Ani Romaningsih: makalah dasar-dasar promkes

Saturday, May 2, 2015

makalah dasar-dasar promkes



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan.
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas. Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, promosi Kesehatan juga jelas akan melangkah dengan mantapnya di masa depan. Namun visi, misi dan strategi tersebut juga harus dapat dioperasionalkan secara lebih nyata di lapangan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana sejarah promosi kesehatan ?
  2. Apa pengertian promosi kesehatan ?
  3. Apa visi, misi, tujuan dan sasaran promosi kesehatan ?
  4. Bagaimana ruang lingkup, strategi dan metode promosi kesehatan ?
  5. Bagaimana tatanan pelaksanaan promosi kesehatan ?
  6. Bagaimana peran promosi kesehatan terhadap kesehatan masyarakat ?
1.3  Tujuan
1.3.1        Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar promosi kesehatan.
1.3.2        Tujuan khusus
a.       Mengetahui sejarah promosi kesehatan
b.      Mengetahui pengertian, visi, misi, tujuan, sasaran, ruang lingkup, strategi dan metode promosi kesehatan.
c.       Megetahui tatanan pelaksanaan dan peran promosi kesehatan terhadap kesehatan masyarakat.
1.4  Metode penulisan
      Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan referensi buku-buku serta sumber dari internet yang berkaitan dengan promosi kesehatan.
1.5  Sistematika penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
·         Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
·         Bab II : Pembahasan yang terdiri dari sejarah, pengertian, visi, misi, tujuan, sasaran, strategi promosi kesehatan serta peran promosi kesehatan terhadap kesehatan masyarakat.
·         Bab III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah promosi kesehatan
2.1.1   Era propaganda dan Pendidikan Kesehatan Rakyat (masa kemerdekaan sampai 1960an)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana. Perintisan Pendidikan Kesehatan Rakyat oleh Dr. R. Mohtar.
2.1.2   Era Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan (1960-1980)
·         Munculnya istilah Pendidikan Kesehatan dan diterbitkannya UU Kesehatan 1960.
·         Ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional (12 November 1964)
2.1.3   Era PKMD, Posyandu dan Penyuluhan Kesehatan melalui Media Elektronik (1975-1995).
·         Peran serta dan pemberdayaan masyarakat (Deklarasi Alma Ata, 1978).
·         Munculnya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
·         Munculnya Posyandu.
·         Penyuluhan kesehatan melalui media elektronik (dialog interaktif, sinetron dan lain-lain).
2.1.4   Era Promosi dan Paradigma Kesehatan (1995-2005)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I di Ottawa, Kanada,  munculnya istilah promosi kesehatan (Ottawa Charter, 1986) memuat 5 strategi pokok Promosi Kesehatan, yaitu :
1.      Mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (Healthy Public Policy).
2.       Menciptakan lingkungan yang mendukung (Supportive Environment).
3.       Memperkuat gerakan masyarakat (Community Action).
4.       Mengembangkan kemampuan perorangan (Personnal Skills).
5.       Menata kembali arah pelayanan kesehatan (Reorient Health Services).
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988). Konferensi ini menekankan 4 bidang prioritas, yaitu:
1.    Mendukung kesehatan wanita.
2.    Makanan dan gizi.
3.    Rokok dan alcohol.
4.    Menciptakan lingkungan sehat.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia  (1991). Konferensi ini mengemukakan 4 strategi kunci, yakni:
1.      Memperkuat advokasi diseluruh lapisan masyarakat.
2.      Memberdayakan masyarakat dan individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan dan pemberdayaan.
3.      Membangun aliansi.
4.      Menjadi penengah diantara berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Promosi Kesehatan abad 21 adalah :  Meningkatkan tanggungjawab sosial dalam kesehatan, Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan, Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan, Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat, Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan.

