagi pelanggan dan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Perubahan
lingkungan dari lingkup lokal menjadi global menyebabkan terjadinya perubahan
di hampir semua sektor kehidupan. Adanya keharusan untuk penyesuaian situasi
secara global, membuat manajer tidak hanya mengacu pada situasi lokal, nasional
ataupun regional, namun harus mampu bersaing secara internasional. Sikap
organisasi untuk menghadapi hal ini hanya ada satu, yaitu ikut mengalami
perubahan baik secara struktural maupun sumber daya yang dimiliki. Salah satu
cara yang bisa ditempuh oleh perusahaan adalah dengan membenahi sumber daya
manusia yang dimilikinya agar bisa bertahan dalam persaingan jangka panjang.
Total
quality manajemen (TQM) berasal dari kata “Total” yang berarti keseluruhan atau
terpadu, “Quality” yang berarti mutu, dan “Management” diartikan dengan
pengelolaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses planning, organizing,
staffing, dan controlling terhadap seluruh kegiatan dalam organisasi. Dalam
pengertian mengenai organisasi Total Quality Manajemen, penekanan utama adalah
pada mutu yang didefinisikan dengan mengerjakan segala sesuatu dengan baik
sejak dari awalnya dengan tujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Hal inilah
yang melatar belakangi konsep zero defect. Kesalahan atau cacat (defect) hanya
akan terjadi bila sejak dari proses awal tidak ditekankan masalah mutu. Selain
itu, perusahaan harus membayar mahal bila produk atau jasanya tidak laku karena
tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan atau tidak berorientasi
pada kepuasan pelanggan.
Oleh
karena itu perlu ada penerapan Total Quality Management (TQM) dalam sebuah
organisasi dapat membantu organisasi tersebut dalam menghadapi persaingan yang
makin ketat. TQM mengacu pada berbagai perubahan, mulai dari perubahan
struktur, tujuan, peran manajer, dan peran karyawan. Selain itu TQM pun
memiliki karakteristik yang salah satunya adalah menggunakan pendekatan ilmiah
dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah
Total Quality Management (TQM)
?
2. Apa saja definisi Total Quality
Management (TQM) ?
3. Apa
saja tujuan Total
Quality Management (TQM) ?
4. Apa
saja manfaat menerapkan Total Quality Management (TQM)
?
5. Apa
karakteristik Total
Quality Management (TQM) ?
6. Apa
dasar dari Total
Quality Management (TQM) ?
7. Apa
sajakah alat-alat yang digunakan untuk Total Quality Management (TQM)
?
8. Faktor-faktor
apa sajakah yang dapat menyebabkan kegagalan Total Quality Management (TQM)
?
9. Bagaimana organisasi
pelayanan kesehatan dengan strategi Total Quality Management (TQM)
?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk Memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan.
2. Untuk
mengetahui dan menambah wawasan tentag Total Quality Management (TQM).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Total Quality Management (TQM)
Evolusi
gerakan total quality di mulai dari
masa studi waktu dan gerakan bapak manajemen yaitu Frederick Taylor pada tahun
1920-an. Aspek yang paling fundamental
dari manajemen ilmiah adalah adanya pemisahan antara perencanaan dan
pelaksanaan. Meskipun pembagian tugas telah menimbulkan peningkatan besar dalam
hal produktivitas, sebenarnya konsep pembagian tugas tersebut telah menyisihkan
konsep lama mengenai keahlian atau keterampilan, di mana individu yang sangat
terampil melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas. Manajemen ilmiah Taylor mengatasi hal ini dengan membuat
perencanaan tugas manajemen dan tugas tenaga kerja. Untuk mempertahankan
kualitas produk dan jasa yang dihasilkan maka di bentuklah departemen kualitas
yang terpisah.
Seiring
dengan meningkatnya volume dan kompleksitas pemanufakturan, kualitas juga
menjadi hal yang semakin sulit. Volume dan kompleksitas mendorong timbulnya quality engineering pada tahun 1920-an
dan reliability engineering pada
tahun 1950-an. Quality engineering sendiri
mendorong timbulnya penggunaan metode-metode statistik dalam pengendalian
kualitas, yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan statistical
process control. Kedua konsep terakhir ini merupakan aspek fundamental dari
total quality management (TQM).
