Ani Romaningsih: materi PENCERNAAN

Sunday, May 24, 2015

materi PENCERNAAN


PENCERNAAN

  1. Penjelasan pencernaan
Pencernaan merupakan pemecahan makanan menjadi molekul yang cukup kecil untuk di serap ke dalam sistem sirkulasi. Pencernaan mekanik memecah partikel makanan menjadi lebih kecil. Pencernaan kimia melibatkan pemecahan ikatan kovalen pada molekul organik menggunakan enzim pencernaan.
Pencernaan makanan terjadi di dalam saluran cerna yang panjangnya 8-9 meter pada orang dewasa. Saluran cerna dimulai dari mulut, melalui esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum, dan berakhir di anus. Saluran cerna dapat dikatakan berada “di luar” tubuh. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan harus melewati dinding saluran cerna agar dapat diabsorpsi ke dalam aliran darah.
Saluran cerna merupakan sistem yang sangat kompleks yang melakukan berbagai fungsi faali  yaitu
§  Menerima, menghaluskan, dan transportasi bahan-bahan yang dimakan
§  Sekresi enzim cerna, asam, mukus, empedu, dan bahan lain.
§  Pencernaan bahan-bahan yang dimakan.
§  Absorpsi dan transportasi produk hasil cerna.
§  Transpor, penyimpanan dan ekskresi produk-produk sisa.
Pencernaan dilakukan melalui perubahan secara mekanis dan kimiawi,yaitu :
a)      Secara mekanis, makanan dihancurkan melalui proses mengunyah dan proses peristaltik.
·         Proses mengunyah memperluas permukaan makanan sehingga enzim pencernaan dapat bekerja lebih baik.
·         Proses perisaltik yaitu proses mengaduk dan mendorong makanan yang dimungkinkan oleh gerakan kontraksi dan relaksasi dinding saluran cerna sehingga makanan terdorong ke bawah, menambah penghancuran makanan dalam bentuk lebih kecil dan mengaduknya dengan sekresi pencernaan.
b)      Secara kimiawi, makanan dihancurkan oleh enzim–enzim pencernaan. Enzim–enzim ini dikluarkan melalui air ludah ke mulut, melalui cairan lambung ke dalam lambung dan melalui cairan usus halus ke dalam usus halus. Di samping itu cairan empedu yang dikeluarkan oleh kantong empedu membantu pencernaan dan absorpsi di dalam sel-sel usus halus. Asam klorida di dalam lambung juga membantu pencernaan.
  1. Anatomi saluran cerna
a)      Mulut
Proses pencernaan dimulai dari mulut. Saat terjadi proses pengunyahan makanan, gigi memecah makanan menjadi bagian–bagian yang lebih kecil, dan makanan tersebut bercampur dengan air ludah untuk mempermudah proses penelanan. Saat ditelan, makanan melewati epiglotis, suatu katup yang mencegah makanan masuk melalui trakea menuju paru–paru. Makanan yang ditelan disebut dengan bolus.
b)     Esofagus ke lambung
Dari mulut, bolus melalui pipa esofagus masuk ke lambung. Dinding lambung mengeluarkan sekresi untuk keperluan pencernaan makanan. Pada pintu lambung ada sfingter kardiak yang menutup setelah bolus masuk, sehingga makanan tidak kembali masuk ke esofagus. Bolus dalam lambung bercampur dengan cairan lambung dan digiling halus menjadi cairan yang dinamakan kimus (chyme). Lambung kemudian sedikit demi sedikit menyalurkan kimus melalui sfingter pilorus ke dalam usus halus, setelah sfingter pilorus menutup.
c)      Usus halus
Pada bagian atas usus halus, kimus melewati lubang saluran empedu. Cairan empedu dapat menetes dari dua alat, yaitu kantong empedu dan pankreas. Kimus kemudian melalui empat bagian yaitu :
·         Usus halus,
·         Duodenum (usus dua belas jari),
·         Jejunum (bagian usus halus sesudah duodenum sampai ke ileum),
·         Ileum (ujung usus halus), yang panjangnya kurang lebih 6 meter.
Sebagian besar pencernaan diselesaikan di doudenum, jejunum dan ileum terutama berfungsi mengabsorpsi zat–zat gizi.
d)     Usus besar
Kimus melalui sfingter lain, yaitu katup ileosekal yang berada pada awal usus besar di bagian kanan perut. Kimus kemudian melewati lubang lain yang menuju ke apendiks (usus buntu) dan berjalan melalui usus besar naik (ascending colon), ke usus besar melintang (transverse colon) dan ke usus besar turun (descending colon) ke dalam rektum.
e)      Rektum
Saat kimus melalui usus besar dan menuju ke rektum, air dikeluarkan dari kimus sehingga terdapat sisa yang semi-padat. Otot–otot rektum menahan sisa makanan ini hingga saatnya untuk dikeluarkan dari tubuh. Pada saat itu, otot rektum mengendor dan sisa makanan keluar melalui sfingter terakhir, yaitu terbukanya anus.

