MAKALAH SOSIOLOGI
STATUS SOSIAL DIDALAM MASYARAKAT
Dosen penggampu : Supeno SH MH
NAMA KELOMPOK
1.
Ani Romaningsih
2.
Budi Handoko
3.
Dhanny Pratama Akbar
4.
Iis sholehat
5.
Marlina Mutiara
6.
M. Faizal Azwar
YAYASAN HAJI SOEHELY QARY
S1 KESEHATAN MASYARAKAT (KESMAS)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MERANGIN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Status Social dalam
Masyarakat”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, Kami ucapkan terima kasih kepada Supeno S.H MH sebagai
pengajar mata kuliah syang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. tidak lupa pula kepada rekan rekan yang
telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Bangko, November 2012
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.
Tujuan ............................................................................................... 2
D.
Manfaat ............................................................................................ 2
E.
Sistematika penulisan........................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian status sosial ..................................................................... 4
B.
Cara seseorang memperoleh status sosial ......................................... 6
C.
Peran social dalam status sosial ........................................................ 7
D.
Akibat yang ditimbulkan dari status sosial ...................................... 9
E.
Dampak positif
dan negatif perbedaan
status sosial ....................... 10
F.
Factor penyebab terjadinya status sosial .......................................... 12
G.
Dampak perbedaan status sosial ekonomi masyarakat ..................... 16
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ....................................................................................... 19
B.
Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap
manusia dihadapan Tuhan adalah sama. Pernyataan tersebut merupakan hal yang
secara universal diakui oleh manusia. Namun dalam masyarakat, dipandang ada
yang berbeda karena status yang dimiliki. Manusia
merupakan sekumpulan individu yang membentuk sistem sosial tertentu dan
secara bersama-sama, memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, dan hidup
dalam satu wilayah tertentu (dengan batas tertentu)serta memiliki pemerintahan
untuk mengatur tujuan-tujuan kelompoknya atau individu dalam organisasinya.
Dalam masyarakat itu kemudian semakin lama terbentuk suatu struktur yang jelas
yaitu terbentuknya kebiasan-kebiasan, cara (usage), nilai/norma, dan adat
istiadat. Struktur sosial yang terbentuk ini kemudian lama-kelamaan
menyebabkan adanya spesilisasi dalam masyarakat yang mengarah terciptanya
status sosial yang berbeda antar individu. Perbedaan status sosial
di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan peran yang dimiliki
sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri seseorang.
Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam suatu
masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih dikenal
dengan stratifikasi sosial .
Pada
umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memeiliki satu macam
saja dari sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukan yang
tinggi tersebut bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak,
misalnya, akan mudah mendapatkan tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, bahkan
mungkin kehormatan tertentu.
Cara
yang paling mudah untuk mengerti pengertian konsep sratifikasi sosial
atau perbedaan status sosial adalah dengan berfikir membanding-bandingkan
kemampuan, baik kemampuan kecerdasan, jabatan, maupun ekonomi, dan apa yang
dimiliki anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Dalam
lingkup masyarakat yang ada di Indonesia, status sosial sering menjadi
momok bagi masyarakat. Dimana jabatan serta kekayaan sebagai acuan untuk
mencapai sebuah keinginan bagi orang yang memilikinya, dalam arti bahwa yang
kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
a) Apa
pengertian status social ?
b) Bagaimana
cara seseorang memperoleh status social ?
c) Apa
peran social dalam status social ?
d) Apa
akibat yang ditimbulkan dari statuys social ?
e) Bagaimana
dampak positif dan negative perbedaan
status social ?
f) Apa
factor penyebab terjadinya status social ?
g) Apa
dampak perbedaan status social ekonomi masyarakat ?
C. Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun makalah
ini :
a. Memenuhi
tugas kelompok dari pelajaran ilmu Sosiologi semester 1 STIKES MERANGIN.
b. Menambah
wawasan dan pengetahuan tentang status social.
c. Mengetahui
dampak dari status social.
D. Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini bagi penulis maupun pembaca ialah untuk menambah
wawasan atau pengetahuan tentang status social dalm kehidupan bermasyarakat dan
kita dapat mengetahui banyak dampak positif dan dampak negative dari status social.
E. Sistematika penulisan
·
Bab I Pendahuluan, Isi dari Pendahuluan
ini terdiri dari beberapa sub Bab yaitu; latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat dan sistematika penulisan
·
Bab II Pembahasan, Pembahasan ini
menguraikan materi tentang status social secara teoritis dimana dalam hal ini
terdiri dari beberapa sub yaitu:pengertian status social, cara seseorang
memperoleh status social, peran social dalam status social, akibat yang
ditimbulkan dari statuys social, dampak positif
dan negative perbedaan status social, factor penyebab terjadinya status
social dan dampak perbedaan status social ekonomi masyarakat
·
Bab III Penutup, Dalam Bab ini diisi
dengan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran, dimana penulis setelah
menguraikan materi tentang status social selanjutnya menyimpulkan dan
memberikan saran sehingga makalah ini bisa bermanfaat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
status social
Menurut Ralph Linton, Status sosial adalah
sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang
yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial nya
rendah.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status
sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak
dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut
sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok
masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam
kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, camat,
lurah, kepala sekolah, guru dan
sebagainya.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem
pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur
ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan
seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku
individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan
masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial atau kelompok masyarakat.
Status sosial adalah sekumpulan hak dan
kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton).
Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial
nya rendah.
Sratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari
struktur sosial masyarakat, dalam artian malihat perbedaan masyarakat
berdasarakn pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertikal dan
apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Soerjono soekanto mengatakan sosial
sratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Sratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi,dalam artian kita tidak
akan menemukan masyarakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep
untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas
atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu. Lebih
lanjut Soerjono mengemukakan, di dalam setiap masyarakat dimana pun selalu dan
pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di dalam
masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, darah biru,
atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat, atau apapun yang bernilai
ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Di
lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak,sering kali
dianggap jauh lebih berharga daripada gelar akademis, misalnya. Sementara itu
dilingkungan masyarkat kota yang modern, yang sering kali terjadi sebaliknya.
Menurut Karl Max, kelas sosial utama terdiri
atas golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis) dan golongan
menegah (borjuis rendah). Pendapat diatas merupakan suatu penggambaran
bahwa stratifikasi sosial sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap
masyarakat bagaimana pun juga keberadaannya pasti didapatkan pelapisan sosial
tersebut. Apa yang dikemukakan oleh Karl Marx adalah salah satu bukti adanya
sratifikasi sosial dalam masyarakat sederhana sekalipun. Kriteria jenis
kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan cerita yang sederhana, sekaligus
menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa
kelas. Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakian
modern dan kompleks, stratifikasi
sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Pitirim A. Sorokin mengemukaan bahwa sistim
pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang atau sesuatu
yang lebih berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas dan
sebaliknya mereka yang memiliki dalm jumlah yang relatif sedikit atau bahkan
tidak memiliki sama sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah.
Lebih lanjut Sorokin mengemukaan, stratifikasi sosial adalah pembendaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
Perwujudannya adalah adanya kelas-kalas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara
anggota-anggota masyarakat.
Jadi status social adalah Sebuah posisi dalam hubungan sosial,
karakteristik yang menempatkan individu dalam hubungannya dengan orang lain dan
seberapa besar peran individu tersebut dalam masyarakat itu sendiri. Status
sosial dapat terbentuk melalui beberapa hal diantaranya melalui peran individu
tersebut, kekayaan, kekuasaan dan lain- lain. Status sosial akan terbentuk
seiring dengan berjalannya waktu, dan hal itu akan dibarengi dengan perubahan
kondisi sosial dalam masyarakat tersebut.
B.
Cara
seseorang memperoleh status social
a. Ascribed
Status
Þadalah
keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah
diperoleh sejak lahir.