Sekalipun
konsep TQM banyak yang dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan di jepang,
tetapi tidak dapat dinyatakan bahwa TQM “made
in japan”. Hal ini dikarenakan banyak aspek TQM yang bersumber dari Amerika
(Schmidt dan Finnigan, 1992, dalam Bounds, et al, 1994, p.61), diantaranya:
1. Manajemen ilmiah, yaitu berupaya
menemukan satu cara terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
2. Dinamika melompok, yaitu
mengupayakan dan mengorganisasikan kekuatan pengalaman kelompok.
3. Pelatihan dan pengembangan yang merupakan
investasi dalam sumber daya manusia.
4. Motivasi berprestasi.
5. Keterlibatan karyawan.
6. Sistem sosioteknikal, di mana
organisasi beroperasi sebagai sistem terbuka.
7. Pengembangan organisasi.
8. Budaya organisasi, yakni menyangkut
keyakinan, mitos dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku setiap orang dalam
organisasi.
9. Teori kepemimpinan baru, yakni
mengispirasikan dan memberdayakan orang lain untuk bertindak.
10. Konsep linking-pin dalam organisasi, yaitu membentuk tim fungsional silang.
11. Perencanaan strategik.
B.
Definisi
Total Quality Management (TQM)
Total
quality manajemen dapat di defenisikan dari tiga kata yang di milikinya, yaitu
total (keseluruhan),quality (kualitas, derajat/tingkat keunggulan barang atau
jasa), manajemen (tindakan, pengendalian pengarahan). Adapun pengertian TQM
menurut para ahli:
1. Santoso 1992, menyatakan bahwa TQM
adalah sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.
2. Fandy tjiptono 1996, mendefenisikan TQM adalah suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungannya.
3. N. Logotheis, yang
mendefinisikan Total Quality Management adalah suatu kultur dimana dalam kultur
ini ada komitmen total untuk kualitas dan suatu perilaku yang dinyatakan oleh
setiap orang yang terlibat dalam proses perbaikan yang berkelanjutan terhadap
produk dan pelayanan melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif.
4. Menurut (Ishikawa dalam Pawitra, 2003) TQM diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi dari organisasi ke dalam falsafah yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat
disimpulkan total quality management (TQM) adalah sistem manajemen yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan kegiatan
yang di upayakan sekali benar melalui perbaikan berkesinambungan dan memotivasi
karyawan.
C.
Tujuan
Total Quality Management (TQM)
Tujuan
Total Quality Management (TQM) adalah
untuk meorientasikan sistem manajemen, perilaku staf, fokus organisasi dan
proses-proses pengadaan pelayanan sehingga lembaga penyedia pelayanan bisa berproduksi
lebih baik, pelayanan yang lebih efektif serta memenuhi kebutuhan, keinginan
dan keperluan pelanggan. Jadi tujuan utama TQM adalah untuk perbaikan mutu
pelayanan secara terus menerus.
D.
Manfaat
menerapkan Total Quality Management (TQM)
Banyak
manfaat yang di peroleh dari penerapan TQM khususnya bagi pelanggan, perusahaan
maupun bagi karyawan atau staf. Manfaat tersebut didasarkan pada sistem kerja
dari program TQM yang berlandaskan pada perbaikan berkelanjutan.
1. Manfaat bagi pelanggan
a. Tidak memiliki masalah dengan produk
atau pelayanan
b. Kepedulian terhadap pelanggan lebih
di perhatikan
c. Kepuasan pelanggan terjamin
2. Manfaat bagi perusahaan
a. Terdapat perubahan kualitas produk
dan pelayanan
b. Staf lebih termotifasi
c. Produktivitas meningkat
d. Biaya turun
e. Produk cacat berkurang
f. Permasalahan dapat di selesaikan
dengan cepat
3. Manfaat TQM bagi organisasi
a. Pemberdayaan
b. Lebih terlatih dan berkemampuan
c. Lebih di hargai dan di akui
4. Manfaat lain dari TQM yang mungkin
di rasakan bagi perusahaan yang akan datang
a. Membuat perusahaan subagai pemimpin
dan bukan sekedar pengikut
b. Membantu terciptanya team work
c. Membantu perusahaan lebih sensitif
terhadap kebutuhan pelanggan
d. Membuat perusahaan lebih siap dan
mudah beradaptasi terhadap perubahan
e. Hubungan antara staf departemen yang
berbeda lebih mudah
E.