  1. Proses pencernaan
a)      Peristaltik
Bolus dari ujung esofagus bergerak dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan bergelombang yang disebabkan oleh kontraksi otot pada dinding saluran cerna yang mendorong makanan di sepanjang saluran cerna. Gerakan–gerakan ini dilakukan oleh otot–otot yang melingkar dan yang memanjang. Saat otot melingkar berkontraksi, otot memanjang akan relaksasi, dan saluran mengecil. Sedangkan, pada kondisi yang berlawanan, saluran akan membesar.
b)     Proses di dalam lambung
Lambung memiliki dinding paling tebal dan otot paling kuat dibandingkan dengan bagian pencernaan lainnya. Lambung juga memiliki lapisan otot diagonal yang secara bergantian melakukan kontraksi dan relaksasi. Saat ketiga otot tersebut menekan kimus ke bawah, sfingter pilorus tetap tertutup rapat untuk mencegah kimus masuk ke doudenum. Hal ini berakibat kimus diaduk dan ditekan ke bawah, mengenai sfingter pirolus, tetapi tetap berada di lambung. 
c)      Segmentasi
Alat pencernaan tidak saja mendorong, akan tetapi secara periodik juga memeras isisnya sepanjang saluran, sehingga memungkinkan getah pencernaan dan sel–sel dinding usus bersentuhan baik dengan saluran cerna.
d)     Kontraksi sfingter
Ada empat jenis otot sfingter yang membagi saluran cerna ke dalam bagian-bagian utama. Otot-otot ini mencegah terjadinya arus balik isi saluran cerna. Sfingter kardiak mencegah isi lambung kembali ke esofagus. Sfingter pirolus mencegah isi usus kembali ke lambung dan menjaga agar bolus tinggal cukup lama di dalam lambung untuk memungkinkan pencampuran yang baik dengan getah lambung dan menjadikannya lebih halus. Pada ujung usus halus ada sfingter ileosekal yang berfungsi mengosongkan isi usus halus ke dalam usus besar.

  1. Contoh pencernaan
a)      Karbohidrat
Pemecahan karbohidrat terdiri dari polisakarida utama, seperti amilum, disakarida seperti sukrosa dan laktosa  (gula susu) dan monosakarida seperti glukosa dan fruktosa (ditemukan pada banyak buah).
Selama proses pencernaan, polisakarida dipecah menjadi rantai yang lebih pendek dan akhirnya menjadi disakarida atau monosakarida. Disakarida dipecah menjadi monosakarida.

Pencernaan karbohidrat dimulai pada bagian rongga mulut dengan mencerna sebagian pati dengan amilase ludah. Pencernaan karbohidrat berlanjut di usus oleh amilase penkreas. Beberapa jenis enzim disakarida yang dihasilkan oleh mikrovili dari epitel usus mencerna disakarida menjadi monodsakarida. Monosakarida seperti glukosa dan galaktosa diserap oleh sel epitel usus dengan kotransport yang dipicu oleh gradien konsentrasi ion sodium.
Monosakarida seperti fruktosa diserap dengan difusi terfasilitasi. Monosakarida dipindahkan oleh difusi terfasilitasi menuju kapiler dari vili usus dan dibawa oleh sistem porta hepatika ke hati, dimana gula nonglukosa diubah menjadi glukosa. Glukosa masuk ke dalam sel tubuh dengan difusi terfasilitasi. Rata-rata pengangkutan glukosa kedalam semua tipe sel sepenuhnya disebabkan oleh insulin dan dapat meningkat 10 kali lipat pada suatu ketika.

b)     Lemak
lemak adalah molekul yang tidak larut dalam air atau hanya sedikit sekali larut dalam air. Termasuk di dalamnya adalah trigliserida, fosfolipid, kolesterol, steroid dan vitamin larut lemak. Trigliserida juga disebut triasilgliserol, yag terdiri dari 3 molekul asam lemak dan satu molekul gliserol yang bersama membentuk ikatan kovalen.
Langkah pertama proses pencernaan lemak adalah emulsifikasi, yang merupakan transformasi tetes lemak yang besar menuju tetes lemak yang cukkup kecil. Enzim yang memecah lipid (lipase pankreas) adalah larut dalam lemak dan dapat mencerna lemak hanya dengan bekerja dalam permukaan dari tetes lipid tersebut.
Proses Emulsifikasi meningkatkan bagian muka lipid yang terbuka bagi enzim pencernaan untuk menurunkan ukuran tetes lemak. Emulsifikasi direkomendasikan oleh garam empedu yang disekresikan oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu. Lipase mencerna molekul lemak. Lipase dikeluarkan atau disekresikan dalam jumlah yang sangant banyak. Jumlah yang kecil lipase lidah disekresikan dalam rongga mulut, lipase tertelan bersama makanan dan mencerna lipid dalam jumlah yang kecil di perut.
Perut juga menghasilkan lipase lambung dalam jumlah yang sangat sedikit. Produk utama pencernaan lipase adalah asam lemak bebas dan monogliserida. Kolesterol dan phospolipid juga bagian dari hasil pencernaan lipid. Satu lipid dicerna di usus, garam empedu terkumpul disekitar tetes lemak kecil untuk membentuk micel. Bagian ujung hidrofobik dari garam empedu berada di luar asam lemak bebas, kolesterol, dan mogliserida pada bagian tengah dari micel. Ujung hirofobik berada di sisi luar dalam dari lingkugan air. Ketika micel bersentuhan dengan sel epitel usus halus, kandungan  dari micel masuk ke plasma membran epitel sel dengan difusi sederhana.