Status
ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya,
kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta
brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed
status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang
tertutup, seperti sistem pelapisan perdasarkan perbedaan ras. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa dalam masyrakat dengan sistem pelapisan
sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya
kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan isteri
dan anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki (ayah) akan menjadi
kepala keluarga.Contoh:
Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb
b. Achieved
Status
Þ adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Status
ini diartikan kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat
terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing
orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang
bisa menjadi dokter, hakim, guru, dan sebagainya, asalkan memnuh persyaratan
yang telah ditentukan. Dengan demikian tergantung pada masing-masing orang
apakah sanggup dan mampuh memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau
tidak. Contoh: kedudukan yang diperoleh
melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
c. Assigned status
Status ini merupakan kombinasi dari
perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah
melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan
sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar
kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
Didalam suat masyarakat, seseorang
biasa mempunyai beberapa status bahkan dalam waktu yang bersamaan, dia
menjalankan beberapa status sekaligus. Contoh, pak supardan adalah seorang
kepala sekolah SD. Selain menjadi kepala sekolah, dia juga seorang kepala rumah
tangga, ketua LKMD, serta pengurus koperasi pertanian.
Beragam status yang dimiliki
seseorang dapat menimbulkan pertentangan atau konflik status ( status conflik
). Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat
adanya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan. Contoh, Ibu
hermin adalah seseorang guru SMK yang harus kesekolah tiap hari kerja. Namun.
Ibu hermin juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang harus merawat
anak-anaknya. Ibu hermin bingung untuk memilih menjadi ibu rumah tangga saja
atau menjadi guru saja.
C.
Peran
Sosial
Peran sosial adalah pelaksanaan hak
dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Antara peran dan status
sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau
sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat
statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur
perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Pola peran dalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.
·
Peran
ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu.
Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan
pandai.
·
Peran
yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang
ibu tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak
remaja.
·
Peran
yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
Di dalam
masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang
berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun
dapat pula menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam
berperan. Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran dari dua
status atau lebih yang dimilikinya pada saat bersamaan.
Contohnya
seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada
waktu yang bersamaan ia harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke
dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya
terjadi konflik karena pada saat yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai
guru.
Ketegangan
terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan melakukan peran karena adanya
ketidaksesuaian antara kewajiban yang harus dijalankan dengan tujuan peran itu
sendiri. Contohnya seorang pimpinan perusahaan menerapkan disiplin yang ketat
kepada karyawannya yang sebagian besar adalah keluarga dekatnya.
Kegagalan
peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan berbagai peran
sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur
perilaku seseorang. Pada beberapa kasus, peranana menyebabkan seseorang dapat
meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan
dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.
Interaksi
social yang ada dalam masyarakat merupakan hubugan antara peranan-peranan
individu masyarakat. Ada 3 hal yang tercakup dalam peranan. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
peranan
meliputu norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat.
2.
peranan
merupan suatu konsep tentangapa yang dapat dilakukan oleh individu dlam
masyarakat sebagai organisasi.
3.
peranan
merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat.
Selama
seperti status, peranan dapat dimiliki manusia sejak ia dilahirkan atau
diperolehnya dari lingkungan sosialnya. Peran-peran tesebut harus dilaksanakan
sekaligus. Disinilah akan terjadi konflik peranan. Contohnya, sebagai ketua
PKK, ibu hermin harus menghadiri rapat, namun pada saat yang sama, ia harus
mengantar anaknya kerumah sakit.
D.
Akibat
yang ditimbulkan dari status social
Kadangkala
seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang
disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut
berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan
timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari
status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.
Macam-macam Konflik Status:
a. Konflik Status bersifat Individual
ÞKonflik status yang dirasakan
seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh:
Seorang
wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga
Seorang
anak harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja.
b. Konflik Status Antar Individu
ÞKonflik status yang terjadi antara
individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya.
Contoh:
perebutan
warisan antara dua anak dalam keluarga
Tono
beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka.
c. Konflik Status Antar Kelompok
ÞKonflik kedudukan atau status yang
terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh:
Peraturan
yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang
lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan
raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara) yang
melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat
jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak
jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena
membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam
melaksanakan statusnya masing-masing.
E.
Dampak positif dan negative status social
Selain
menimbulkan tumbuhnya pelapisan dalam masyarakat, juga munculnya kelas-kelas
sosial atau golongan sosial. Adanya pelapisan sosial dapat pula mengakibatkan
atau mempengaruhi tindakan-tindakan warga masyarakat dalam interaksi sosialnya.
Pola tindakan individu-individu
masyarakat sebagai konsekwensi dari adanya perbedaan status dan peran sosial
akan muncul dengan sendirinya.
Pelapisan
masyarakat mempengaruhi munculnya life chesser & life stile tertentu dalam
masyarakat, yaitu kemudahan hidup dan gaya hidup tersendiri. Misalnya, orang
kaya (lapisan atas) akan mendapatkan kemudahankemudahan dalam hidupnya, jika
dibandingkan orang miskin (lapisan bawah); dan orang kaya akan punya gaya hidup
tertentu yang berbeda dengan orang miskin. Sikap yang Relevan dalam Masyarakat
Akibat Perbedaan Status Sosial dan Peranan Sosial.
Perbedaan
status dan peranan sosial dapat mengakibatkan munculnya pola tindakan
masyarakat baik positif maupun negatif. Bersifat positif, jika tindakan itu
terintegrasi dalam kehidupan kolektif dengan norma-norma sosial, sehingga
mendorong terwujudnya keteraturan sosial. Contoh: Apabila status dan peran guru
dan mudid dilaksanakan dengan penuh tangung jawab, maka akan terciptalah
suasana belajar, proses belajar-mengajar berjalan dengan baik dan teratur
sesuai dengan norma-norma pendidikan.
Bersifat
negatif, jika tindakan warga masyarakat itu tidak integratif, timbul prasangka,
kecemburuan sosial dan munculnya perilaku menyimpang yang menghambat
pembaharuan dan mengganggu ketertiban masyarakat. Contoh: Pengendara motor yang
ngebut tidak mematuhi rambu-rambu lalulintas, maka akan menimbukan perilaku
menyimpang dan pada akhirnya mengganggu ketertiban di jalan raya. Hal yang paling menonjol dari dampak negatif
pengaruh perbedaan peran dan status sosial dalam masyarakat adalah munculnya:
Konflik
ü Menurut Dr. Robert MZ Lawang,
konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai,
status, kekuasaan, dsbnya.
ü Dalam pengertian Sosiologis konflik
dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.
Penyebab terjadinya konflik antara lain:
1. adanya perbedaan kepribadian
diantara mereka, yang disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan.
2. adanya perbedaan pendirian atau
perasaan antara individu yang satu dengan individu yang lain, sehingga terjadi
konflik diantara mereka.
3. adanya perbedaan kepentingan
individu atau kelompok diantara mereka.
4. adanya perubahan-perubahan sosial
yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan nilai/sistem yang berlaku.
Bentuk-bentuk Konflik:
1. pertentangan pribadi artinya konflik
yang berlangsung antara dua orang.
2. Pertentangan kelas sosial, artinya
konflik antara kelas sosial yang ada dalam masyarakat.
3. konflik rasial, artinya konflik
antar suku bangsa yang ada.
4. konflik internasional, artinya
konflik yang terjadi antar negara yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan.
Akibat-akibat Konflik:
1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas
antara sesama anggota
2. Hancurnya atau retaknya kasatuan
kelompok
3. Adanya perubahan kepribadian seorang
individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya
korban manusia
Cara mengatasi Konflik
Konflik dapat diatasi dengan jalan
Akomodasi. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada
keadaan tesebut dengan bekerja sama.
Disintegrasi sosial ialah adanya
kemerosotan integritas (persatuan & kesatuan) atau hancurnya kesatuan
organisasi. Munculnya disintegrasi dalam masyarakat sebagai akibat perbedaan
peran dan status sosial tersebut dalam wujud antara lain:
·
Prasangka
·
Kecemburuan
social
·
Frustasi
·
Agresivitas,
dan
·
Perilaku
menyimpang.
Kondisi
negatif tersebut di atas jika dibiarkan dan tidak ada tindakan untuk
pengendaliannya akan mengakibatkan terganggunya ketertiban hidup bermasyarakat.