2.2  Pengertian promosi kesehatan
2.2.1        WHO (1984),
Merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi kesehatan, kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat, bukan sekedar berperilaku sehat.
2.2.2        Lawrence Green (1984),
Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
2.2.3        Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986),
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada menyatakan bahwa “Health Promotion is the process of enabling people to control over and improve their health”. To reach a state of complete physical, mental and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs, and to cange or cope with the environment.
Hal tersebut jelas dinyatakan bahwa promosi kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu “kemauan” dan “kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk mencapai status kesehatan yang paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan social, masyarakat harus mampu mengenal atau mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan mengubah keadaan lingkungannya.
Kesehatan sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Karena itu, promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sector kesehatan, tapi juga meliputi sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial.
Teori klasik oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatn individu, kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah:
a.         Lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan non fisik
b.        Perilaku
c.         Pelayanan kesehatan
d.        Keturunan atau herediter
Determinan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan prasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan social, budaya, ekonomi, politik, dsb. Bila dianalisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua factor diluar kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langssung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, di samping determinan-determinan tersebut yang telah dirumuskan oleh Blum masih terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi atau menentukkan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.
Faktor-faktor atau determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan  baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa (Ottawa Charter) disebut persyaratan untuk kesehatan (prerequisites for health) terdapat 9 faktor, yakni:
a.         Perdamaian atau kemakmuran (peace).
b.        Tempat tinggal (shelter).
c.         Pendidikan (education).
d.        Makanan (food).
e.         Pendapatan (income).
f.         Ekosisten yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem).
g.        Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources).
h.        Keadilan social (social justice).
i.          Pemerataan (equity).
Faktor-faktor tersebut dalam mempenggaruhi kesehatan tidaklah berdiri masing-masing melainkan bersama-sama atau secara akumulatif, karena masing-masing factor tersebut saling mempengaruhi.
2.2.4        Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Fundation-Australia 1997),
Health Promotion is a program are design to bring about ‘change’ within people, organization, communities and their environment. Batasan ini menekankan bahwa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkungannya. Perubahan perilaku tanpa diikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan bertahan lama.
Contoh orang indonesia yang pernah tinggal diluar negeri. Sewaktu dinegara itu ia telah berperilaku teratur, mengikuti budaya antri dalam memperoleh pelayanan apa saja, seperti naik kereta, bus dan lain-lain. Tetapi setelah kembali ke indonesia, dimana budaya antri belum ada, maka ia akan ikut berebut naik kereta dan bus. Oleh karena itu promosi kesehatan bukan hanya sekedar merubah perilaku tetapi juga mengupayakan perubahan lingkungan, sistem dan sebagainya.
2.2.5        Konsep kesehatan masyarakat
Secara definisi istilah promosi dalam ilmu kesehatan masyarakat (healt promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and clark mengatakan ada 5 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif masyarakat, yaitu:
a.       Healt promotion (Peningkatan promosi kesehatan).
b.      Specifik Protection (Perlindungan khusus melalui imunisasi).
c.       Early diagnosis and prompt treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)
d.      Disability limitation (Membatasi atau mengurangi kecatatan)
e.       Rehabilitation (Pemulihan)
Sedangkan pengertian yang kedua promosi kesehatan diartikan sebagai upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau menjual kesehatan. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima atau membeli (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat. dari pengertian promosi kesehatan yang kedua ini, maka sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health education). Karena pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Memang promosi kesehatan dalam konteks kesehatan masyarakat pada saat ini dimaksudkan sebagai revitalisasi atau pembaruan dari pendidikan kesehatan pada waktu yang lalu. Berubahnya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam masyarakat di Indonesia, maupun secara praktik kesehatan secara global.
2.3  Visi dan Misi Promosi Kesehatan
2.3.1   Visi
         Visi adalah impian, cita-cita atau harapan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan atau program. Promosi kesehatan sebagai lembaga atau institusi atau suatu program yang seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas. Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan (khususnya Indonesia) tidak terlepas dari visi pembangunan kesehatan di Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan: “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Adapun visi promosi kesehatan anatara lain :
a.    Mau (willigness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b.    Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c.    Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan.
d.   Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan karena derajat kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat itu bersifat dinamis tidak statis.
2.3.2   Misi
       Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan yakni masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya diperlukan upaya-upaya. Upaya-upaya untuk mewujudkan visi ini disebut misi promosi kesehatan yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
Menurut (Ottawa Charter, 1984) secara umum misi promosi kesehatan ini ada 3 hal antara lain :
§  Advokat (Advocate)
          Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil keputusan dari berbagai tingkat dan sektor terkait dengan kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah meyakinkan para pejabat pembuat keputusan atau penentu kebijakan bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
§  Menjembatani (Mediate)
          Promosi kesehatan juga mempunyai misi mediator atau menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai mitra. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan perekat kemitran di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat penting sebab tanpa kemitraan niscaya sektor kesehatan tidak mampu menangani masalah-masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
§  Memampukan (Enable)
          Sesuai dengan visi promosi kesehatan mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi kesehatan harus memberikan keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari bersama bahwa kesehatan dipengaruhi banyak faktor luar kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan, maka keterampilan di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan), pendidikan dan sosial lainnya perlu dikembangkan melalui promosi kesehatan ini (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.4  Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan adalah untuk mempengaruhi sikap masing-masing mengenal kesehatan secara individu dan menentukan keputusan mereka atas pilihannya secara personal menuju gaya hidup yang sehat dan lelah positif.
Ada beberapa tujuan khusus secara jelas yang harus di sampaikan pada individu adalah sebagai berikut :
  • Mempengaruhi sikap untuk menerima gaya hidup yang sehat dan positif.
  • Mempengaruhi dan memelihara kebiasaan makan dengan kandungan gizi yang optimal.
  • Mempengaruhi berhenti merokok demi kesehatan.
  • Membantu dan mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan.