Karakteristik
Total Quality Management (TQM)
Karakteristik TQM antara lain :
1. Partisipasi aktif dari semua pihak,
baik pimpinan maupun karyawan
2. Berorientasi pada mutu berdasarkan
pada kepuasan pengguna
3. Dinamika manajemen
4. Menanamkan budaya dengan baik
5. Menanamkan budaya problem
6. Perbaikan berkelanjutan sebagai
proses pemecahan masalah dalam TQM.
F.
Dasar
Total Quality Management (TQM)
Pada dasarnya ide pokok
TQM adalah :
1.
Mutu dan kepuasan
pelanggan adalah bisnis utama
Karakter prinsip dari orientasi mutu sebagai strategi bisnis yang
utama adalah bahwa program kendali mutu harus membantu perkembangan dengan kuat
dalam pertumbuhan bisnis yang positif. Dua langkah dasar manajemen yang
diperlukan dan yang harus ada dalam organisasi adalah :
a.
Konsep orientasi mutu kepuasan pelanggan secara
total dan bersamaan dengan pembiayaan yang layak dari mutu, harus ditegakkan
sebagai satu bisnis primer dalam rencana, pencapaian tujuan, dan penampilan
pengukuran dari pemasaran, engineering, produksi, hubungan, dan fungsi
pelayanan organisasi.
b.
Menjaga mutu kepuasan pelanggan dan
pembiayaannya harus ditegakkan sebagai tujuan utama organisasi dan fungsi quality control itu sendiri tidak lebih
dipersempit menjadi tujuan teknik yang terbatas atau orientasi mutu hasil
produk. Area yang dipengaruhi strategi ini adalah :
1)
Strategi memperoleh keuntungan (Profit Strategi).
2)
Mengurangi waktu edar (Reduced Cycle Time).
3)
Tanggapan pasar (Marketplace Respone).
4)
Penggunaan sumber daya (Resourse Utilization).
Dalam strategi manajemen
yang baru, mutu menjadi pusat dan arah perhatian. Quality control berperan dalam masing-masing hal tersebut.
2.
Meningkatkan keuntungan dengan memperbaiki mutu
Karena sejak awal input, proses, dan hasil sudah dibuat bermutu.
Berkurangnya pemborosan baik bahan, tenaga, waktu, pikiran sehingga efisien dan
efektif.
3.
Benar Sejak Awal (Rigth
First Time)
Agar pekerjaan bebas dari cacat dan kekurangan (Zero defect) atau dapat bekerja cepat,
lebih diperhatikan pencegahan dan kontrol yang ketat sejak dini dari pada
akhirnya membuang hasil-hasil produk yang jelek, sehingga dapat mencegah suatu
pemborosan.
4.
Manajemen Mutu adalah
tentang Pencegahan
Mencegah adanya hasil prodksi yang tidak bermutu, lebih baik dari pada
membuang hasil produksi yang tidak bermutu.
5.
Biaya Mutu
a. Biaya mutu (cost of
quality) adalah biaya total untuk mendapatkan mutu, termasuk biaya
pencegahan, penaksiran, kegagalan, didalam atau diluar organisasi, melampaui
atau melebihi persyaratan yang diminta pelanggan dan biaya peluang yang hilang.
b. Biaya pencegahan (prevention
Cost),adalah semua biaya yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan untuk
mencegah agar tidak terjadi kegagalan, cacat atau kekurangan produk, antara
lain program pendidikan dan pelatihan.
c. Biaya Penilaian atau
Penaksiran (Appraisal Cost), adalah
biaya untuk membuat kesesuaian dengan standar mutu, seperti sistem pengukuran
termasuk inspeksi, pemeriksaan, auditing, survey dan penyelidikan.
d. Biaya Kegagalan internal
(Internal Failure Cost),
adalah biaya yang timbul di dalam organisasi sebelum disampaikan kepada
pelanggan eksternal, seperti hasil produk yang tak terpakai, terbuang kerja
ulang perubahan desain selama produksi atau kelebihan barang di gudang.
e. Biaya Kegagalan
Eksternal (Eksternal Failure Cost), biaya yang terjadi ketika produk atau jasa telah ditawarkan
kepada pelanggan dan dijumpai rusak atau cacat termasuk produk yang
dikembalikan, jasa yang ditolak atau pelanggan yang kecewa.
f. Biaya yang timbul
melebihi persyaratan (Exeeding Requirement Cost), biaya yang terjadi karena sesungguhnya tidak diperlukan
seperti memberikan informasi, dokumen atau hal-hal lain yang berlebihan bagi
pelanggan.
g. Biaya Peluang yang
Hilang (Lost Opportunity Cost),
biaya atau kerugian yang terjadi karena ditinggalkan pelanggan lama, atau tak
mendapatkan pelanggan baru, karena produk atau jasa yang bermutu rendah,
kompetisi atau waktu pengiriman yang lama.