Dengan demikian, pengendalian sosial untuk mengatasi gejolak sosial menjadi
penting keberadaannya sebagai unsur pembentuk struktur masyarakat.
F.
Factor
penyebab terjadinya perbedaan social
Terjadinya stratifikasi sosial dalam
masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya
terbatas, akibat dari hal tersebut adalah distribusi di dalam masyarakat
tidaklah merata.Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka
yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah.
Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut Paul B
Horton dan yang dikutip oleh Anshari adalah:
Kekayaan dan penghasilan
Kekayaan dan penghasilan merupaka
dua hal yang berkaitan erat; dimana penghasilan banyak kekayaan juga meningkat.
Faktor ekonomi ini akan menjadi salah satu ukuran dari stratifikasi
sosial yang ada. Mereka yang kaya dan memiliki penghasilan yang besar
akan menduduki kelas atas; sedangkan mereka yang miskin dan tidak
berpenghasilan berada pada kelas bawah.
Pekerjaan
Pekerjaan disamping sebagai sarana
dalam menghasilkan pendapatan juga merupakan status yang mengandung didalamnya
prestise (penghargaan). Jenis pekerjaan akan menentukan penghasilan seseorang
dan juga penghargaan masyarakat akan seseorang yang memiliki pekerjaan.Seperti
Karl Mark yang membedakan kelas borjuis sebagai orang yang
memiliki modal atau capital dan proletariat sebagai orang yang hanya
memiliki tenaga saja atau sebagai buruh.
Pendidikan
Pendidikan secara bertingkat ada
dalam masyarakat, misalnya dibedakan menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah serta pendidikan tinggi. Penjenjanggan ini sekaligus menyatakan bahwa
pendidikan adalah dimensi vertikal dari stratifikasi sosial .
Mereka yang lulus dari pendidikan
tinggi biasanya diberikan gelar sesuai dengan keahliannya tersebut
seperti gelar SE dan SH dibelakang nama yang menunjukkan bahwa mereka
yang mencantumkan SE dan SH adalah mereka yang lulus dari pendidikan
tinggi dengan keahlian bidang ekonomi untuk SE (kepanjangan dari sarjana
ekonomi), dan gelar SH bagi mereka yang tamat dari pendidika tinggi dari fakultas
Hukum, SH (sajarna Hukum). Mereka yang tamat dari jurusan sosiologi menggunakan
gelar S.Sos kepanjangan dari sajarna sosiologi. Gelar ini pada jenjang S1.
Mereka yang menamatkan diri dari pendidikan menengah dan pendidikan dasar
mereka belum mendapat gelarkarena belum mempunyai keahlian tertentu. S2 dan
Doktor untuk jenjang S3. Mereka yang memiliki gelar baik S1, S2 maupun S3 akan
memiliki jenjang stratifikasi sosial atas dibandingkan dengan mereka yang
tamat pendidika menengah (SMP dan SMA) maupun yang tamat SD dan bahkan tidak
tamat SD dan tidak sekolah.
Sosiolog lain yaitu Soerjono
Soekanto mengatakan bahwa kriteria yang memjadikan masyarakat berlapis-lapis
adalah: ukuran kekayaan, ukuran menandakan adanya kuantitas atau jumlah dari
sesuatu hal. Jika ukuran kekayaan berarti ada jumlah tertentu tentang kekayaan
yang dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur. Dari sinilah didapatkan ukuran
kekayaan yang tinggi atau banyak, ukuran sedang cukup dan ukuran sedikit atau
miskin. Kekayaan sebagai ukuran dalam bentuk stratifikasi sosial walau
ada kuantitas tepai pada dasarnya adalah relative untuk suatu masyarakat.
Ukuran Kekuasaan
Ukuran kekusaan yang didefenisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun
kelompok agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang
memiliki kekuasaan menjadi tolak ukur dari strartifikasi sosial yang ada
dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan akan terkait dengan besar kecilnya dan luas
sempitnya pengaruh yang dimiliki seseorang dalam masyarakat. Semakin luas
tinggi pengaruh yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi stratifikasi yang
dimilikinya dan semakin rendah dan sempit dan bahkan tidak memiliki pengaruh
keberadaan sesorang dalam masyarakat semakin rendah stratifikasi sosial nya.
Kekuasaan yang dimiliki seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat formal saja
seperti pejabat pemerintah setempat maupun pejabat pemerintah yang lain.
Kekuasaan tersebut berupa kepatuhan
dan ketaatan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang menjadi sasaran atau
perntahnya. Seorang Kyai memberikan saran kepada seseoran untuk menghentikan
minum miras atau merokok dan yang bersangkutan langsung menghentikan
tndakannya, maka kyai tersebut memeiliki kekeuasaan yang tinggi atau
kuat; demikian halnya orang lain jika apa yang mereka kehendaki dan orang
melakukannya, maka orang tersebut memiliki kekuasaan yang tinggi atau kuat.
Ukuran Kehormatan
Kehormatan yang diperoleh oleh
sesorang bukanlah dari dirinya, melainkan penilaian yang datang dari orang
lain. Apakah seseorang dihormati atau tidak oleh orang lain sangat tergantung
pada orang lain, bukan bersumber pada dirinya.
Penghormatan bagi seseorang bukan
muncul sesaat, melainkan melalui proses waktu dan evaluasi penghormatan dengan
demikian bersifat obyektif bukan bersifat subyektif. Penghargaan bagi sessorang
dalm wujud penghormatan dapat bersumber pada kepribadian seseorang tersebut
karena kejujuran, ketaqwaan beragama, berani karena benar rendah hati maupun
perilaku yang di tunjuk dalam setiap harinya seperti suka menolong, memberikan
nasehat kepada kepada yang membutuhkan dan sebagainya yang setiap saat
dievalusi oleh anggota masyarakat yang lain. Penghormatan tersebut diwujudkan
orang lain akan memberikan hormat lebih dahulu atau mengulurkan tangan berjabat
tangan menempatkan duduk dalam suatu pesta atau pertemuan di depan sendirin
atau di tempat yang pas dengan kehormatannya.
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran Ilmu Pengetahuan akan
meliputi dua ukuran yaitu: Pertama, ukuran formal yaitu ijasah sebagai
ukurannya semakin tingi gelar atau ijasah yang dimiliki semakin tinggi strata
sosial nya dan semakin rendah yang dimiliki, maka semakin rendah pula strata
sosial nya. Kedua, ukuran non-formal adalah profesional atau keahlian
yang mereka miliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka memperoleh
keahlian tersebut tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan
alternatif mereka memperoleh keahliannya bukan belajar difakultas kedokteran,
melainkan diperoleh dari luar pendidikan formal yang ada.
Kedudukan (Status)
Kedudukan
(status) sering kali juga dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial
status). Kedudukan adalahsebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial ,sehungan dengan orang lain dalam kelompok tersebutatau tempat
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang
lebih besar lagi.
Peran (Rore)
Selain
kedudukan dan peran disamping unsur pokok dalam sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat, juga mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem sosial
masyarakat. Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang dalam masyarakat,
sedangkan peran menunjukan aspek dinamis dari status, hal ini merupakan suatu
tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki
status tertentu.
Sedangkan kedudukan sosial
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya,hak-hak dan kewajibannya.
Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan
kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompokn yang berbeda, tapi
kedudukan sosial tersebut mempengaruhikedudukan orang tadi dalam kelompok
sosial yang berbeda.
Oleh karena kedudukan sering
diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial , maka
seseorang juga mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan
seseorang yang biasanya ikut dalam berbagai kelompok sosial. Kedudukan, apabila
dipisahkan dari individu yang memilikinya, hanyalah merupakan kumpulan hak dan
kewajiban. Namun, karena hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksanakan
melalui perantara individu, maka sulit untuk memisahkannya secara tegas.
Kelas sosial timbul karena adanya
perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota
masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan
seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah.