2.5  Sasaran Promosi Kesehatan
Sasaran promosi kesehatan secara spesifik yaitu :
a.    Perorangan atau Keluarga.
§  Memperoleh informasi kesehatan melalui berbagai saluran (baik langsung maupun melalui media massa).
§  Mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memlihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
§  Mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.
§  Berperan serta dalam kegiatan sosial khususnya yang berkaitan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan.
b.    Masyarakat atau Lsm.
§  Menggalang potensi untuk mengembangkan gerakan atau upaya kesehatan.
§  Bergotong royong untuk mewujudkan lingkungan sehat.

c.    Lembaga Pemerintah atau Lintas Sektor atau Politisi atau Swasta
§  Peduli dan mendukung upaya kesehatan, minimal dalam mengembangkan perilaku dan lingkungan sehat.
§  Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan.
d.      Petugas Program atau Institusi
§  Memasukkan komponen promosi kesehatan dalam setiap program.
§  Membuat kebijakan sosial yang memperhatikan dampak di bidang kesehatan.
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
a.         Sasaran Primer (Primary Target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
b.        Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
c.         Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek atau dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

2.6  Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Ruang lingkup promosi kesehatan yaitu
a.       Mengembangkan kebijakan pembangunan kesehatan (healthy public policy), yaitu berupaya mengembangkan kebijakan pembangunan di setiap sektor dengan memperhatikan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Contoh: membangun pabrik harus mempertimbangkan dampak negatif, penebangan hutan secara liar dapat mempengaruhi kerusakan lingkungan
b.      Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung (create partnership and supportive environment), yaitu mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung suasana yang memungkinkan masyarakat yang termotivasi melakukan pembangunan kesehatan. Contoh : adanya perlindungan tenaga kerja dengan diberikannya JAMSOSTEK (Jaminan Sosial Tenaga Kerja)
c.       Memperkuat kegiatan masyarakat (strengthen community action), yaitu memberikan bantuan dan dukungan terhadap kegiatan yang sudah berjalan dimasyarakat, sehingga lebih berkembang serta memberikan peluang bagi masyarakat yang melakukan kegiatan dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan. Contoh : BKR (Bina Karya Remaja) dengan memberi keterampilan kerja sehingga dapat memperoleh suatu penghasilan.
d.      Keterampilan individu (personnel skill). Peningkatan keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat yaitu dengan cara memberikan penyuluhan mengenai bagaimana cara memelihara, mencegah, dan mengobati suatu penyakit.
e.       Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services). Masyarakat merupakan pengguna atau penerima pelayanan kesehatan dan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Penyelenggara pelayanan kesehatan harus melibatkan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat tersebut dapat ikut serta dalam menerima dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat.