6.
Peningkatan mutu
terus-menerus berdasarkan data dan fakta, bukan opini
TQM (total quality
management) mengendalikan mutu berdasar fakta obyektif, dengan data yang
akurat shingga orang lain pun dapat menarik kesimpulan yang sama berdasar fakta
obyektif itu. Dari fakta obyektif itu pula dapat diketahui gambaran atau
situasi atau persoalan yang ada lebih jelas. Untuk maksud tersebut diperlukan
pengetahun tentang analisis data dan piranti dasar statistik. Pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan dalam meningkatkan mutu terus-menerus, berdasar data
dan fakta obyektif bukan opini atau pendapat pribadi maupun orang banyak.
7.
Berdasar ilmu
pengetahuan dan teknologi yang didukung dengan Pendidikan dan Pelatihan
Dalam langkah-langkah menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
tang tepat, baik yang berkaitan dengan teknik profesi maupun metode statistik.
8.
Komitmen pimpinan
dalam peningkatan mutu
Pada umumnya mutu pelayanan diserahkan saja pada bagian pelayanan
atau para pengawas, dalam TQM peningkatan mutu terprogram sejak awal, disegala
bagian yang berkaitan.
9.
Melaksanakan Siklus
P-D-C-A (Plan-Do-Check-Action)
Sistem pengendalian dalam TQM merupakan proses yang berlangsung
terus-menerus dan berulang-ulang untuk mencapai kualitas dan produktivitas yang
tinggi dibanding sebelumnya. Proses pengendalian dalam TQM meliputi tahap yang
berulang dan setiap pengulangan dari proses ini, akan memberikan peningkatan
kualitas maupun kuantitas, merupakan suatu siklus atau daur yang sering disebut
dengan siklus P-D-C-A atau siklus Deming.
Proses Siklus P-D-C-A tidak hanya suatu proses yang berlangsung
terus-menerus, namun juga merupakan sistem yang berhubungan dan saling
membutuhkan secara berinteraksi antara unit-unit kerja dan mekanisasi
organisasi secara harmonis.
10. Benchmarking
Membandingkan penampilan suatu perusahaan, rumah sakit dengan yang
lain adalah pencerminan dari TQM. Benchmarking yang bersaing adalah proses
manajemen berkelanjutan yang membantu perusahaan, rumah sakit menaksir
kompetisi mereka dan diri mereka serta menggunakan pengetahuan itu dalam
membuat rencana desain agar paling bagus di pasaran. Targetnya adalah lebih
daripada pesaing yang terbaik. Untuk itu mengukur tiga komponen program mutu
keseluruhan yaitu :
a.
Produk : produk dan pelayanan yang disampaikan
kepada pelanggan dalam dan pelanggan luar.
b.
Proses dan Produksi Bisnis : memperhatikan
peningkatan mutu dalam proses dan prosedur di seluruh bagian-bagian.
c.
Orang dalam Organisasi, budaya bisnis dan
kaliber orangnya.
Benchmarking yang
kompetitif merupakan komponen penting dari program mutu secara menyeluruh. Ada
lima penyebab untuk mengaktifkan teknik tersebut, antara lain yaitu :
a.
Menetapkan syarat atau permintaan pelanggan.
b.
Menetapkan tujuan dan sasaran serta target.
c.
Mengembangkan alat ukur waktu.
d.
Menjadi lebih bersaing.
e.
Menentukan Industri praktek terbaik.
11. Keterlibatan
seluruh petugas dan kerja sama tim
Kenyataannya setiap orang dapat mengakibatkan kekurangan dalam
produksi. Kalau dulu mutu hanya merupakan tugas seorang inspektur yang
menyeleksi hasil akhir, apakah dibuang atau dipakai terus, dengan TMQ semua
dilibatkan dari top manager puncak, staf, senior-junior, sampai petugas.