c)      Protein
Pencernaan protein dimulai dalam lambung, tempat pepsin memecah sejumlah hubungan peptida. Seperti banyak enzim yang berhubungan dalam pencernaan protein, pepsin disekresikan dalam bentuk prekursor tidak aktif (proenzim) dan diaktifasi di dalam tractus gastrointestinalis (Lambung). Prekursor pepsin disebut pepsinogen dan diaktifasi oleh asam hihdroklorida lambung (HCl). Mukosa lambung manusia mengandung sejumlah pepsinogen berhubungan yang dapat dibagi dalam 2 gugusan yang berbeda secara imunohistokimiawi, pepsinogen I dan pepsinogen II.
Pepsinogen I hanya ditemnukan di daerah pangkreas asam, sedangkan pepsinogen II selain ditemukan di pankreas asam juga ditemukan di pilorus. Pepsin menghidrolisis ikatan antara asam amino aromatik seperti fenilalanin atau tirosin dan asam amino kedua, sehingga produk pencernaan protein adalah polipeptida yang ukurannya sangat berfariasi.
Suatu gelatinase yang mencairkan gelatin juga ditemukan di dalam lambung. Kimosin suatu enzim lambung pembeku susu yang disebut rennin ditemukan di lambung hewan muda,  tetapi mungkin tidak ada pada manusia.
Didalam usus halus, polipeptida dari hasil pencernaan di lambung dicerna lebih anjut oleh enzim proteolitik kuat pankreas dan mukosa usus.  Tripsin, kemotripsin dan elastase bekerja pada ikatan peptida interior dalam molekul peptida dan dinamai endopeptidase. Karboksipeptidase dan aminopeptodase batas sikat sel mukosa merupakan eksopeptidase yang menghirolisis asam amino pada ujung karboksi dan amino dari polipeptida.
Sejulmlah asam amino bebas dibebaskan di dalam lumen usus, tetapi lainnya dibebaskan pada pemukaan sel oleh aminopeptodase dan peptidase di dalam batas sikat sel mukosa. Beberapa di- dan tripeptida ditransport secara aktif ke dalam sel usus dan dihidrolisis oleh peptidase intersel bersama asam amino yang memasuki aliran darah. Sehingga pencernaan protein hingga akhir menjadi asam amino timbul dalam 3 lokasi  yaitu lumen usus, batas sikat sel mukosa usus halus dan sitoplasma sel mukosa usus halus.

d)     Air
Sekitar 9 liter air masuk ke dalam saluran pencernaan setiap hari, sekitar 92% diabsorbsi oleh usus halus, dan lainnya 6-7% diserap di usus besar. Air dapat bergerak secara langsung menembus dinding dari usus halus. Gradien osmotik secara langsung berkaitan terhadap difusi ini. Ketika kim mencair, air diserap dengan osmosis melewati dinding usus menuju darah. Ketika kim sangat padat dan sedikit mengandung air, air dipindahkan dengan osmosis menuju lumen dari usus halus.
Nutrisi diserap oleh usus halus, tekanan osmotik diturunkan sebagai akibatnya air bergerak dari usus menuju sekitar cairan ekstraseluler. Air dalam cairan ekstraseluler kemudian dapat masuk peredaran darah. Karena gradien osmotik dihasilkan sebagaimana nutrisis diserap di usus halus, 92% dari air yang masuk usus halus dengan jalan rongga mulut, perut atau secresi usus akan diserap.

  1. Gangguan kesehatan saluran pencernaan
Sistem pencernaan yang tidak sesuai atau tidak terkontrol dengan baik, dapat berdampak buruk pada kesehatan alat pencernaan di dalam tubuh. Efeknya dapat mengakibatkan munculnya gangguan pada sistem pencernaan tubuh. Beberapa gangguan-gangguan pencernaan yaitu :
1)      Gigi busuk dan napas berbau
Salah satu munculnya napas berbau ialah keadaan gigi yang kurang diperhatikan. Gigi yang membusuk dapat menjadi faktor dari munculnya napas yang berbau. Pembusukan pada akar-akar gigi mengakibatkan abses di dalam gusi dengan nanah yang busuk baunya, sehingga napas yang keluarpun beraroma tidak sedap. Selain itu, bau busuk yang timbul juga dapat disebabkan karena kuman-kuman pembusuk yang berada di dalam lubang-lubang tak kasat mata yang berada di dalam gigi. Napas yang tidak sedap juga dapat disebabkan karena lambung mengalami peradangan, sehingga makanan kurang dicernakan dengan sempurna.