2.7  Strategi Promosi Kesehatan.
Strategi promosi kesehatan menurut WHO yaitu:
  1. Advokasi
Pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya sehingga keberlangsungan program dapat lebih tejamin.
  1. Mediasi
Kegiatan promosi kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus melibatkan lintas sector dan lintas program. Mediasi berarti menjembatani “pertemuan” diantara beberapa sector yang terkait . Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Sebagai contoh, kegiatan promosi kesehatan terkait kebersihan lingkungan harus melibatkan unsure kimpraswil dan pihak lain yang terkait sampah.
  1. Memampukan masyarakat (Enable)
Memampukan masyarakat adalah kegiatan pemberian pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu menjaga dan memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Kemandirian masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatanya merupakan tujuan dari kegiatan promosi kesehatan.
Strategi promosi kesehatan menurut  Departemen Kesehatan RI adalah :
  1. Advokasi adalah pendekatan terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isu kebijakan yang spesifik. Advokasi yang berhasil akan menentukan keberhasilan kegiatan promosi kesehatan pada langkah selanjutnya sehingga keberlanagsungan program dapat lebih tejamin.
  2. Bina Suasana adalah kegiatan mencari dukungan social ( social support) dalam rangka membuat suasana yang cukup kondusif untuk diselenggarakan suatu program peningkatan kesehatan pada masyarakat.
  3. Gerakan.  Kegiatan dilakukan secara bersama sama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Strategi Promosi Kesehatan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, yaitu:
  1. Strategi Promosi Kesehatan Primer, tindakan pada fase ini adalah untk mencegah terjadinya kasus penyakit. Berfokus pada masyarakat yang masih daam keadaan sehat.
  2. Strategi Promosi Kesehatan Sekunder berfokus pada masyarakat yang beresiko untuk mengalami penyakit.
  3. Strategi Promosi Kesehatan Tersier difokuskan pada masyarakat yang sudah terkena penyakit. Focus penanganan yaitu dengan rehabilitasi untuk mencegah kecacatan atau  kemunduran lebih lanjut dari penyakitnya tersebut.
Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya seperti pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak dan Nurul, 2009).
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara global terdiri dari 3 hal yaitu :

a.      Advokasi (Advocacy)
            Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
            Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalm bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
            Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
b.      Dukungan Sosial (Social Support)
            Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat antara lain berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009).
            Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program tersebut.
            Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini anatara lain : pelatihan-pelatihan tokoh masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
c.      Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
            Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain : penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya, terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
      Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang mencakup 5 butir, yakni :
a)             Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
     Healthy public policy adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
b)        Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
     Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja lingkungan fisik, tetapi lingkungan non fisik yang kondusif terhadap kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
     Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana dan prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung bagi kesehatan tempat-tempat umum antara lain; tersedianya tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat-tampat umum seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall harus menyediakan sarana-sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
c)         Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
     Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
d)        Keterampilan Individu (Personnel Skill)
     Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya, mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau anak-anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).
     Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga dan kelompok-kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya. Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
f)         Gerakan Masyarakat (Community Action)
     Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

2.8  Metode Promosi Kesehatan
      Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu sehingga memperoleh pengetahuan kesehatan yang lebih baik diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
      Untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku maka dipengaruhi banyak faktor :
a.       Input, proses dan output.
b.      Metode, materi atau pesannya, pendidik atau petugas, alat bantu.
Metode adalah taktik untuk melakukan perubahan pada kelompok sasaran.
a.       Metode Promosi Individual (Perorangan)
            Dalam promosi kesehatan, metode yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi tetanus toxoid (TT) karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu hamil segera minta imunisasi, ia harus didekati secara perorangan. Perorangan di sini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
            Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini, antara lain:
a.         Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
                        Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b.         Interview (wawancara)
                        Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.      
b.      Metoda Promosi Kelompok
            Dalam memilih metode promosi kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
a)      Kelompok Besar
      Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain:
1)      Ceramah
            Metode ceramah merupakan metode yang paling tertua dalam pendidikan kesehatan tetapi merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah:
                                                i.              Persiapan
·         Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.
·         Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
·         Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
                                              ii.              Pelaksanaan
               Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
·         Sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
·         Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
·         Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta eeramah.
·         Berdiri di depan (di pertengahan), seyogianya tidak duduk.
·         Menggunakan alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
                                            iii.              Seminar
               Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
Seminar paling baik dipakai untuk pelatihan trainer atau profesi kesehatan lain, dimana pimpinan perlu mendapatkan umpan balik tentang proses belajar kelompok. Metode seminar dianjurkan bila :
·         Jumlah audien kecil
·         Umpan balik penting
·         Kelompok bersifat homogen
·         Keterbatasan ruang dan waktu
·         Pelatihan profesional
·         Pimpinan seminar lebih tahu dibanding audien.
c.    Kelompok Kecil
        Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil ini antara lain:
                                  i.              Diskusi Kelompok.
        Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisapasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbuIkan kesan ada yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan dan keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
        Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
                                ii.                   Curah Pendapat (Brain Strorming)
        Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam plipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta meneurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
                              iii.                   Bola Salju (Snow Balling)
        Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan at au masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan meneari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.