Perasaan memiliki sesuatu adalah penting bagi seseorang. Hal ini
secara tradisional telah terjadi sejak dulu. Demikian pula organisasi. Kemitraan
adalah keterbukaan dalam berbagi sesuatu diantara anggota, seperti memperoleh
ilmu, pelatihan, keleluasaan, kebahagiaan dalam bekerja. Program TQM
menghendaki agar setiap orang merasa memiliki, masalah organisasi adalah
masalahnya, data-data dan informasi, proses, solusi, pengakuan dan
sukses-sukses yang berhubungan dengan peningkatan mutu. Demikian pula
program-program TQM, mendorong kelompok kerja agar berfungsi dalam
pengelolaan unitnya sendiri (self
managing) sebagaimana mestinya. Dan meningkatkan tanggung jawab para
anggota kelompok terhadap output masing-masing tempat kerjanya. Demikian pula
dalam kegiatan zero defect, standarisasi,
monitor terus-menerus penampilan pekerjaannya, pengumpulan data, memakai
benchmarking, problem solving, feedback dan sebagainya, dan lebih lagi
diharapkan hal-hal tersebut menjadi budaya dalam organisasi (corporate culture).
Tidak ada perbedaan status dalam bekerja antara insinyur dengan
pengetahuan teorinya dan pekerja dengan keterampilan prakteknya. Keduanya
penting untuk kebagusan mutu. Semua bekerja saling menunjang pekerjaan
masing-masing agar tim kerja sukses. Bila terjadi konflik, dikelola dengan baik
agar supaya kegiatan TQM tetap seperti yang diharapkan antara lain dapat dengan
kolaborasi, menciptakan konflik (moderator), team winning dan sebagainya.
12. Menghargai
manusia sebagai manusia(mengorangkan)
Konsep kendali mutu memerlukan keterlibatan semua unit kerja agar
memberi hasil baik, tidak hanya salah satu bagian atau unti kerja saja. Adanya
kesempatan kepada karyawan untuk turut berperan serta dalam proses
perbaikan mutu, akan bermanfaat bagi peningkatan produktivitas, kualitas dan
kuantitas, sekaligus sebagai faktor motivasi bagi diri karyawan karena merasa
diorangkan, tidak hanya sekedar dianggap sebagai alat produksi saja. Kelompok
kerja inilah yang disebut sebagai gugus kendali mutu (Quality Control Circle).
13. Proses
menghantarkan mutu (The Quality Delivery Process)
Proses berikutnya adalah pelanggan kita. Seperti diketahui mutu
adalah memberikan kepuasan pada konsumen. Dalam hali ini jaminan mutu dalam
proses sebelumnya diharapkan akan memberikan kepuasan pula bagi proses
berikutnya dan seterusnya. Kita beranggapan proses berikutnya adalah pelanggan
kita. Hal ini berarti bahwa supaya dapat diterima menjadi pelanggan kita,
setiap proses harus berusaha mematuhi 3 (tiga) syarat yaitu :
a.
Tidak akan menghasilkan barang/jasa yang jelek,
rusak, cacat atau tidak lengkap.
b.
Tidak akan mengirimkan barang/jasa yang jelek,
rusak, cacat atau tidak lengkap.
c.
Dan tidak pula menerima barang/jasa yang
jelek, rusak, cacat atau tidak lengkap.
TQM tidak hanya
menyadari mutu, TQM membutuhkan penerapan proses menghantarkan mutu (The quality delivery process) yang
merupakan salah satu inti dari TQM. Maksud daripada sistem atau proses ini,
adalah :
a.
Menjamin setiap orang bekerja dalam
kegiatan-kegiatannya yang penting untuk suksesnya bisnis dengan memenuhi
misi-misi kerja kelompok.
b.
Meingkatkan mutu kerja yang dihantarkan
(outputs) kepada pelanggan-pelanggan internal, atau orang berikut yang menerima
pekerjaan.
c.
Mengurangi pekerjaan terbuang karena orang tidak
mengerjakan dengan benar pada kesempatan pertama.
d.
Menggunakan kombinasi keterampilan, ide dan
pengalaman dari anggota kelompok kerja untuk meningkatkan penampilan kerja.
e.
Memuaskan pelanggan eksternal maupun internal.
G.
Alat
Total Quality Management (TQM)
Penerapan
Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut
“alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti
masalah-masalah serta membantu membuat perencanaan. Delapan alat TQM yang
diuraikan adalah sebagai berikut.