2)      Kesulitan untuk menelan
Suatu tumor, seperti pada kelenjar gondok yang mudah menjadi besar, atau gondok nadi pada aorta, ataupun kanker, dapat mengganggu proses menelan yang normal. Gumpalan makanan sering menyumbat saluran makanan sehingga harus dikeluarkan melalui sebuah pembuluh panjang yang disebut oesophagoscope. Kesulitan menelan kadang-kadang terjadi sesudah menderita penyakit tertentu seperti polio, diphtheria, syphilis, atau bermacam-macam bentuk keracunan, ketagihan minuman keras, histeria, dan adanya gangguan pikiran.

3)      Gangguan pencernaan (Indigesto)
Orang yang menderita gangguan pencernaan mengeluh karena menderita banyak penyakit, seperti perasaan mual, nyeri ulu hati, sakit perut bagian atas, dan perut gembung, atau merasa kepenuhan di dalam perut sesudah makan. Perasaan tidak enak ini sering timbul karena makan terlalu cepat atau karena makanan tidak dikunyah dengan baik. Kesulitan kadang-kadang disebabkan oleh kurangnya gigi. Gangguan-gangguan emosi dan ketegangan pikiran yang hebat juga menjadi sebab-sebab yang biasa untuk rasa perut gembung dan gangguan pencernaan.

4)      Gastritis
Gastritis adalah peradangan pada selaput lendir lambung. Penyakit ini menyebabkan timbul keluhan-keluhan seperti nyeri, hilang nafsu makan, mual, muntah-muntah, sakit kepala, dan pening. Penyakit ini kadang-kadang terjadi sesudah penyakit campak, diphtheria, radang paru-paru oleh virus, dan thypus abdominalis.

5)      Ulcus Peptikum
Ulcus peptikum adalah penyakit berbentuk borok atau erosi pada selaput lendir yang melapisi semua saluran pencernaan. Penyakit ini lebih sering terjadi di dalam lambung, usus 12 jari, maupun ujung bawah kerongkongan. Penyakit ini sering terjadi pada orang dengan kandungan HCl di dalam lambungnya tinggi.



6)      Diare
Apabila kimus dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stres), makanan tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga terjadi dehidrasi.

7)      Konstipasi (sembelit)
Sembelit terjadi jika kimus masuk ke usus dengan sangat lambat. Akibatnya, air terlalu banyak diserap usus, maka feses menjadi keras dan kering. Sembelit ini disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat dan banyak mengkonsumsi daging.

8)       Tukak lambung
Dinding lambung diselubungi mukus yang di dalamnya juga terkandung enzim. Jika pertahanan mukus rusak, enzim pencernaan akan memakan bagian-bagian kecil dari lapisan permukaan lambung. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadinya tukak lambung. Tukak lambung menyebabkan berlubangnya dinding lambung sehingga isi lambung jatuh di rongga perut. Sebagian besar tukak lambung ini disebabkan oleh infeksi bakteri jenis tertentu.









ABSORBSI

  1. Anatomi sistem absorpsi
Absorpsi zat-zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas permukaan 200 m2. Usus halus berbentuk lipatan-lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot- jonjot yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing-masing mempunyai bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah-celah antar vili terdapat kripta-kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah-getah usus ke dalam saluran usus halus. 
  1. Sistem absorpsi
Vili secara terus-menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh-pembuluh darah dan pembuluh-pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe, yang merupakan sistem transportasi zat-zat gizi. Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh, dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari tubuh. 
  1. Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara : pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositotis. Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa menggunakan alat angkut atau energi. Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif menggunakan alat angkut protein dan energi.



