Ani Romaningsih: makalah filariasis

Saturday, May 2, 2015

makalah filariasis



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang mempunyai iklim tropis. Di  daerah iklim tropis kemungkinan terjadinya penyakit filariasis atau kaki gajah lebih besar daripada didaerah yang beriklim sedang maupun dingin. Filariasi merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulu nya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Filariasi(penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasi yaitu penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vector penular filariasis hingga saat ini telahdiketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus anopheles, culex, mansonia, aedes dan armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan dan organ kelamin.
Filariasis merupakan kelompok penyakit pada manusia maupun hewan yang disebabkan oleh infeksi parasit nematode, ordo filaridae yang biasa disebut filariae. Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah terpapar selama beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian filariasis
2.      Etiologi
3.      Patofisiologi
4.      Masa inkubasi
5.      Gejala filariasis
6.      Diagnosis dan pencegahan
7.      pengobatan

C.     TUJUAN
Dengan mendiskusikan makalah ini diharapkan kita dapat mengetahui dan memahami secara lebih jelas apa pengertian filariasis, apa etiologi nya dan bagaimana patofisiologi nya serta cara pencegahannya.
D.    MANFAAT
Agar mahasiswa dapat mengetahui secara lebih jelas filariasi serta bagaimana pencegahan dan pengobatannya sehingga bisa menambah pegetahuan mahasiswa khusus nya untuk mahasiswa kesehatan dan dapat di terapkan dalam masyarakat banyak.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penyakit Filariasis

http://sarangpenyamun.files.wordpress.com/2008/08/gambar1.jpg?w=580
Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia. Penyakit Kaki Gajah (Filariasis atau Elephantiasis) adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah tergigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan ketika sampai pada jaringan sistem lympa maka berkembanglah menjadi penyakit tersebut. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan, dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
B.     Etiologi
http://sarangpenyamun.files.wordpress.com/2008/08/cacing-filariasis.jpg?w=580
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar dalam darah terutama malam hari.
Wuchereria bancrofti hanya ditemukan pada manusia; Brugia malayi sering kali menyebar kepada manusia melalui inang hewan. Parasit dewasa hidup di sistem limphatik. Microfilaria yang dilepaskan oleh betina gravit ditemukan di darah perifer, biasanya pada malam hari. Infeksi menyebar melalui banyak genera nyamuk; vektor Wuchereria bancrofti adalah aedes, culex, dan anopheles; vektor Brugia malayi adalah anopheles dan mansonia. Microfilaria dimakan oleh nyamuk, berkembang di otot torax serangga, dan kemudian matur dan bermigrasi ke bagian mulut serangga. Jika nyamuk terinfeksi menggigit inang baru, microfilaria masuk ke tempat gigitan dan akhirnya mencapai saluran limfatik, dimana mereka manjadi matur.
Inflamasi dan fibrosis yang terjadi disekitar cacing dewasa dan mudah menghasilkan obstruksi limfatik progresif. Microfilaria mungkin tidak berperang langsung dalam reaksi inang.
Menurut dr Indan Entjang, agen penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu :
    1. Filaria bancrofti (Wuchereria bancrofti)
    2. Filaria malayi (Brugia malayi)
    3. Timor microfilaria (Brugia timori)
Agen penyebab yang tersering pada filariasis adalah Wuchereria bancrofti, yang tidak bersifat zoonotik. Brugia malayi bersifat zoonotik. Dirofilaria immitis kadang-kadang menginfeksi manusia (nematoda). Tidak ada vaksinnya.
Bentuk zoonotik dari Brugia malayi telah ditemukan di Malaya dan Filiphina. D. immitis ditemukan pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa; tetapi infeksi pada manusia telah dilaporkan terutama dari Amerika Serikat, sebagian kecil dari Kanada dan Australia.
Banyak spesies nyamuk sebagai vektor filariasis tergantung pada jenis cacing filarianya. Wuchereria bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan (urban) ditularkan oleh Culex quinquefasciatus yang menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat perindukannya. Wuchereria bancrofti yang di daerah pedesaan (rural) dapat ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. Di Irian Jaya Wuchereria bancrofti ditularkan terutama oleh Anopheles farauti yang dapat menggunakan bekas kaki binatang (hoofprint) untuk tempat perindukannya. Selain itu ditemukan juga sebagai vektor; Anopheles koliensis, Anopheles punctulatus, Culex annulirostris, dan Aedes kochi, Wuchereria bancrofti di daerah lain dapat ditularkan oleh spesies lain, seperti Anopheles subpictus di daerah pantai di NTT juga nyamuk Culex, Aedes pernah ditemukan sebagai vektor.
Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan biasanya ditularkan oleh berbagai spesies mansonia seperti Mansonia uniferormis, Mansonia bonneae, Mansonia dives dll, yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan, Maluku dll. Brugia malayi yang periodik ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang memakai sawah sebagai tempat perindukannya seperti daerah Sulawesi.
Brugia timori, spesies baru yang ditemukan di Indonesia sejak 1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerah NTT dan Timor-Timur ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang berkembang biak di daerah sawah baik dekat pantai maupun di daerah pedalaman.
C.    Patofisiologi
Penularan ke manusia melalui gigitan vektor nyamuk (Mansonia dan Anopheles). Bila manusia digigit maka microfilaria akan menempel di kulit dan menembus kulit melalui luka tusuk dan melalui sistem limfe ke kelenjar getah bening. Cacing yang sedang hamil akan menghasilkan microfilaria. Cacing tersebut muncul dalam darah dan menginfeksi kembali serangga yang menggigit.
Pada manusia, masa pertumbuhan penularan filariasis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga ± 7 bulan. Microfilaria yang terisap oleh nyamuk melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot torax. Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I. dalam waktu ± seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang dan disebut larva stadium II. Pada hari ke 10 dan selanjutnya, larva ini bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus dan disebut larva stadium III. Larva ini sangat aktif dan sering bermigrasi mula-mula ke rongga abdomen kemudia ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium III ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limpah setempat. Di dalam tubuh hospes, larva ini mengalami dua kali pergantian kulit, tumbum menjadi larva stadium IV, stadium V atau stadium dewasa. Umur cacing dewasa filarial 5-10 tahun.