1. Curah pendapat (Brainstorming),
adalah alat perencanaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas
kelompok. Curah pendapat dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang
mungkin dari suatu masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2. Diagram alur (bagan arus proses),
adalah satu alat perencanaan dan analisis yang digunakan, antara lain untuk
menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, atau
komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses.
3. Analisis SWOT, adalah suatu alat
analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah-masalah dengan kerangka
Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan
Threats (ancaman).
4. Ranking preferensi, merupakan suatu
alat interpretasi yang dapat digunakan untuk memilih gagasan dan pemecahan
masalah di antara beberapa alternatif.
5. Analisis tulang ikan (juga dikenal
sebagai diagram sebab-akibat), merupakan alat analisis, antara lain untuk
mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisis
apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses.
6. Penilaian kritis, adalah alat bantu
analisis yang dapat digunakan untuk memeriksa setiap proses manufaktur,
perakitan, atau jasa. Alat ini membantu kita untuk memikirkan apakah proses itu
memang dibutuhkan, tepat, dan apakah ada alternatif yang lebih baik.
7. Benchmarking, adalah proses
pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita dan dibandingkan dengan
keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini akan menjadi patokan
untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus. Tujuan benchmarking
adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga menjadi yang
terbaik.
8. Diagram analisa medan daya (bidang
kekuatan), merupakan suatu alat analisis yang dapat digunakan, antara lain
untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam mencapai suatu sasaran dan
mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta pemecahan dari suatu masalah
atau peluang.
H.
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kegagalan Total
Quality Management (TQM)
Apabila
suatu organisasi menerapkan TQM dengan cara sebagai mana mereka melaksanakan
inovasi manajemen lainnya, atau bahkan bila mereka menganggap TQM sebagai obat
ajaib untuk alaat penyembuhan yang cepat, maka usaha tersebut telah gagal
semenjak awal. TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan
menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen
tradisional, komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan
khusus. Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan
harapan-harapan yang tidak realitis, ada pula beberapa kesalahan yang secara
umum dilakukan pada saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan antar lain :
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak
baik dari manajemen senior.
Inisiatif
upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai dari pihak
manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksanaannya.
Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak lain maka peluang terjadinya
kegagalan sangat besar.
2. Team mania
Organsasi
perlu membentuk beberapa tim yang melibatkan semua karyawan. Untuk menunjang
dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada dua dua hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan harus memiliki pemahaman
yang baik terhadap perannya masing-masing. Kedua, Organisasi harus melakukan
perubahan budaya supaya kerjasama tim `tersebut dapat berhasil. Apabila kedua
hal tersebut tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka hanya akan timbul
masalah, bukannya pemecahan masalah.
3. Proses penyebarluasan (Deployment)
Ada
organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen-elemen
organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut melibatkan para manajer,
serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha itu
meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan keterampilan,
pendidikan dan kesadaran.
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas
dan dogmatis
Ada
pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming, pendekatan Juran,
atau pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip yang ditentukan
disitu. Padahal tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh ketiga pakar
tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan satu pendekatan
yang cocok untuk segala situasi.
5. Harapan yang terlalu berlebihan dan
tidak realistis
Bila
hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa
hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik, mengilhami dan
membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu dibutuhkan waktu
yang sangat lama pula untuk mengimplementasikan perubahan-perubahan proses
baru, bahkan seringkali perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan
tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk sampai terasa pengaruhnya
terhadap peningkatan kualitas dan daya saing perusahaan.
6. Emprowerment yang bersifat premature
Banyak
perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian emprowerment kepada
karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah dilatih dan diberi wewenang
baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para karyawan tersebut akan dapat
menjadi self-directed dan memberikan hasil-hasil positif. Seringkali dalam
praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan setelah suatu pekerjaan
diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka membutuhkan sasaran dan tujuan
yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan sesuatu.
Contoh tantangan yang dapat
menyebabkan gagalnya TQM, yaitu:
1. Melihat apakah target mutu setiap
departemen telah di laksananakan sesuai dengan rencana.
2. Memastikan bahwa proses yang
bermasalah dari hasil analisa keluhan pelanggan telah di koreksi.
3. Memastikan bahwa kebijakan atau
prosedur baru telah di pahami dan di terapkan oleh semua bagian terakhir.