  1. Contoh absorpsi
a)      Lemak
Di dalam retikulum endoplasma halus dari sel epitel usus, asam lemak bebas bergabung dengan monogliserida membentuk trigliserida. Sintesis protein di sel epitel berfungsi untuk mengemas trigliserida, fosfolipid dan kolesterol membentuk kilomikron.
Pada dasarnya kilomikron mengemulsi lemak sebelum masuk ke aliran darah. Proses ini menyerupai kegiatan lesitin dan asam lemak usus halus dalam upaya mengemulsi lemak makanan selama proses pencernaan. Dalam absorbsi trigliserida dan lipida besar lainnya (kolesterol) yang terbentuk dalam usus halus dikemas untuk diabsorbsi secara aktif dan ditransportasi oleh darah. Bahan bahan ini tergabung dengan protein yang khusus dan membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein. Tubuh membentuk empat macam lipoprotein, yaitu kilomikron, low density lipoprotein(LDL), very low density lippoprotein(VLDL), dan high density lippoprotein (HDL).
Lipoprotein yang mengangkut lemak dari saluran cerna ke dalam tubuh dinamakan kilomikron. Kilomikron diabsorbsi melalui dinding usus halus ke dalam sistem limfe untuk kemudian melalui duktus torasikus di sepanjang tulang belakang masuk ke dalam vena besar tengkuk dan seterusnya masuk ke dalam aliran darah.
b)     Air  dan Mineral
Semua pergerakan air melintasi bentangan saluran pencernaan seperti sekresi kelenjar melibatkan aliran air pasif karena  adanya gradian konsentrasi.  Air cenderung mengalir ke larutan yang mempunyai konsentrasi solut yang lebih tinggi.  Apabila  2 larutan dipisahkan oleh membran semipermiabel, air cenderung berpindah ke konsentrasi solut yang lebih tinggi. Sel-sel epithelial  terus menerus mengabsorbsi nutrien dan ion dan aktivitas ini secara perlahan-lahan menurunkan konsentrasi solut di lumen.  Dengan menurunnya konsentrasi solut, air berpindah ke jaringan sekelilingnya mempertahankan keseimbangan osmotik.  Setiap hari, kira-kira 2 L air memasuki saluran pencernaan dalam bentuk makanan atau minum.  Sekresi saliva,  lambung, usus, pankreas dan empedu menambah jumlah sebanyak 7 L dan dari keseluruhan ini, hanya kira-kira 150 ml  yang hilang melalui feses.
c)      Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit.  Ada 2 kelompok utama vitamin :  Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A,D,E, dan K dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B, C.  Semua vitamin yang larut dalam air mudah diabsorbsi melalui difusi melintasi epithelium pencernaan kecuali vit B12 yang tidak dapat diabsorbsi  dalam jumlah yang normal kecuali berikatan dengan faktor intrinsik glikoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel parietal lambung.  Kombinasi ini kemudian diabsorbsi melalui transport aktif. Vitamin yang larut dalam lemak diabsorbsi dari misel bersama dengan asam lemak dan monogliserida.  Vitamin K yang dihasilkan oleh kolon diabsorbsi bersama  lipid lain yang dilepaskan melalui kerja bakteri













SISTEM EKSKRESI
  1. Pengertian Ekskresi
Sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Hasil sistem ekskresi dapat dibedakan menjadi :
·         Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
·         Zat padat yaitu berupa feces.
·         Gas berupa CO2.
·         Uap air berupa H2O.
  1. Organ ekskresi manusia
a.      Ginjal
Di dalam tubuh kita ada sepasang ginjal, terletak disebelah kiri dan kanan ruas tulang pinggang di dalam rongga perut. Letak ginjal kiri lebih tinggi daripada ginjal kanan, karena di atas ginjal kanan terdapat hati yang banyak mengambil ruang. Ginjal berfungsi menyaring darah.
Ginjal terdiri atas tiga bagian yaitu:
·         Kulit Ginjal (korteks)
·         Sumsum ginjal (medula)
·         Rongga ginjal (pelris)
Pada bagian kulit ginjal terdapat alat penyaring darah yang disebut nefron. Setiap nefron tersusun dari badan Malpighi dan saluran panjang (tubula) yang bergelung. Badan Malpighi tersusun dari glomerolus dan simpai Bowman. Glomerulus berupa anyaman pembuluh kapiler darah, sedangkan simpai Bowman berupa cawan berdinding tebal yang mengelilingi glomerulus. Sumsum ginjal merupakan tempat berkumpulnya pembuluh-pembuluh halus dari simpai Bowman. Pembuluh-pembuluh halus tersebut mengalirkan urine ke saluran yang lebih besar dan bermuara di rongga ginjal. Selanjutnya urine dialirkan melalui saluran ginjal (ureter) dan ditampung di dalam kantong kemih. Jika kantong kemih banyak mengandung urine, dinding kantong tertekan sehingga otot melingkar pada pangkal kantong meregang. Akibatnya timbul rasa buang air kecil. Selanjutnya urine dikeluarkan melalui saluran kemih (uretra).
Ginjal memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1)      Mengatur volume di dalam tubuh.
2)      Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion dalam plasma.
3)      Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.
4)      Mengekskresikan sisa-sisa hasil metabolisme.
5)      Fungsi hormonal dan metabolisme.
Cara Kerja Ginjal
Darah yang banyak mengandung sisa metabolisme masuk ke ginjal melalui pembuluh nadi ginjal. Cairan yang keluar dari pembuluh darah masuk ke nefron. Air, gula, asam amino dan urea terpisah dari darah kemudian menuju simpai Bowman. Proses ini disebut filtrasi. Dari sekitar 180 liter air yang disaring oleh simpai Bowman setipa hari, hanyau liter yang diekskresikan sebagai urine. Sebagian besar air diserap kembali di dalam pembuluh halus. Cairan dari simpai Bowman menuju ke saluran pengumpul. Dalam perjalanan tersebut terjadi penyerapan kembali glukosa dan bahan-bahan lain oleh aliran darah. Peristiwa ini disebut reabsorpsi. Bahan-bahan seperti urea dan garam tidak direabsorpsi bergabung dengan air menjadi urine.
Dalam keadaan normal, urine mengandung: air, urea dan ammonia yang merupakan sisia perombakan protein. Garam mineral, terutama garam dapur. Zat warna empedu yang memberi warna kuning pada urine. Zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin, obat-obatan pada hormone. Jika dalam urine terdapat protein, hal itu menunjukkan adanya kerusakan di dalam ginjal.
b.      Kulit
Melalui kulit dikeluarkan zat sisa berupa keringat. Kulit terdiri atas tiga lapisan yaitu:
1)      Lapisan kulit ari (epidermis)
Kulit ari tersusun dari dua lapisan yaitu lapisan tanduk dan lapisan malpighi. Lapisan tanduk adalah bagian kulit yang paling luar terdiri atas sel-sel mati dan dapat mengelupas. Lapisan Malpighi terletak di bawah lapisan tanduk dan terdiri atas sel-sel hidup. Pada lapisan Malpighi terdapat pigmen yang memberi warna pada kulit dan melindungi kulit dari sinar matahari. Bila lapisan Malpighi tidak mengandung pigmen, orang tersebut dinamakan albino.
2)      Lapisan kulit jangat
Kulit jangat berisi pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar minyak, kantong rambut, ujung saraf perasa panas, dingin, nyeri, dan sentuhan. Akar rambut dan batang rambut berada dalam kantong rambut. Dekat akar rambut terdapat otot polos yang berfungsi menegakkan rambut pada saat merasa dingin atau merasa takut.
3)      Jaringan ikat bawah kulit
Jaringan ikat bawah kulit banyak mengandung lemak yang berguna sebagai cadangan makanan, menahan panas tubuh, dan melindungi tubuh bagian dalam terhadap benturan dari luar.
Selain sebagai alat pengeluaran, kulit juga berfungsi sebagai:
·         Pelindung tubuh terhadap kuman dari luar
·         Tempat menyimpan kelebihan lemak
·         Pengatur suhu tubuh
·         Tempat pembuatan vitamin D dan provitamin D
·         Indera peraba
·         Pelindung