Contoh : Pada
masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana,
Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat
disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar
seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa,
Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh
kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
G. Dampak Perbedaan Status Sosial
Ekonomi Masyakat
Sebagian
pakar menyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat
mengenal kehidupan bersama. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem
pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem
pelapisan yang terjadi dengan sendirinya artinya tanpa disengaja,dan sistem
pelapisan yang terjadi karena dengan sengaja disusun untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya atau tidak disengaja misalnya, lapisan yang didasarkan pada umur,
jenis kelamin, kepandaian, sifat, keaslian keanggotaan kerabat kepala
masyarakat, mungkin pada batas-batas tertentu berdasarkan harta. Sedangkan
sistem lapisan dalam masyarakat yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan
tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik,
angkatan bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang itu merupakan
sesuatu unsur khusus dalam sistem pelapisan masyarakat yang mempunyai sifat
lain daripada uang, tanah, dan benda ekonomis lainya. Hal ini disebabkan uang,
tanah, dan jenisnya dapat dibagi secara bebas dalam masyarakat tanpa merusak
keutuhan masyarakat.
Namun
demikian, apabila suatu masyarakat hendak hidup teratur dan keutuhan masyarakat
tetap terjaga maka kekuasaan dan wewenang harus pula dibagi-bagikan secara
taratur, sehingga setiap orang akan jelas dimana kekuasaan dan
wewenangnya dalam organisasi, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara
teoritis diakui bahwa manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi dalam kenyataan
kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial tidak demikian halnya. Dengan
demikian pembedaan ke dalam lapisan-lapisan merupakan gejala universal serta
merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.
Status
sosial adalah merupakan kedudukan, peranan, dan tanggung jawab seseorang
dalam masyarakatnya. Status itu dikategorikan dalam dua bagian status karena
seseorang mewarisi dari keturunannya (ascribed status), dan status
sosial yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh (achieved
status). Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran
dan warisan yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut, dan tidak
dibutuhkan jerih lelah untuk masuk dalam kategori ini. Dalam masyarakat
sederhana, karakteristik ascribed status dipandang sebagai suksesi yang tidak
pernah diperdebatkan. Sebaliknya, orang yang dikelompokkan dalam kategori
achieved status adalah orang yang harus berjerih lelah, untuk menghasilkan
sesuatu yang diakui oleh masyarakat luas. Tidak dikenal paham suksesi, yang berlaku
adalah usaha dan prestasi.
Fenomena
dan realitas sosial serupa mencolok dalam masyarakat maju, di mana
kontestasi merupakan syarat menuju puncak prestasi. Kedua model status
sosial itu terpatri dalam benak masyarakat, diakui, diupayakan – kendati
pun dicemooh – tetapi telah berlangsung berabad-abad dalam peradaban manusia.
Untuk memahami eksistensi dua status sosial itu, kita mudah mencari,
apakah kontribusi mereka bagi masyarakat dan lingkungan sosial pada
zamannya.
Status
sosial atau yang sering disebut stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu
ketidakseimbangan yang sistematis dari kesejahteraan, kekuasaan dan prestise
(gengsi) yang merupakan akibat dari adanya posisi sosial (rangking sosial)
seseorang di masyarakat. Sedangkan ketidakseimbangan dapat didefinisikan
sebagai perbedaan derajat dalam kesejahteraan, kekuasaan dan hal-hal lain yang
terdapat dalam masyarakat.
Adanya
perbedaan status sosial dalam hal ini menyangkut perbedaan perekonomian, dapat
menimbulkan adanya kecemburuan sosial, kesejahteraan yang tidak merata, bahkan
bisa menyebabkan perbuatan yang melanggar hukum. Perbedaan status sosial
ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama
yang berada pada lapisan bawah.
Adanya
perbedaan status sosial ekonomi dapat menimbulkan konflik sosial tersendiri
bagi masyarakat. Konflik sosial berarti pertentangan antara
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras,
jenis kelamin, kelompok, status ekonomi, status sosial , bahasa, agama, dan
keyakinan politik, dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis.
Baik dalam masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk. Konflik
sosial dapat terjadi karena adanya perbedaan yang disebabkan adanya
ketidak-adilan dalam akses pada sumberdaya ekonomi dan politik. Adanya
ketidak-adilan akses pada sumberdaya ekonomi dan politik memperparah berbagai
prasangka yang sudah ada di antara kelompok-kelompok sosial. Konflik sosial
merupakan hal yang sering terjadi mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus
dicegah adalah konflik yang menjurus pada pengrusakan dan penghilangan salah
satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh karena itu konflik harus
dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum yang berarti melalui
jalan damai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perbedaan
status sosial di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan
peran yang dimiliki sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri
seseorang. Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam
suatu masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih
dikenal dengan stratifikasi sosial .
Di dalam kehidupan masyarakat
terdapat banyak perbedaan status sosial dan kelas sosial. Perbedaan status
sosial dan kelas sosial tersebut menyebabkan adanya diferensiasi dan
stratifikasi sosial . Meskipun demikian perbedaan status sosial dan kelas
sosial ini tidak menyebabkan kesenjangan sosial di dalam kehidupan
bermasyarakat.
B.
Saran
Sebagai
mahasiswa yang telah belajar tentang stratifikasi soasial tentu kita harus
mampu membedakan baik buruknya perbedaan social. Selain itu jangan selalu
membedakan status social dalam memilih teman. Jadi didalam kehidupan bermasyarakat kita
tidak boleh membeda-bedakan
status sosial dan kelas sosial seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah
Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia. Yogyakarta:Widya
Utama
http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/id/1002
Dosen penggampu : Supeno SH MH
NAMA KELOMPOK
1.
Ani Romaningsih
2.
Budi Handoko
3.
Dhanny Pratama Akbar
4.
Iis sholehat
5.
Marlina Mutiara
6.
M. Faizal Azwar
YAYASAN HAJI SOEHELY QARY
S1 KESEHATAN MASYARAKAT (KESMAS)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
MERANGIN
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul “ Status Social dalam
Masyarakat”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, Kami ucapkan terima kasih kepada Supeno S.H MH sebagai
pengajar mata kuliah syang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. tidak lupa pula kepada rekan rekan yang
telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Bangko, November 2012
|
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR
ISI ........................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.
Tujuan ............................................................................................... 2
D.
Manfaat ............................................................................................ 2
E.
Sistematika penulisan........................................................................ 3
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian status sosial ..................................................................... 4
B.
Cara seseorang memperoleh status sosial ......................................... 6
C.
Peran social dalam status sosial ........................................................ 7
D.
Akibat yang ditimbulkan dari status sosial ...................................... 9
E.
Dampak positif
dan negatif perbedaan
status sosial ....................... 10
F.
Factor penyebab terjadinya status sosial .......................................... 12
G.
Dampak perbedaan status sosial ekonomi masyarakat ..................... 16
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ....................................................................................... 19
B.
Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap
manusia dihadapan Tuhan adalah sama. Pernyataan tersebut merupakan hal yang
secara universal diakui oleh manusia. Namun dalam masyarakat, dipandang ada
yang berbeda karena status yang dimiliki. Manusia
merupakan sekumpulan individu yang membentuk sistem sosial tertentu dan
secara bersama-sama, memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, dan hidup
dalam satu wilayah tertentu (dengan batas tertentu)serta memiliki pemerintahan
untuk mengatur tujuan-tujuan kelompoknya atau individu dalam organisasinya.
Dalam masyarakat itu kemudian semakin lama terbentuk suatu struktur yang jelas
yaitu terbentuknya kebiasan-kebiasan, cara (usage), nilai/norma, dan adat
istiadat. Struktur sosial yang terbentuk ini kemudian lama-kelamaan
menyebabkan adanya spesilisasi dalam masyarakat yang mengarah terciptanya
status sosial yang berbeda antar individu. Perbedaan status sosial
di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan peran yang dimiliki
sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri seseorang.
Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam suatu
masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih dikenal
dengan stratifikasi sosial .
Pada
umumnya mereka yang menduduki lapisan atas tidak hanya memeiliki satu macam
saja dari sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, akan tetapi kedudukan yang
tinggi tersebut bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak,
misalnya, akan mudah mendapatkan tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, bahkan
mungkin kehormatan tertentu.
