MATERI TENTANG PENYAKIT DIARE
A.
Pengertian Diare
Diare adalah
penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya
(3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja
dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik
definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses
(tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa
terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi
kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya
buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat
atau keras.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Menurut Haroen N, S. Suraatmaja, dan
P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lender dalam tinja. Menurut C.L Betz, dan L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus
maupun bakteri pada traktus intestinal (misalnya kholera,
disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa ketegangan saraf atau stress.
B.
Jenis-Jenis
Diare
1. Diare Akut
Diare akut merupakan
diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan
buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya
biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama
sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2. Diare
Bermasalah
Diare
bermasalah merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri,
parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara
fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga.
Diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga
baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti
munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3. Diare
Persisten
Diare
persisten merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis
diare persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama
dengan diare akut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes
RI, Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007).
C.
Etiologi Diare
1.
Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, candida
2.
Faktor parenteral : infeksi di
bagian tubuh lain (OM sering terjadi pada anak-anak)
3.
Faktor malabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
4.
Fakto rmakanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan
5.
Faktor psikologis : rasa takut, cemas
Menurut Dr.
Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam
golongan:
1.
Infeksi yang disebabkan bakteri,
virus atau parasit.
2.
Adanya gangguan penyerapan makanan
atau disebut malabsorbsi.
3.
Alergi.
4.
Keracunan bahan kimia atau racun
yang terkandung dalam makanan.
5.
Imunodefisiensi yaitu kekebalan
tubuh yang menurun.
6.
Dan penyebab lain.
Direktur
Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes yang sering ditemukan di
lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. Setelah melalui
pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya berasal dari makanan atau minuman
yang tercemar virus.
Konkretnya,
kasus diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari
musim kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air
bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya
kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal
di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.
Saat
persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air sungai yang
jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air besar. Jelas
airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita diare sangat
banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman maupun zat kimia
yang meracuni tubuh.
Masalah
perilaku juga bisa menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengonsumsi
makanan atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit
penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.
D.
Patofisiologi
Penyakit ini
dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:
1.
Makan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh
tangan kotor.
2.
Bermain dengan mainan terkontaminasi
apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena
virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3.
Penggunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.
4.
Tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah selesai buang air besar.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (rotravirus, adenovirus enteris, virusnorwalk), bakteri atau toksin (compylobacter, salmonella, escherihia coli, yersinia dan lainnya), parasit(biardialambia, cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogenini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana merusaksel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan ageniritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mucus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan ganguan sirkulasi darah.
E.
Tanda dan Gejala
Gejala diare
adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang
kadang disertai:
1.
Muntah
2.
Badan lesu atau lemah
3.
Panas
4.
Tidak nafsu makan
5.
Darah dan lendir dalam kotoran
F.
Komplikasi pada diare
Menurut Bongard (2002), ada 5 komplikasi utama yang
muncul pada kasus diare, yaitu:
1.
Dehidrasi
a.
Dehidrasi Ringan; Kehilanga ncairan 2–5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
b.
Dehidrasi Sedang; Kehilangan cairan 5–8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
c.
Dehidrasi Berat; Kehilangan cairan 8–10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.
2.
Renjatan Hipovolemik
Ringan (kehilangan cairan <20% volume darah); pasien mengeluhkan perasaan dingin, perubahan tekanan darah dan nadi, kulit pucat, dingin, lembab, flat
neck veins, urin pekat.
Sedang (defisit 20-40 % dari volume darah); pasien mengaluh haus, tekanan darah turun pada posisi supine, oliguria. Berat (deficit cairan >40 % volume darah); pasien tampak gelisah, lemah, bingung, obtune, tekanan darah rendah dan nadi tak teraba, tak hipnea, jika progress berlanjut terjadi cardiac arrest.
3.
Kejang
4.
Bakteriemia
5.
Malnutrisi
6.
Intoleran sekunder akibat kerusakan mukosa usus (perforasi)
G. Akibat Dari Penyakit
Diare
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat
membuat tubuh penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika
dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai
muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam
beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut
terjadi akibat penderita diare terlambat ditangani.
H. Pencegahan
Pencegahan
muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1.
Usahakan untuk selalu mencuci tangan
sebelum menyentuh makanan. Mencuci tangan pakai
sabun dengan benar pada lima waktu penting: 1) sebelum makan, 2) setelah BAB
dan BAK, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum
menyiapkan makanan;
2.
Usahakan pula menjaga kebersihan
alat-alat makan.
3.
Sebaiknya air yang diminum memenuhi
kebutuhan sanitasi standar di lingkungantempat tinggal. Air dimasak benar-benar
mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4.
Tutup makanan dan minuman yang
disediakan di meja.
5.
Setiap kali habis pergi usahakan
selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.zBiasakan anak untuk makan di rumah dan
tidak jajan di sembarangan tempat, Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke
sekolah
6.
Buatlah sarana sanitasi dasar yang
sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.
7.
Pembuatan jamban harus sesuai
persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
8.
Pengelolaan sampah yang
baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan
lain-lain);
I. Pertolongan Pertama
Bila sudah
terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera
dilakukan.
1.
Minumkan cairan oralit sebanyak
mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi
sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan
ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah
larutan gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula
pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada
penderita sebanyak mungkin ia mau minum.
2.
Penderita sebaiknya diberikan
makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta makanan ekstra yang
bergizi sesudah muntaber.
3.
Penderita muntaber sebaiknya dibawa
ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam sehari atau keadaannya parah,
rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi,
penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.
No comments:
Post a Comment