c.       Hati
Hati terletak didalam rongga perut sebelah kanan di bawah diafragma. Hati menghasilkan empedu yang kemudian ditampung dalam kentong empedu dan disalurkan ke usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu berasal dari sel darah merah yang telah rusak dan dihancurkan dalam limpa.
Selain sebagai alat ekskresi, hati berfungsi:
*      Mengatur kadar gula dalam darah
*      Menyimpan gula dalam bentuk glikogen
*      Menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh
*      Sebagai tempat pembuatan protombin dan fibrinogen
*      Sebagai tempat pengubah provitamin A menjadi vitamin A
*      Sebagai tempat pembentukan urea
d.      Paru-paru
Paru-paru adalah organ yang bertindak sebagai alat pernapasan. Selain itu paru-paru juga bertindak sebagai alat ekskresi dengan mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Kedua zat ini harus dikeluarkan supaya tidak mengganggu fungsi tubuh. Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan bagian bawahnya menempel pada diafragma.
Pada proses pernafasan dihasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air yang akan keluar melalui lubang hidung, zat sisa itu harus dikeluarkan karena dapat mengganggu fungsi tubuh.
Manusia memiliki sepasang paru-paru yang terletak di rongga dada. Paru-paru berfungsi sebagai organ pernafasan yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 + uap air. Uap air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan melalui lubang hidung.

  1. Contoh Ekskresi
Proses pembentukan urin
Urin terbentuk pada nefron dengan cara menyaring darah dan mengambil bahan-bahan yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Tahap pembentukan urin meliputi tahap filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran zat).
Glomerulus menerima darah dari arteriola aferen dan mengeluarkan melalui arteriola eferen. Darah di dalam glomerulus berada dalam tekanan jantung. Dengan adanya tekanan ini air dan molekul-molekul kecil di dalam darah (kecuali protein) disaring di dalam glomerulus melalui dinding kapiler. Hasil filtrasi (saringan) ini disebut filtrat glomerulus. Filtrat glomerulus (urin primer) terkumpul di dalam kapsula bowman. Filtrat glomerulus masih mengandung glukosa, asam amino, dan garam-garam.
Dari kapsul bowman, filtrat glomerulus masuk ke tubulus  proksimal. Di dalam tubulus proksimal berlangsung reabsorpsi  (penyerapan kembali) glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik seperti Na+, K+, Ca++, Cl–. 
Penyerapan ini terjadi secara transfor aktif. Bahan-bahan yang direabsorpsi tersebut kemudian dikembalikan ke dalam darah. Hasil dari proses ini terbentuk berupa urin sekunder (filtrat tubulus). Filtrat tubulus mengandung nitrogen, urea. Filtrat tubulus kemudian masuk ke ansa henk, lalu masuk ke tubulus distal.
Di dalam tubulus ini terjadi augmentasi atau penambahan zat-zat sisa yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Di bagian ini terbentuk urin yang sesungguhnya. Di dalam urin ini terkandung air, urea dan garam. Urin disalurkan ke rongga ginjal, kemudian ke kantung kemih (vesika urinoria) melalui ureter. Apabila urin dalam kantung kemih sudah penuh maka akan ada rasa ingin kencing. Urin keluar dari kantung kemih dan keluar tubuh melalui uretra. Urin normal mengandung air, urea, garam dapur, zat warna empedu (urin berwarna kuning), obat-obatan atau hormon.