Cara
yang paling mudah untuk mengerti pengertian konsep sratifikasi sosial
atau perbedaan status sosial adalah dengan berfikir membanding-bandingkan
kemampuan, baik kemampuan kecerdasan, jabatan, maupun ekonomi, dan apa yang
dimiliki anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya.
Dalam
lingkup masyarakat yang ada di Indonesia, status sosial sering menjadi
momok bagi masyarakat. Dimana jabatan serta kekayaan sebagai acuan untuk
mencapai sebuah keinginan bagi orang yang memilikinya, dalam arti bahwa yang
kaya makin kaya, dan yang miskin makin miskin.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut:
a) Apa
pengertian status social ?
b) Bagaimana
cara seseorang memperoleh status social ?
c) Apa
peran social dalam status social ?
d) Apa
akibat yang ditimbulkan dari statuys social ?
e) Bagaimana
dampak positif dan negative perbedaan
status social ?
f) Apa
factor penyebab terjadinya status social ?
g) Apa
dampak perbedaan status social ekonomi masyarakat ?
C. Tujuan
Tujuan penulis dalam menyusun makalah
ini :
a. Memenuhi
tugas kelompok dari pelajaran ilmu Sosiologi semester 1 STIKES MERANGIN.
b. Menambah
wawasan dan pengetahuan tentang status social.
c. Mengetahui
dampak dari status social.
D. Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini bagi penulis maupun pembaca ialah untuk menambah
wawasan atau pengetahuan tentang status social dalm kehidupan bermasyarakat dan
kita dapat mengetahui banyak dampak positif dan dampak negative dari status social.
E. Sistematika penulisan
·
Bab I Pendahuluan, Isi dari Pendahuluan
ini terdiri dari beberapa sub Bab yaitu; latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat dan sistematika penulisan
·
Bab II Pembahasan, Pembahasan ini
menguraikan materi tentang status social secara teoritis dimana dalam hal ini
terdiri dari beberapa sub yaitu:pengertian status social, cara seseorang
memperoleh status social, peran social dalam status social, akibat yang
ditimbulkan dari statuys social, dampak positif
dan negative perbedaan status social, factor penyebab terjadinya status
social dan dampak perbedaan status social ekonomi masyarakat
·
Bab III Penutup, Dalam Bab ini diisi
dengan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran, dimana penulis setelah
menguraikan materi tentang status social selanjutnya menyimpulkan dan
memberikan saran sehingga makalah ini bisa bermanfaat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
status social
Menurut Ralph Linton, Status sosial adalah
sekumpulan hak dan kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang
yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi
dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial nya
rendah.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status
sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak
dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut
sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok
masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam
kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, camat,
lurah, kepala sekolah, guru dan
sebagainya.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem
pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur
ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan
seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku
individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan
masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial atau kelompok masyarakat.
Status sosial adalah sekumpulan hak dan
kewajian yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya (menurut Ralph Linton).
Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih
tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosial
nya rendah.
Sratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari
struktur sosial masyarakat, dalam artian malihat perbedaan masyarakat
berdasarakn pelapisan yang ada, apakah berlapis-lapis secara vertikal dan
apakah pelapisan tersebut terbuka atau tertutup. Soerjono soekanto mengatakan sosial
sratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat atau sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Sratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi,dalam artian kita tidak
akan menemukan masyarakat seperti kue lapis; tetapi pelapisan adalah suatu konsep
untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas
atas, kelas menengah, dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu. Lebih
lanjut Soerjono mengemukakan, di dalam setiap masyarakat dimana pun selalu dan
pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai di dalam
masyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, darah biru,
atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat, atau apapun yang bernilai
ekonomis. Di berbagai masyarakat sesuatu yang dihargai tidaklah selalu sama. Di
lingkungan masyarakat pedesaan, tanah sewa dan hewan ternak,sering kali
dianggap jauh lebih berharga daripada gelar akademis, misalnya. Sementara itu
dilingkungan masyarkat kota yang modern, yang sering kali terjadi sebaliknya.
Menurut Karl Max, kelas sosial utama terdiri
atas golongan proletariat, golongan kapitalis (borjuis) dan golongan
menegah (borjuis rendah). Pendapat diatas merupakan suatu penggambaran
bahwa stratifikasi sosial sebagai gejala yang universal, artinya dalam setiap
masyarakat bagaimana pun juga keberadaannya pasti didapatkan pelapisan sosial
tersebut. Apa yang dikemukakan oleh Karl Marx adalah salah satu bukti adanya
sratifikasi sosial dalam masyarakat sederhana sekalipun. Kriteria jenis
kekayaan dan juga profesi pekerjaan merupakan cerita yang sederhana, sekaligus
menyatakan bahwa dalam masyarakat kita tidak akan menemukan masyarakat tanpa
kelas. Perkembangan masyarakat selanjutnya menuju masyarakat yang semakian
modern dan kompleks, stratifikasi
sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Pitirim A. Sorokin mengemukaan bahwa sistim
pelapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap
masyarakat yang hidup dengan teratur. Mereka yang memiliki barang atau sesuatu
yang lebih berharga dalam jumlah yang banyak akan menduduki lapisan atas dan
sebaliknya mereka yang memiliki dalm jumlah yang relatif sedikit atau bahkan
tidak memiliki sama sekali akan dipandang mempunyai kedudukan yang rendah.
Lebih lanjut Sorokin mengemukaan, stratifikasi sosial adalah pembendaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
Perwujudannya adalah adanya kelas-kalas tinggi dan kelas yang lebih rendah.
Selanjutnya disebutkan bahwa dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban,
kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara
anggota-anggota masyarakat.
Jadi status social adalah Sebuah posisi dalam hubungan sosial,
karakteristik yang menempatkan individu dalam hubungannya dengan orang lain dan
seberapa besar peran individu tersebut dalam masyarakat itu sendiri. Status
sosial dapat terbentuk melalui beberapa hal diantaranya melalui peran individu
tersebut, kekayaan, kekuasaan dan lain- lain. Status sosial akan terbentuk
seiring dengan berjalannya waktu, dan hal itu akan dibarengi dengan perubahan
kondisi sosial dalam masyarakat tersebut.
B.
Cara
seseorang memperoleh status social
a. Ascribed
Status
Þadalah
keuddukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha. Status ini sudah
diperoleh sejak lahir.
Status
ini diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan
perbedaan seseorang. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran. Misalnya,
kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula, seorang anak dari kasta
brahmana juga akan memperoleh kedudukan yang demikian. Kebanyakan ascribed
status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan sosial yang
tertutup, seperti sistem pelapisan perdasarkan perbedaan ras. Meskipun
demikian, bukan berarti bahwa dalam masyrakat dengan sistem pelapisan
sosial terbuka tidak ditemui adanya ascribed status. Kita lihat misalnya
kedudukan laki-laki dalam suatu keluarga akan berbeda dengan kedudukan isteri
dan anak-anaknya, karena pada umumnya laki-laki (ayah) akan menjadi
kepala keluarga.Contoh:
Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb
b. Achieved
Status
Þ adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja.
Status
ini diartikan kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang
sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran. Kedudukan ini bersifat
terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan dari masing-masing
orang dalam mengejar dan mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang
bisa menjadi dokter, hakim, guru, dan sebagainya, asalkan memnuh persyaratan
yang telah ditentukan. Dengan demikian tergantung pada masing-masing orang
apakah sanggup dan mampuh memenuhi persyaratan yang telah ditentukan atau
tidak. Contoh: kedudukan yang diperoleh
melalui pendidikan guru, dokter, insinyur, gubernur, camat, ketua OSIS dsb.
c. Assigned status
Status ini merupakan kombinasi dari
perolehan status secara otomatis dan status melalui usaha. Status ini diperolah
melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan
sesuatu untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat. Contoh: gelar
kepahlawanan, gelar pelajar teladan, penganugerahan Kalpataru dsb.