D.    Masa Inkubasi
1.      Antara 3-8 bulan tapi kadang-kadang hingga 12 bulan
2.      Pada manusia antara 3-15 bulan sedangkan pada hewan bervariasi sampai beberapa bulan
3.      Masa inkubasi mungkin sesingkat 2 bulan. Periode pra paten (dari saat infeksi sampai tampaknya microfilaria di dalam darah) sekurang-kurangnya 8 bulan.
E.      Gejala Filariasis
Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh-pembuluh dan kelenjar getah bening (jaringan limfe). Karena itu gejala penyakitnya ditandai dengan radang pada pembuluh-pembuluh dan kelenjar-kelenjar getah bening disertai dengan demam yang datang secara mendadak dan berulang-ulang. Peradangan dan penyumbatan-penyumbatan pada saluran getah bening menyebabkan bendungan limfe disebelah distal sehingga terjadi pembengkakan di scrotum (kantung buah pelir kemaluan pria) dan di kaki (kaki gajah).
Bendungan dalam pembuluh getah bening dada (ductus thoracicus) akan menyebabkan pecahnya saluran limfe dalam ginjal sehingga urine mengandung limfe (chyluria = air kencing tampak seperti susu karena mengandung lemak dari limfe).
Manifestasi klinik tergantung pada keparahan infeksi; manifestasi bisa berupa limfhangitis, lymphadenitis, orkitis, funikulitis, epididimitis, farises limphatik, dan chyluria. Menggigil, demam, nyeri kepala, dan malaise mungkin juga ditemukan. Elephantiasis dan sekuela parah lanjut lain terjadi pada penduduk di daerah endemik dan re infeksi berulang.
Sedangkan menurut buku Zoonosis, pada manusia terjadi demam berulang, limphadenopati, limphangitis dan akses. Pembesaran yang menyolok dari anggota gerak tubuh (Elephantiasis) dan jarang terjadi hidrokel yang berkembang setelah bertahun-tahun. Pada hewan D. immitis dijumpai dibilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang menahun menyebabkan jantung tidak bekerja dengan tidak semestinya disertai asites dan bendungan pasif.
Microfilaria yang biasanya tidak menimbulkan kelainan, dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Perjalanan penyakit filariasis limphatik dapat dibagi dalam beberapa stadium :
1.      Stadium Mikrofilaremia tanpa gejala klinis
2.      Stadium akut ditandai dengan gejala peradangan pada saluran dan kelenjar limpah, berupa lymphadenitis dan limphangitis retrograde. Gejala peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa hari sampai satu, sampai dua minggu lamanya. Yang paling sering dijumpai adalah peradangan pada sistem limphatik alat kelamin pria, menimbulkan funikulitis, epididimitis dan orkhitis. Saluran sperma yang meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri pada perabaan.
3.      Stadium menahan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai adalah hidrokel. Kadang-kadang dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang dapat mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, buah zakar, payudara dan vulva. Kadang-kadang dapat pula terjadi kiluria.
F.     Diagnosis Dan Pencegahan
Bentuk menyimpang dari filariasis (eosinoffilia tropikal) ditandai oleh hipereosinivilia, adanya microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam darah, dan titer antibody antifilaria yang tinggi. Microfilaria mungkin ditemukan di cairan limphatik. Tes serologi telah tersedia tetapi tidak dapat diandalkan sepenuhnya.
Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium:
    1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau cairan chyluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott dan membran filtrasi. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat periodisitas mikrofilarianya umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar limpah dari jaringan yang di curigai sebagai tumor.