SISTEM METABOLISME KARBOHIDRAT
  1. Pengertian metabolisme
Metabolisme adalah pertukaran zat antara suatu sel atau suatu organisme secara keseluruhan dengan zat antara suatu sel atau organisme secara keseluruhan dengan lingkungannya. Metabolisme berasal dari kata Yunani “Metabole” ynisme hang berarti perubahan. Metabolisme kadang juga diartikan pertukaran zat antaara satu sel atau secara keseluruhan dengan lingkungannya. Salah satu aktivitas protoplasma yang penting adalah pembentukan sel baru dengan cara pembelahan. 
Sebelum sel melakukan pembelahan, maka protoplasma akan aktif mengumpulkan serta mensintesa karbohidrat, protein, lemak dan banyak lagi senyawa kompleks yang merupakan bagian dari protoplasma dan dinding sel. Bahan dasar untuk sintesa senyawa organik tersebut adalah unsur-unsur organik yang diserap oleh akar dan gula yang dibentuk dari karbon dioksida dan air pada proses fotosintesa (asimilasi karbon).
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk  hidup, mulai makhluk hidup bersel satu hingga yang memiliki susunan tubuh kompleks seperti manusia. Dalam hal ini, makhluk hidup mendapat, mengubah dan memakai  senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.
Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) senyawa atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain yang penting dalam metabollisme adalah perenannya dalam penawar racun atau detoksifikasi.
  1. Proses metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi didalam sel merupakan aktivitas yang sangat terkoordinasi, melibatkan kerjasama berbagai system enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi secara bertahap dan memerlukan pengaturan metabolic untuk mengendalikan  mekanisme reaaksinya. 

Proses metabolisme bagi organisme hidup memiliki empat fungsi spesifik, yaitu :
a)      Untuk memperoleh energi kimia dalam bentuk ATP dari hasil degradasi zat-zat makanan yang kaya energi yang berasal dari lingkungan.
b)      Untuk mengubah molekul zat-zat makanan (nutrisi) menjadi perkursor unit pembangun bagi biomolekul sel. 
c)      Untuk menyusun unit-unit pembangun menjadi protein, asam nikleat, lipida, polisakarida, dan  komponen sel lain. Untuk membentuk dan merombak biomolekul.
  1. Tahapan metabolisme karbohidrat
a.      Glikolisis
Glikolisis adalah katabolisme glukosa yang berlangsung di dalam sitosol semua sel, menjadi:
1)      asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2)      asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pancreas. ATP diperlukan sebagai donor fosfat dan bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP. Satu fosfat berenergi tinggi digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
                         Mg2+
Glukosa + ATP   à    glukosa 6-fosfat + ADP

Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa isomerase. Enzim ini hanya bekerja pada anomer α-glukosa 6-fosfat.
α-D-glukosa 6-fosfat à α-D-fruktosa 6-fosfat
Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim fosfofruktokinase. ATP menjadi donor fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
α-D-fruktosa 6-fosfat + ATP à D-fruktosa 1,6-bifosfat
Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi gliserahdehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).
D-fruktosa 1,6-bifosfat à D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.
D-gliseraldehid 3-fosfat à dihidroksiaseton fosfat
Gliseraldehid 3-fosfat dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat dengan bantuan enzim gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase. Dihidroksi aseton fosfat bisa diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat maka juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi à 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Atom-atom hidrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P)
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada bagian awal, sampai dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
Pada 1,3 bifosfogliserat, fosfat posisi 1 bereaksi dengan ADP menjadi ATP dibantu enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat + ADP à 3-fosfogliserat + ATP
Karena ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim fosfogliserat mutase.
3-fosfogliserat à 2-fosfogliserat
2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enzim enolase. Enolase dihambat oleh fluoride. Enzim ini bergantung pada Mg2+ atau Mn2+.
2-fosfogliserat à fosfoenol piruvat + H2O
Fosfat pada PEP bereaksi dengan ADP menjadi ATP dengan bantuan enzim piruvat kinase. Enol piruvat yang terbentuk dikonversi spontan menjadi keto piruvat.
Fosfoenol piruvat + ADP à piruvat + ATP
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga total hasil energi pada tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
Jika tak tersedia oksigen (anaerob), tak terjadi reoksidasi NADH melalui pemindahan unsur ekuivalen pereduksi. Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi laktat dengan bantuan enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ à L(+)-Laktat + NAD+