Didalam suat masyarakat, seseorang
biasa mempunyai beberapa status bahkan dalam waktu yang bersamaan, dia
menjalankan beberapa status sekaligus. Contoh, pak supardan adalah seorang
kepala sekolah SD. Selain menjadi kepala sekolah, dia juga seorang kepala rumah
tangga, ketua LKMD, serta pengurus koperasi pertanian.
Beragam status yang dimiliki
seseorang dapat menimbulkan pertentangan atau konflik status ( status conflik
). Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat
adanya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan. Contoh, Ibu
hermin adalah seseorang guru SMK yang harus kesekolah tiap hari kerja. Namun.
Ibu hermin juga merupakan seorang ibu rumah tangga yang harus merawat
anak-anaknya. Ibu hermin bingung untuk memilih menjadi ibu rumah tangga saja
atau menjadi guru saja.
C.
Peran
Sosial
Peran sosial adalah pelaksanaan hak
dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Antara peran dan status
sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau
sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat
statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur
perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Pola peran dalam masyarakat
dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.
·
Peran
ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu.
Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan
pandai.
·
Peran
yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang
ibu tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak
remaja.
·
Peran
yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
Misalnya seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
Di dalam
masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang
berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun
dapat pula menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam
berperan. Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran dari dua
status atau lebih yang dimilikinya pada saat bersamaan.
Contohnya
seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada
waktu yang bersamaan ia harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke
dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya
terjadi konflik karena pada saat yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai
guru.
Ketegangan
terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan melakukan peran karena adanya
ketidaksesuaian antara kewajiban yang harus dijalankan dengan tujuan peran itu
sendiri. Contohnya seorang pimpinan perusahaan menerapkan disiplin yang ketat
kepada karyawannya yang sebagian besar adalah keluarga dekatnya.
Kegagalan
peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup menjalankan berbagai peran
sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
Dalam
kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk mengatur
perilaku seseorang. Pada beberapa kasus, peranana menyebabkan seseorang dapat
meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan
dapat menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.
Interaksi
social yang ada dalam masyarakat merupakan hubugan antara peranan-peranan
individu masyarakat. Ada 3 hal yang tercakup dalam peranan. Ketiga hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
peranan
meliputu norma-norma yang berhubungan dengan posisi atau kedudukan seseorang
dalam masyarakat.
2.
peranan
merupan suatu konsep tentangapa yang dapat dilakukan oleh individu dlam
masyarakat sebagai organisasi.
3.
peranan
merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat.
Selama
seperti status, peranan dapat dimiliki manusia sejak ia dilahirkan atau
diperolehnya dari lingkungan sosialnya. Peran-peran tesebut harus dilaksanakan
sekaligus. Disinilah akan terjadi konflik peranan. Contohnya, sebagai ketua
PKK, ibu hermin harus menghadiri rapat, namun pada saat yang sama, ia harus
mengantar anaknya kerumah sakit.
D.
Akibat
yang ditimbulkan dari status social
Kadangkala
seseorang/individu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih status yang
disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut
berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal itulah yang menyebabkan
timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari
status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.
Macam-macam Konflik Status:
a. Konflik Status bersifat Individual
ÞKonflik status yang dirasakan
seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh:
Seorang
wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga
Seorang
anak harus memilih meneruskan kuliah atau bekerja.
b. Konflik Status Antar Individu
ÞKonflik status yang terjadi antara
individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya.
Contoh:
perebutan
warisan antara dua anak dalam keluarga
Tono
beramtem dengan Tomi gara-gara sepeda motor yang dipinjamnya dari kakak mereka.
c. Konflik Status Antar Kelompok
ÞKonflik kedudukan atau status yang
terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Contoh:
Peraturan
yang dikeluarkan satu departemen bertentangan dengan peraturan departemen yang
lain. DPU (Dinas Pekerjaan Umum) yang punya tanggung jawab terhadap jalan-jalan
raya, kadang terjadi konflik dengan PLN (Perusahaan LIstrik Negara) yang
melubangi jalan ketika membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat
jaringan baru tersebut, kadangkala pula berkonflik dengan TELKOM karena merusak
jaringan telpon dan dengan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) karena
membocorkan pipa air. Keempat Instansi tersebut akan saling berbenturan dalam
melaksanakan statusnya masing-masing.
E.
Dampak positif dan negative status social
Selain
menimbulkan tumbuhnya pelapisan dalam masyarakat, juga munculnya kelas-kelas
sosial atau golongan sosial. Adanya pelapisan sosial dapat pula mengakibatkan
atau mempengaruhi tindakan-tindakan warga masyarakat dalam interaksi sosialnya.
Pola tindakan individu-individu
masyarakat sebagai konsekwensi dari adanya perbedaan status dan peran sosial
akan muncul dengan sendirinya.
Pelapisan
masyarakat mempengaruhi munculnya life chesser & life stile tertentu dalam
masyarakat, yaitu kemudahan hidup dan gaya hidup tersendiri. Misalnya, orang
kaya (lapisan atas) akan mendapatkan kemudahankemudahan dalam hidupnya, jika
dibandingkan orang miskin (lapisan bawah); dan orang kaya akan punya gaya hidup
tertentu yang berbeda dengan orang miskin. Sikap yang Relevan dalam Masyarakat
Akibat Perbedaan Status Sosial dan Peranan Sosial.
Perbedaan
status dan peranan sosial dapat mengakibatkan munculnya pola tindakan
masyarakat baik positif maupun negatif. Bersifat positif, jika tindakan itu
terintegrasi dalam kehidupan kolektif dengan norma-norma sosial, sehingga
mendorong terwujudnya keteraturan sosial. Contoh: Apabila status dan peran guru
dan mudid dilaksanakan dengan penuh tangung jawab, maka akan terciptalah
suasana belajar, proses belajar-mengajar berjalan dengan baik dan teratur
sesuai dengan norma-norma pendidikan.
Bersifat
negatif, jika tindakan warga masyarakat itu tidak integratif, timbul prasangka,
kecemburuan sosial dan munculnya perilaku menyimpang yang menghambat
pembaharuan dan mengganggu ketertiban masyarakat. Contoh: Pengendara motor yang
ngebut tidak mematuhi rambu-rambu lalulintas, maka akan menimbukan perilaku
menyimpang dan pada akhirnya mengganggu ketertiban di jalan raya. Hal yang paling menonjol dari dampak negatif
pengaruh perbedaan peran dan status sosial dalam masyarakat adalah munculnya:
Konflik
ü Menurut Dr. Robert MZ Lawang,
konflik adalah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai,
status, kekuasaan, dsbnya.
ü Dalam pengertian Sosiologis konflik
dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial dimana dua orang atau kelompok
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkannya atau membuatnya
tidak berdaya.
Penyebab terjadinya konflik antara lain:
1. adanya perbedaan kepribadian
diantara mereka, yang disebabkan oleh adanya perbedaan latar belakang
kebudayaan.
2. adanya perbedaan pendirian atau
perasaan antara individu yang satu dengan individu yang lain, sehingga terjadi
konflik diantara mereka.
3. adanya perbedaan kepentingan
individu atau kelompok diantara mereka.
4. adanya perubahan-perubahan sosial
yang cepat dalam masyarakat karena adanya perubahan nilai/sistem yang berlaku.
Bentuk-bentuk Konflik:
1. pertentangan pribadi artinya konflik
yang berlangsung antara dua orang.
2. Pertentangan kelas sosial, artinya
konflik antara kelas sosial yang ada dalam masyarakat.
3. konflik rasial, artinya konflik
antar suku bangsa yang ada.
4. konflik internasional, artinya
konflik yang terjadi antar negara yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan.
Akibat-akibat Konflik:
1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas
antara sesama anggota
2. Hancurnya atau retaknya kasatuan
kelompok
3. Adanya perubahan kepribadian seorang
individu
4. Hancurnya harta benda dan jatuhnya
korban manusia
Cara mengatasi Konflik
Konflik dapat diatasi dengan jalan
Akomodasi. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian saling menyesuaikan diri pada
keadaan tesebut dengan bekerja sama.