                              iv.                   Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
        Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
                                v.                   Role Play (Memainkan Peranan)
        Main peran adalah memainkan suatu pengalaman dalam bentuk meniru perilaku. Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan, misalnya bagaimana interaksi atau berkomunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
                              vi.                   Permainan Simulasi (Simulation Game)
        Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Simulasi menyangkut proses yang menampilkan pengalaman sehari-hari dan dapat berupa permainan, dramatisasi, main peran, studi kasus atau menirukan pengalaman sebenarnya. Didalam simulasi ketua kelompok harus siap dan tahu maksud dari proses ini serta siap dengan semua pertanyaan dan situasi. Barrows, (1971) mengungkapkan bahwa simulasi paling sesuai untuk meningkatkan motivasi dan mempengaruhi sikap kelompok dengan kemampuan yang beragam.
c.      Metode promosi kesehatan massa
            Metode promosi kesehatan secara massa dipakai untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Dengan demikian cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Oleh karena itu sasaran sasaran promosi ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya

2.9  Tatanan Pelaksanaaan Promosi Kesehatan
a.       Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
            Keluarga merupakan tempat dasar berkembangnya perilaku manusia. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan di keluarga sasaran utamanya adalah orang tua (ibu), dimana ibu merupakan seseorang yang memberikan perilaku sehat kepada anak-anaknya sejak lahir
b.      Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
            Sasaran promosi kesehatan di sekolah adalah guru, karena guru merupakan pengganti orang tua pada waktu di sekolah. Sekolah merupakan tempat utuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah dan lingkungan sekolah yang sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak.


c.       Promosi kesehatan ditempat kerja
            Sasaran promosi kesehatan adalah karyawan, yang berperan sebagai promotor kesehatan adalah pemimpin perusahaan dan sektor kesehatan. Salah satunya dengan memberikan fasilitas tempat kesehatan yang baik bagi prilaku sehat karyawan atau pekerjanya.
d.      Promosi kesehatan di tempat-tempat umum
            Di tempat-tempat umum (seperti pasar, terminal bus, stasiun) perlu dilaksanakan promosi kesehatan, yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat pengunjungnya, bisa dengan memberikan poster dan selebaran mengenai cara-cara menjaga kebersihan.
e.       Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
            Tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dsb, merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan ini dapat dilakukan secara individual oleh para petugas kesehatan kepada pasien atau keluarga yang ada di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

2.10Peran Promosi Kesehatan dalan Kesehatan Masyarakat
            Kesehatan merupakan hasil interaksi faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Faktor yang mempengaruhi baik individu, kelompok dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a.       Lingkungan (environment) mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi.
           Intervensi terhadap faktor lingkungan fisik yaitu dalam bentuk perbaikan sanitasi lingkungan, sedangkan intervensi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya dalam bentuk program-program peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi masyarakat, penstabilan politik dan keamanan.
b.      Perilaku (behavior) perilaku mempengaruhi lingkungan pelayanan kesehatan.
c.       Pelayanan kesehatan (health services) intervensi terhadap pelayanan kesehatan adalah dalam bentuk penyediaan dan perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan.
d.      Keturunan (heredity) intervensi faktor keturunan adalah penasihat perkawinan, dan penyuluhan kesehatan khususnya bagi kelompok yang mempunyai resiko penyakit keturunan.
     Keempat faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain mempengaruhi kesehatan juga mempengaruhi perilaku dan perilaku juga mempengaruhi lingkungan dan mempengaruhi pelayanan kesehatan.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
·         Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya
·         visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.”
·         Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
·         Advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan
3.2  Saran
Dalam mewujudkan promosi kesehatan yang bisa meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dibutuhkan kerja sama antara unsur-unsur yang meliputi pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, taraf kesehatan masyarakat bisa dipelihara atau bahkan ditingkatkan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.(2009).Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi.Salemba Medika : Jakarta.
  2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
  3. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
  4. Notoatmodjo, Soekidjo.(2010).Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi.Rineka Cipta : Jakarta
  5. http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan
  6. http://www.scribd.com/doc/40462631/Makalah-Strategi-Promosi-Kesehatan-Jadi

No comments:

Post a Comment

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...