Dalam keadaan aerob, piruvat masuk mitokondria, lalu dikonversi menjadi asetil-KoA, selanjutnya dioksidasi dalam siklus asam sitrat menjadi CO2
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
hasil tingkat substrat 
:
+ 4P
hasil oksidasi respirasi
:
+ 6P
 jumlah  
:
+10P
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P
:
- 2P


+ 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
hasil tingkat substrat 
:
+ 4P
hasil oksidasi respirasi
:
+ 0P
 jumlah  
:
+ 4P
dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P
:
- 2P


+ 2P

Oksidasi piruvat
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi di dalam mitokondria sel. Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat.
Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:
·         Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi hidroksietil TDP terikat oleh komponen kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
·         Hidroksietil TDP bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP lepas.
·         Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA, dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
·         Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein yang mengandung FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Flavoprotein tereduksi dioksidasi oleh NAD+, sehingga memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.

Piruvat + NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Siklus asam sitrat
Siklus asam sitrat juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s atau siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi katabolisme asetil KoA yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Selama proses oksidasi asetil KoA, terbentuk ekuivalen pereduksi berbentuk hidrogen atau elektron. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi (proses fosforilasi oksidatif) menghasilkan ATP. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus tersebut.
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
·         Kondensasi asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir sitrat sintase.

Asetil KoA + Oksaloasetat + H2à Sitrat + KoA

·         Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi Fe2+. Konversi berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat dan rehidrasi menjadi isositrat.
·         Isositrat mengalami dehidrogenasi menjadi oksalosuksinat dibantu enzim isositrat dehidrogenase, yang bergantung NAD+.

Isositrat + NAD+ à Oksalosuksinat à α–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+

·         Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi α–ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+berperan penting dalam reaksi dekarboksilasi.
·         α–ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi suksinil KoA dengan bantuan kompleks α–ketoglutarat dehidrogenase, dengan kofaktor misalnya TDP, lipoat, NAD+, FAD serta KoA.
α–ketoglutarat + NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+

·         Suksinil KoA berubah menjadi suksinat dengan bantuan suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).

Suksinil KoA + Pi + ADP à Suksinat + ATP + KoA

·         Suksinat mengalami dehidrogenasi menjadi fumarat dengan peran suksinat dehidrogenase yang mengandung FAD.

Suksinat + FAD à Fumarat + FADH2

·         Fumarat mendapatkan penambahan air menjadi malat dengan bantuan enzim fumarase (fumarat hidratase)

Fumarat + H2à L-malat

·         Malat mengalami hidrogensi menjadi oksaloasetat dengan katalisator malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.

L-Malat + NAD+ à oksaloasetat + NADH + H+

Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Pada proses oksidasi asetil KoA, dihasilkan 3 molekul NADH dan 1 FADH2. Sejumlah ekuivalen pereduksi dipindahkan ke rantai respirasi dalam membran interna mitokondria. Ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat berenergi tinggi (esterifikasi ADP menjadi ATP). FADH2 menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi juga dihasilkan pada tingkat siklus (tingkat substrat) saat suksinil KoA diubah menjadi suksinat.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1.
Tiga molekul NADH, menghasilkan
:
3 X 3P  
=
9P
2.
Satu molekul FADH2, menghasilkan
:
1 x 2P   
=
2P
3.
Pada tingkat substrat
=
1P
Jumlah
=
12P

Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P= 12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita hitung bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:

1.
Glikolisis


=
8P
2.
Oksidasi piruvat

2 x 3P
=
6P
3.
Siklus Kreb’s
2 x 12P
=
24P
Jumlah
=
38P








b.      Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi, misalnya untuk berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika jumlah glukosa melampaui kebutuhan, maka dirangkai menjadi glikogen untuk cadangan makanan melalui proses glikogenesis.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Glikogen terdapat didalam hati (sampai 6%) dan otot jarang melampaui jumlah 1%. Tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan glikogen di otot  bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan polimer α-D-Glukosa yang bercabang.
Glikogen otot adalah sumber heksosa untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati adalah simpanan sumber heksosa untuk dikirim keluar guna mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya di antara waktu makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras. Tetapi glikogen otot hanya terkuras setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1)      Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2)      Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.

Enz-P + Glukosa 6-fosfat à Enz + Glukosa 1,6-bifosfat à Enz-P + Glukosa 1-fosfat

3)      Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.

UTP + Glukosa 1-fosfat à UDPGlc + PPi

4)      Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea rah kanan persamaan reaksi
5)      Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.

UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1



c.       Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.
setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang (branching enzyme).

d.      Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.

(C6)n + Pi à (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen      Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.

e.       Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.
Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.
Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:
·         Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
·         Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.

No comments:

Post a Comment

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...