Disintegrasi sosial ialah adanya
kemerosotan integritas (persatuan & kesatuan) atau hancurnya kesatuan
organisasi. Munculnya disintegrasi dalam masyarakat sebagai akibat perbedaan
peran dan status sosial tersebut dalam wujud antara lain:
·
Prasangka
·
Kecemburuan
social
·
Frustasi
·
Agresivitas,
dan
·
Perilaku
menyimpang.
Kondisi
negatif tersebut di atas jika dibiarkan dan tidak ada tindakan untuk
pengendaliannya akan mengakibatkan terganggunya ketertiban hidup bermasyarakat.
Dengan demikian, pengendalian sosial untuk mengatasi gejolak sosial menjadi
penting keberadaannya sebagai unsur pembentuk struktur masyarakat.
F.
Factor
penyebab terjadinya perbedaan social
Terjadinya stratifikasi sosial dalam
masyarakat dikarenakan sesuatu yang dihargai dalam masyarakat jumlahnya
terbatas, akibat dari hal tersebut adalah distribusi di dalam masyarakat
tidaklah merata.Mereka yang memperoleh banyak menduduki kelas atas dan mereka
yang tidak memperoleh menduduki kelas bawah.
Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut Paul B
Horton dan yang dikutip oleh Anshari adalah:
Kekayaan dan penghasilan
Kekayaan dan penghasilan merupaka
dua hal yang berkaitan erat; dimana penghasilan banyak kekayaan juga meningkat.
Faktor ekonomi ini akan menjadi salah satu ukuran dari stratifikasi
sosial yang ada. Mereka yang kaya dan memiliki penghasilan yang besar
akan menduduki kelas atas; sedangkan mereka yang miskin dan tidak
berpenghasilan berada pada kelas bawah.
Pekerjaan
Pekerjaan disamping sebagai sarana
dalam menghasilkan pendapatan juga merupakan status yang mengandung didalamnya
prestise (penghargaan). Jenis pekerjaan akan menentukan penghasilan seseorang
dan juga penghargaan masyarakat akan seseorang yang memiliki pekerjaan.Seperti
Karl Mark yang membedakan kelas borjuis sebagai orang yang
memiliki modal atau capital dan proletariat sebagai orang yang hanya
memiliki tenaga saja atau sebagai buruh.
Pendidikan
Pendidikan secara bertingkat ada
dalam masyarakat, misalnya dibedakan menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah serta pendidikan tinggi. Penjenjanggan ini sekaligus menyatakan bahwa
pendidikan adalah dimensi vertikal dari stratifikasi sosial .
Mereka yang lulus dari pendidikan
tinggi biasanya diberikan gelar sesuai dengan keahliannya tersebut
seperti gelar SE dan SH dibelakang nama yang menunjukkan bahwa mereka
yang mencantumkan SE dan SH adalah mereka yang lulus dari pendidikan
tinggi dengan keahlian bidang ekonomi untuk SE (kepanjangan dari sarjana
ekonomi), dan gelar SH bagi mereka yang tamat dari pendidika tinggi dari fakultas
Hukum, SH (sajarna Hukum). Mereka yang tamat dari jurusan sosiologi menggunakan
gelar S.Sos kepanjangan dari sajarna sosiologi. Gelar ini pada jenjang S1.
Mereka yang menamatkan diri dari pendidikan menengah dan pendidikan dasar
mereka belum mendapat gelarkarena belum mempunyai keahlian tertentu. S2 dan
Doktor untuk jenjang S3. Mereka yang memiliki gelar baik S1, S2 maupun S3 akan
memiliki jenjang stratifikasi sosial atas dibandingkan dengan mereka yang
tamat pendidika menengah (SMP dan SMA) maupun yang tamat SD dan bahkan tidak
tamat SD dan tidak sekolah.
Sosiolog lain yaitu Soerjono
Soekanto mengatakan bahwa kriteria yang memjadikan masyarakat berlapis-lapis
adalah: ukuran kekayaan, ukuran menandakan adanya kuantitas atau jumlah dari
sesuatu hal. Jika ukuran kekayaan berarti ada jumlah tertentu tentang kekayaan
yang dapat dijadikan sebagai suatu tolak ukur. Dari sinilah didapatkan ukuran
kekayaan yang tinggi atau banyak, ukuran sedang cukup dan ukuran sedikit atau
miskin. Kekayaan sebagai ukuran dalam bentuk stratifikasi sosial walau
ada kuantitas tepai pada dasarnya adalah relative untuk suatu masyarakat.
Ukuran Kekuasaan
Ukuran kekusaan yang didefenisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku seseorang maupun
kelompok agar berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang
memiliki kekuasaan menjadi tolak ukur dari strartifikasi sosial yang ada
dalam masyarakat. Ukuran kekuasaan akan terkait dengan besar kecilnya dan luas
sempitnya pengaruh yang dimiliki seseorang dalam masyarakat. Semakin luas
tinggi pengaruh yang dimiliki oleh seseorang semakin tinggi stratifikasi yang
dimilikinya dan semakin rendah dan sempit dan bahkan tidak memiliki pengaruh
keberadaan sesorang dalam masyarakat semakin rendah stratifikasi sosial nya.
Kekuasaan yang dimiliki seseorang bukanlah sesuatu yang bersifat formal saja
seperti pejabat pemerintah setempat maupun pejabat pemerintah yang lain.
Kekuasaan tersebut berupa kepatuhan
dan ketaatan bagi seseorang untuk mengikuti apa yang menjadi sasaran atau
perntahnya. Seorang Kyai memberikan saran kepada seseoran untuk menghentikan
minum miras atau merokok dan yang bersangkutan langsung menghentikan
tndakannya, maka kyai tersebut memeiliki kekeuasaan yang tinggi atau
kuat; demikian halnya orang lain jika apa yang mereka kehendaki dan orang
melakukannya, maka orang tersebut memiliki kekuasaan yang tinggi atau kuat.
Ukuran Kehormatan
Kehormatan yang diperoleh oleh
sesorang bukanlah dari dirinya, melainkan penilaian yang datang dari orang
lain. Apakah seseorang dihormati atau tidak oleh orang lain sangat tergantung
pada orang lain, bukan bersumber pada dirinya.
Penghormatan bagi seseorang bukan
muncul sesaat, melainkan melalui proses waktu dan evaluasi penghormatan dengan
demikian bersifat obyektif bukan bersifat subyektif. Penghargaan bagi sessorang
dalm wujud penghormatan dapat bersumber pada kepribadian seseorang tersebut
karena kejujuran, ketaqwaan beragama, berani karena benar rendah hati maupun
perilaku yang di tunjuk dalam setiap harinya seperti suka menolong, memberikan
nasehat kepada kepada yang membutuhkan dan sebagainya yang setiap saat
dievalusi oleh anggota masyarakat yang lain. Penghormatan tersebut diwujudkan
orang lain akan memberikan hormat lebih dahulu atau mengulurkan tangan berjabat
tangan menempatkan duduk dalam suatu pesta atau pertemuan di depan sendirin
atau di tempat yang pas dengan kehormatannya.
Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ukuran Ilmu Pengetahuan akan
meliputi dua ukuran yaitu: Pertama, ukuran formal yaitu ijasah sebagai
ukurannya semakin tingi gelar atau ijasah yang dimiliki semakin tinggi strata
sosial nya dan semakin rendah yang dimiliki, maka semakin rendah pula strata
sosial nya. Kedua, ukuran non-formal adalah profesional atau keahlian
yang mereka miliki melalui ketrampilan yang dia lakukan. Mereka memperoleh
keahlian tersebut tidak melalui jalur pendidikan formal. Pakar pengobatan
alternatif mereka memperoleh keahliannya bukan belajar difakultas kedokteran,
melainkan diperoleh dari luar pendidikan formal yang ada.
Kedudukan (Status)
Kedudukan
(status) sering kali juga dibedakan dengan kedudukan sosial (sosial
status). Kedudukan adalahsebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial ,sehungan dengan orang lain dalam kelompok tersebutatau tempat
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang
lebih besar lagi.