    2. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva filarial dalam cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat membedakan antara larva filarial yang menginfeksi manusia dengan yang menginfeksi hewan. Penggunaannya masih terbatas pada penelitian dan survei
Identifikasi microfilaria di dalam darah dengan uji serelogis yang terdiri dari ELISA, immunofluoresensi tidak langsung dan uji hemaglutinasi tidak langsung .
Menurut dr. Indan Entjang (2000) dalam bukunya Ilmu Kesehatan Masyarakat, harus meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati penderita. Memberantas vektor penyakit yaitu memberantas nyamuk Culex fatigans dan larvanya. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit filariasis :
      1. Tidur berkelambu
      2. Perlunya pengenalan penyakit secara dini dan pengobatan yang segera
      3.  setiap anggota masyarakat di harapkan turun aktif dalam usaha-usaha pemberantasan penyakit
      4. Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
      5. Memberantas nyamuk serta sumber perindukan
      6. Meminum obat anti penyakit gajah secara masal
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengontrol vektor dan menghindari gigitannya, serta pengobatan anjing dengan tiasetarsamida setiap 6 bulan pada daerah yang sangat enzootik
G.    Pengobatan
Diethil Carbamazine Citrae (DEC) merupakan obat pilihan baik untuk pengobatan perorangan maupum massal yang bersifat membunuh microfilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Pengobatan perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan eliminasi, mengurangi, atau mencegah kesakitan. Dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat badan/ hari selama 12 hari. Dosis harian obat tersebut dapat diberikan dalam 3x pemberian setelah makan. Obat lain yang juga dipakai Ivermektin yaitu antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktifitas luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh microfilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Diberikan sebagai dosis tunggal 40 ug/kg berat badan dapat sebagai obat tunggal (setiap 6 bulan sekali) atau dikombinasikan Diethyl Carbamazine dosis tunggal (diberikan setahun sekali).







BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkn bahwa:
1.      Filariasis adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan diwilayah tropika seluruh dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematode parasit yang tergabung dalam superfamilia filarioidea.
2.      Penyakit kaki gajah ini umum nya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah.
3.      Lariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk(mengurangi kontak dengan vector)
4.      Pengobtan filariasis baru dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan menggumakan obat diethyl carbamazine citrate(DEC). DEC dapat membunuh mikrofilia dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang.
B.     Saran
Kami dari penulis makalah sangat mengharapkan kritik dan sarannya karena penyajian makalah ini banyak sekali terdapat kesalahan. Dalam hal ini kami menyarankan:
Ø  Pembaca: agar mampu mempelajari pembahasan ini dengan baik dan mampu menerapkan profesionalisme dalam setiap profesi yang diguluti.
Ø  Dosen: agar mampu menjelaskan kembali secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA
wikipedia



No comments:

Post a Comment

speech delay

 hay guyys.... ini saya mau sedikit share tentang speech delay yang lagi marak terjadi pada anak sekarang ... sama seperti anak saya... spee...