Kunci
untuk mengatasi tantangan di atas adalah mempromosikan perubahan pada sistem
manajemen dan perilaku organisasi penyedia pelayanan. Hal ini mencakup
membangun komitmen untuk perubahan, mempromosikan partisipasi semua pihak
terkait dan memberdayakan tim kerja. Komitmen untuk merubah pendekatan
organisasi dalam hal pengadaan pelayanan bermula dari tingkat manajer senior,
tetapi perubahan itu sendiri di manifestasikan oleh seluruh staf pada semua
lapisan. Agar TQM berhasil, maka baik klien maupun tim kerja harus menjadi
mitra aktif dalam pengembangan pelayana. Secara khusus, agar pelanggan puas
maka staf harus memiliki keahlian yang di butuhkan dan rasa memiliki terhadap
pelayanan. Pegawai pada semua tingkatan harus bisa melatih keleluasaan dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan
I.
Organisasi
Pelayanan Kesehatan Dengan Strategi Total
Quality Management (TQM)
Organisasi pelayanan kesehatan dengan strategi TQM (Total Quality Management) menggerakkan
seluruh potensi yang ada diberbagai tingkatan kepemimpinan manajemen,
kepemimpinan profesional dan seluruh petugas, dengan pendekatan formal maupun
informal disegala tindakan. Dari top manajer sampai lini depan pelayanan medis,
seperti pendekatan Quality Assurance, Akreditasi.
Strategi TQM bermacam-macam, tergantung masing-masing institusi
pada ilmunya. Penekanannya ada tiga hal yaitu menyesuaikan permintaan mutu yang
memuaskan, perkembangan dan proses perbaikan yang sesungguhnya. Meskipun
berbeda-beda motivasinya, namun terdapat ciri-ciri yang sama yaitu :
1.
Memberdayakan tenaga medis (klinis) dan
manajemen untuk menganalisa dan memperbaiki proses.
2.
Adopsi norma mengacu pada mutu kepuasan
pelanggan adalah suatu hak yang utama dalam mutu dan dimaksud pelanggan
termasuk dua hal, pasien dan petugas kesehatan (provider) dalam proses
tersebut.
3.
Pengembangan pendekatan lintas fungsional multi
disipliner di lingkup bagian-bagian atau kementrian-kementrian dan lingkup
profesi.
4.
Mengadakan motivasi untuk secara rasional
berdasar data dan fakta dalam proses analisis dan perubahan, dengan pendekatan
metodologi statistik.
BAB III
KESIMPULAN
Total Quality Management (TQM) adalah sistem manajemen
yang berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) dengan
kegiatan yang di upayakan sekali benar melalui perbaikan berkesinambungan dan
memotivasi karyawan. Tujuan utama TQM adalah
untuk perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus. Banyak manfaat yang diperoleh dari penerapan TQM khususnya bagi
pelanggan, perusahaan maupun bagi karyawan atau staf. Manfaat tersebut
didasarkan pada sistem kerja dari program TQM yang berlandaskan pada perbaikan
berkelanjutan.
Dasar TQM yaitu Mutu dan
kepuasan pelanggan adalah Bisnis Utama; Meningkatkan keuntungan dengan
memperbaiki mutu; Benar sejak awal (right first time); Manajemen mutu adalah
tentang pencegahan; Biaya mutu (cost of quality); Peningkatan mutu terus
menerus berdasarkan data dan fakta, bukan opini; Berdasarkan ilmu pengetahuan
dan tehnologi yang didukung dengan pendidikan dan pelatihan; Komitmen pimpinan
dalam peningkatan mutu, Melaksanakan siklus P-D-C-A (Plan-Do-check-Action);
Benchmarking; Keterlibatan seluruh petugas dan kerjasama tim; Menghargai
manusia sebagai manusia (meng-orang-kan); serta Proses menghantarkan mutu (The
quality delivery process).
Delapan alat TQM adalah
sebagai berikut curah pendapat (Brainstorming), diagram alur (bagan arus
proses), analisis SWOT, ranking preferensi, analisis tulang ikan, penilaian
kritis, benchmarking, dan diagram analisa medan daya (bidang kekuatan).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan Total Quality Management
(TQM) yaitu delegasi dan
kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior, team mania, proses penyebarluasan (Deployment), menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis, harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis serta emprowerment yang bersifat premature.
Thanks For Sharing, Interesting Article ^_^
ReplyDeleteVisit >>> Website