Peran (Rore)
Selain
kedudukan dan peran disamping unsur pokok dalam sistem berlapis-lapis dalam
masyarakat, juga mempunyai arti yang sangat penting bagi sistem sosial
masyarakat. Status menunjukkan tempat atau posisi seseorang dalam masyarakat,
sedangkan peran menunjukan aspek dinamis dari status, hal ini merupakan suatu
tingkah laku yang diharapkan dari seorang individu tertentu yang menduduki
status tertentu.
Sedangkan kedudukan sosial
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya,hak-hak dan kewajibannya.
Dengan demikian kedudukan sosial tidaklah semata-mata merupakan kumpulan
kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompokn yang berbeda, tapi
kedudukan sosial tersebut mempengaruhikedudukan orang tadi dalam kelompok
sosial yang berbeda.
Oleh karena kedudukan sering
diartikan sebagai tempat seseorang dalam suatu pola atau kelompok sosial , maka
seseorang juga mempunyai beberapa kedudukan sekaligus. Hal ini disebabkan
seseorang yang biasanya ikut dalam berbagai kelompok sosial. Kedudukan, apabila
dipisahkan dari individu yang memilikinya, hanyalah merupakan kumpulan hak dan
kewajiban. Namun, karena hak dan kewajiban itu hanya dapat terlaksanakan
melalui perantara individu, maka sulit untuk memisahkannya secara tegas.
Kelas sosial timbul karena adanya
perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota
masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan
seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah.
Contoh : Pada
masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana,
Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat
disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar
seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa,
Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh
kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
G. Dampak Perbedaan Status Sosial
Ekonomi Masyakat
Sebagian
pakar menyakini bahwa pelapisan masyarakat sesungguhnya mulai ada sejak masyarakat
mengenal kehidupan bersama. Terjadinya stratifikasi sosial atau sistem
pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem
pelapisan yang terjadi dengan sendirinya artinya tanpa disengaja,dan sistem
pelapisan yang terjadi karena dengan sengaja disusun untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Lapisan-lapisan dalam masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya atau tidak disengaja misalnya, lapisan yang didasarkan pada umur,
jenis kelamin, kepandaian, sifat, keaslian keanggotaan kerabat kepala
masyarakat, mungkin pada batas-batas tertentu berdasarkan harta. Sedangkan
sistem lapisan dalam masyarakat yang sengaja disusun untuk mencapai tujuan
tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi
dalam organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik,
angkatan bersenjata dan sebagainya. Kekuasaan dan wewenang itu merupakan
sesuatu unsur khusus dalam sistem pelapisan masyarakat yang mempunyai sifat
lain daripada uang, tanah, dan benda ekonomis lainya. Hal ini disebabkan uang,
tanah, dan jenisnya dapat dibagi secara bebas dalam masyarakat tanpa merusak
keutuhan masyarakat.
Namun
demikian, apabila suatu masyarakat hendak hidup teratur dan keutuhan masyarakat
tetap terjaga maka kekuasaan dan wewenang harus pula dibagi-bagikan secara
taratur, sehingga setiap orang akan jelas dimana kekuasaan dan
wewenangnya dalam organisasi, baik secara horizontal maupun vertikal. Secara
teoritis diakui bahwa manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi dalam kenyataan
kehidupan dalam kelompok-kelompok sosial tidak demikian halnya. Dengan
demikian pembedaan ke dalam lapisan-lapisan merupakan gejala universal serta
merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat.
Status
sosial adalah merupakan kedudukan, peranan, dan tanggung jawab seseorang
dalam masyarakatnya. Status itu dikategorikan dalam dua bagian status karena
seseorang mewarisi dari keturunannya (ascribed status), dan status
sosial yang digenggam sebab prestasi yang diperoleh (achieved
status). Kelompok ascribed status bertali temali dengan keturunan, kelahiran
dan warisan yang mereka peroleh dari orang tua atau kakek buyut, dan tidak
dibutuhkan jerih lelah untuk masuk dalam kategori ini. Dalam masyarakat
sederhana, karakteristik ascribed status dipandang sebagai suksesi yang tidak
pernah diperdebatkan. Sebaliknya, orang yang dikelompokkan dalam kategori
achieved status adalah orang yang harus berjerih lelah, untuk menghasilkan
sesuatu yang diakui oleh masyarakat luas. Tidak dikenal paham suksesi, yang berlaku
adalah usaha dan prestasi.
Fenomena
dan realitas sosial serupa mencolok dalam masyarakat maju, di mana
kontestasi merupakan syarat menuju puncak prestasi. Kedua model status
sosial itu terpatri dalam benak masyarakat, diakui, diupayakan – kendati
pun dicemooh – tetapi telah berlangsung berabad-abad dalam peradaban manusia.
Untuk memahami eksistensi dua status sosial itu, kita mudah mencari,
apakah kontribusi mereka bagi masyarakat dan lingkungan sosial pada
zamannya.
Status
sosial atau yang sering disebut stratifikasi sosial menunjukkan adanya suatu
ketidakseimbangan yang sistematis dari kesejahteraan, kekuasaan dan prestise
(gengsi) yang merupakan akibat dari adanya posisi sosial (rangking sosial)
seseorang di masyarakat. Sedangkan ketidakseimbangan dapat didefinisikan
sebagai perbedaan derajat dalam kesejahteraan, kekuasaan dan hal-hal lain yang
terdapat dalam masyarakat.
Adanya
perbedaan status sosial dalam hal ini menyangkut perbedaan perekonomian, dapat
menimbulkan adanya kecemburuan sosial, kesejahteraan yang tidak merata, bahkan
bisa menyebabkan perbuatan yang melanggar hukum. Perbedaan status sosial
ekonomi secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama
yang berada pada lapisan bawah.
Adanya
perbedaan status sosial ekonomi dapat menimbulkan konflik sosial tersendiri
bagi masyarakat. Konflik sosial berarti pertentangan antara
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras,
jenis kelamin, kelompok, status ekonomi, status sosial , bahasa, agama, dan
keyakinan politik, dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis.
Baik dalam masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk. Konflik
sosial dapat terjadi karena adanya perbedaan yang disebabkan adanya
ketidak-adilan dalam akses pada sumberdaya ekonomi dan politik. Adanya
ketidak-adilan akses pada sumberdaya ekonomi dan politik memperparah berbagai
prasangka yang sudah ada di antara kelompok-kelompok sosial. Konflik sosial
merupakan hal yang sering terjadi mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus
dicegah adalah konflik yang menjurus pada pengrusakan dan penghilangan salah
satu pihak atau para pihak yang berkonflik. Oleh karena itu konflik harus
dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum yang berarti melalui
jalan damai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perbedaan
status sosial di masyarakat tentunya akan diikuti pula oleh perbedaan
peran yang dimiliki sesuai dengan status sosial yang melekat pada diri
seseorang. Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan setiap individu dalam
suatu masyarakat menimbulkan adanya pelapisan sosial atau yang lebih
dikenal dengan stratifikasi sosial .
Di dalam kehidupan masyarakat
terdapat banyak perbedaan status sosial dan kelas sosial. Perbedaan status
sosial dan kelas sosial tersebut menyebabkan adanya diferensiasi dan
stratifikasi sosial . Meskipun demikian perbedaan status sosial dan kelas
sosial ini tidak menyebabkan kesenjangan sosial di dalam kehidupan
bermasyarakat.
B.
Saran
Sebagai
mahasiswa yang telah belajar tentang stratifikasi soasial tentu kita harus
mampu membedakan baik buruknya perbedaan social. Selain itu jangan selalu
membedakan status social dalam memilih teman. Jadi didalam kehidupan bermasyarakat kita
tidak boleh membeda-bedakan
status sosial dan kelas sosial seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Aris Tanudirjo, Daud. 1993. Sejarah
Perkembangan Budaya di Dunia dan di Indonesia. Yogyakarta:Widya
Utama
http://jibis.pnri.go.id/informasi-rujukan/indeks-makalah/thn/2007/bln/03/tgl/29/id/1002
No comments:
Post a Comment